Diet Sesuai Golongan Darah, Makanan Apa yang Harus Dihindari?

Diet golongan darah menunjukkan efek fisiologis dari lektin, yaitu protein yang umumnya terdapat pada makanan, yang masuk ke dalam tubuh. Tiap jenis makanan dapat mempengaruhi metabolisme dan komposisi darah sehingga mempengaruhi keseimbangan daya tahan tubuh, sebab darah mempunyai 2 (dua) komponen penting yaitu antigen dan antibodi. Alasan pentingnya penggolongan darah adalah golongan darah mampu mengidentifikasi dengan tanda permukaan yaitu antigen sehingga bila sel darah merah men-transport benda asing seperti virus dan bakteri, maka akan segera ditandai sebagai kawan atau musuh. Sama halnya dengan makanan, bila lektin makanan tidak cocok dengan tipe darah, maka akan terjadi penggumpalan sel darah merah, sehingga menyebabkan masalah terhadap sistem pencernaan dan metabolisme makanan terhadap produksi insulin dan gangguan hormon. Hal inilah yang menyebabkan kenapa tiap golongan darah perlu memiliki penggolongan makanan. Penggolongan makanan dibedakan menjadi makanan yang sangat bermanfaat, makanan yang netral, dan makanan yang dihindari. Makanan yang sangat bermanfaat adalah makanan yang bereaksi sebagai obat, dianalogikan sebagai vitamin. Makanan netral adalah makanan yang bereaksi sebagai makanan, yaitu makanan yang menyediakan kalori dan nutrisi tubuh, sedangkan makanan yang harus dihindari adalah makanan yang bereaksi sebagai racun.

Saran Menu Diet Menurut Golongan Darah :

1.      Golongan darah A : diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak.

  • Makanan yang sangat bermanfaat : bayam, brokoli, wortel, jamur ikan mas, kacang tanah, kacang buncis, kacang / susu kedelai, tahu, tempe, tepung beras, blueberry, minyak zaitun, ikan mas, ikan sardine.
  • Makanan yang netral : ikan tuna, telur ayam dan bebek, telur puyuh, minyak wijen, biji bunga matahari, kacang ercis / kapri, jagung, tapioca, roti gandum, labu, bawang merah, mentimun, talas, anggur, melon, blewah, pir, delima, kurma, stroberi, kesemek, jambu biji, daging ayam.
  • Olahraga yang cocok dilakukan : yoga, tai chi, meditasi.

2.      Golongan darah B : dianjurkan mengonsumsi susu dan produk susu.

  • Makanan yang sangat bermanfaat : ikan laut, susu sapi, keju, bubur, gandum, roti essene, kue beras, brokoli, ubi, wortel, kembang kol, terong, teh hijau.
  • Makanan yang netral : cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah, kacang buncis, tepung beras, roti beras, bayam, brokoli, selada, mentimun, labu, kentang, sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji, daging sapi.
  • Olahraga yang cocok dilakukan : renang, tenis, jalan kaki, dan meditasi.

3.      Golongan darah AB : diet sesuai dengan kecocokan masing-masing individu terhadap jenis makanan tertentu.

  • Makanan yang sangat bermanfaat : ikan sardine, tuna, susu kambing, putih telur (ayam), keju ricotta, krim asam (rendah kalori), teh hijau, anggur merah.
  • Makanan yang netral : cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah, kacang buncis, tepung beras, roti beras, brokoli, bayam, selada, mentimun, labu, kentang, sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji.
  • Olahraga yang dicocok dilakukan : olahraga di pagi hari.

4.      Golongan darah O : diet tinggi protein dan rendah karbohidrat.

  • Makanan yang sangat bermanfaat : brokoli, ubi, waluh, selada, ganggang laut, lobak cina, blueberry, cerry, jambu biji, bumbu kari, kacang polong, kacang merah, semua jenis bawang, rumput laut, jahe, kunyit, daging sapi.
  • Makanan yang netral : ikan mas, belut, lobster, ikan tuna, ikan sardine, udang, telur (ayam dan bebek), mentega, kacang (hitam, merah, buncis, kedelai), tempe, tahu, susu kedelai, bubur gandum, beras, kue beras, roti beras, tepung gandum, terong, tomat, labu, daging ayam, daging bebek.
  • Olahraga yang cocok dilakukan : aerobic.

Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Saat Diet

Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan kesehatan badan, berikut ini makanan dan minuman yang harus dihindari atau bahkan dihilangkan dari menu harian :

  1. Golongan darah A : Makanan yang dihindari yaitu daging (sapi, bebek, kelinci, ayam hutan, lobster, gurita, kepiting, belut, kodok, udang, cumi), mentega, susu sapi, keju, es krim, susu murni, acar, terong, tomat, ubi, kentang, jeruk, kelapa / santan, melon, madu, pisang (raja), pepaya, pare, air soda.
  2. Golongan darah B : Makanan yang dihindari yaitu daging (ayam, babi, bebek, keong, kepiting, siput, belut, kodok, gurita, lobster), es krim, telur (bebek, angsa, puyuh), kacang tanah, roti gandum, tomat, jagung, alpokat, pare, delima, kelapa / santan, kesemek, belimbing, pir, air soda, minuman beralkohol.
  3. Golongan darah AB : Makanan yang dihindari yaitu daging (sapi, ayam, bebek, babi, angsa, lobster, kepiting, kodok), mentega, es krim, telor bebek, kacang hitam, acar, jagung, belimbing, delima, pare, pisang, kelapa, kesemek, jambu biji, mangga, saus tomat, kopi, soda, minuman beralkohol.
  4. Golongan darah O : Makanan yang dihindari yaitu daging babi, cumi, sotong, kerang, kodok, gurita, telur angsa, telur puyuh, es krim, keju, susu sapi, yoghurt, minyak kelapa, penyu, minyak jagung, jagung, bunga brokoli, kacang tanah, kacang mede, kuaci, laichi, kentang, mentimun, kembang kol, jamur, blewah, jeruk mandarin, pisang raja, pare, anggur putih, kecap, kopi,minuman keras.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3144/diet-sesuai-golongan-darah-makanan-apa-yang-harus-dihindari

Waspadai Kaki Lembap Penyebab Timbulnya Kutu Air

Kulit adalah bagian tubuh yang paling luas dan menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Karena hal tersebut, kulit menjadi proteksi pertama dalam melindungi tubuh manusia dari luar, sebagai aseptor tehadap rangsangan, pengatur suhu atau temperatur tubuh serta pengaruh lain dari luar. Oleh sebab itu, kesehatan kulit menjadi sangat penting karena peranannya yang sangat vital sebagai organ pelindung tubuh.

Pada umumnya penyakit kulit yang terjadi di wilayah Indonesia banyak disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, parasit, serta virus yang juga dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga memberikan penggambaran yang berbeda terhadap kondisi klinis penyakit kulit seperti kebiasaan, iklim dan kondisi lingkungan. Dermatofitosis adalah salah satu penyakit kulit yang sering terjadi dan disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.

Dermatofitosis merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan tubuh yang mengandung zat tanduk pada bagian epidermis, rambut serta kuku. Dermatofitosis dapat menular secara langsung maupun tidak langsung dari manusia ke manusia (anthropophilic organism), dari hewan (zoophilic organism) serta dari tanah (geophilic organisms). Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung dengan perantara benda lain sebagai media penularan, seperti topi, handuk, sisir serta kaos kaki yang pengunaannya dilakukan secara bergantian dengan orang yang telah terinfeksi.

Ada banyak penyakit kulit yang tergolong dalam dermatofitosis. Tinea pedis menjadi salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit yang angka kejadiannya tinggi pada berbagai wilayah. Jamur dermatofita merupakan golongan jamur yang dapat memproduksi enzim keratinase dan memiliki kemampuan mencerna keratin pada kuku, kulit serta rambut. Organisme yang mampu mencerna keratin disebut degan keratofilik. Jamur dermatofit akan menginvasi stratum korneum yang ada pada kulit. Jamur memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan manusia. Jamur dapat hidup dan dan berkembang dimana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan pada organ tubuh organisme lainnya. Oleh sebab itu tingkat infeksi dari jamur sangat tinggi.

Tinea pedis (athlete’s foot) atau lebih sering disebut sebagai kutu air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang menginfeksi kulit pada bagian sela-sela jari kaki, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Disampaikan dalam sebuah ulasan yang mengungkapkan bahwa penularan infeksi jamur penyebab Tinea pedis dapat terjadi secara tidak langsung melalui perantara air yang sebelumnya telah terkontaminasi spora jamur. Spora jamur yang telah menempel pada media transmisi akan melakukan proses pelekatan pada keratin yang kemudian mulai memproduksi keratinase (keratolitik).

Gambaran klinis Tinea pedis, kulit yang biasanya terinfeksi Tinea pedis akan memberikan gejala secara umum seperti terkelupasnya kulit yang diserta rasa gatal, berair dan sering menimbulkan bau. Berdasarkan gambaran klinis tersebut, Tinea pedis dibedakan menjadi beberapa :

a.    Tinea pedis interdigital :

Tinea pedis interdigital ini merupakan bentuk yang paling umum dan sebagian besar disebabkan lesi ini biasanya terjadi di antara jari keempat dan kelima yang biasanya tampak basah dan secara kolektif disebut dengan dermatofitosis simpleks. Gejala umum secara klinis seperti gatal, rasa seperti terbakar serta menimbulkan bau yang tidak sedap.

b.    Tinea pedis inflamasi atau vesikuler :

Bagian atas vesikel biasanya megalami pengupasan setelah beberapa hari yang kemungkinan disebabkan oleh abrasi. Ini akan mengakibatkan rasa gatal yang parah, rasa terbakar serta menimbulkan nyeri dengan intensitas yang berbeda-beda. Peradangan yang cukup parah akan menyebabkan penderita kesulitan berjalan. Lesi ini akan berkembang dengan cepat pada musim panas atau kemarau. Dan pada tingkat yang lebih parah, akan memberikan respon inflamasi yang melumpuhkan seperti selulitis, adenopati dan limfangitis.

c.    Tinea pedis hiperkeratotik :

Tipe ini ditandai dengan terjadinya eritema plantaris mulai dari skala ringan hingga hiperkeratosis difus. Hiperkeratosis difus melibatkan telapak kaki, permukaan medial dan lateral kaki dan seringkali disertai dengan sisik yang tipis. Biasanya pada kulit akan muncul semacam kerak berupa tumpukan sel kulit berwarna putih. Pada kasus yang berat, infeksi akan menyebabkan kuku jari menebal, hancur dan bahkan terlepas. Tipe ini dapat menimbulkan gejala pruritus ataupun kadang tanpa gejala (asimtomatik). Infeksi sering terjadi pada kedua kaki serta dapat pula muncul pada salahsatu telapak tangan.

d.    Tinea pedis ulseratif

Ulseratif Tinea pedis dominan disebabkan oleh T. interdigitale. Tinea pedis tipe ini ditandai dengan lesi vesikulopustular yang penyebarannya cepat, ulkus dan erosi serta kadangkala disertai dengan infeksi bakteri sekunder. Lesi yang ditimbulkan biasanya mengalami maserasi yang biasanya dimulai dari ruang antar jari-jari kaki sebelum menyebar ke punggung kaki, bagian lateral dan permukaan plantar selama beberapa hari. Tinea pedis ulseratif ini dapat menyebabkan komplikasi di antaranya selulitis, limfangitis demam dan malaiase. Gejala-gejala yang biasanya terjadi adalah bisul, nyeri dengan tingkatan yang bervariasi serta menimbulkan rasa gatal.

Kita ketahui Indonesia merupakan negara beriklim tropis sehingga kondisi tersebut memberikan daya dukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, utamanya jamur. Seperti yang telah kita ketahui bahwa jamur sangat cocok dengan lingkungan yang lembap karena kondisi tersebut sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.

Kejadian penyakit Tinea pedis lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan kebanyakan pria banyak yang bekerja pada tempat-tempat yang mengakibatkan kakinya selalu basah dan memungkinkan terinfeksi jamur dermoatofita, seperti menjadi petani, nelayan dan lain sebagainya. Angka kejadian maupun gejala yang ditimbulkan oleh Tinea pedis semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia. Karena semakin tinggi usia, maka daya tahan tubuh akan semakin menurun terhadap suatu penyakit serta juga banyak terserang penyakit degeneratif seperti diabetes yang juga menjadi faktor prediposisi mudah yang mengakibatkan terjadinya infeksi jamur pada kulit.

Dalam sebuah penelitian menyampaikan bahwa keadaan sosial ekonomi serta kebersihan yang minim memegang peranan yang cukup penting terhadap infeksi jamur yang terjadi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur pada umumnya lebih sering terjadi pada kalangan dengan sosial ekonomi yang rendah. Hal tersebut ada kaitannya dengan status gizi yang berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh seseorang dalam menanggapi suatu penyakit tertentu. Faktor yang dikatakan paling mendominasi adalah tingkat kemiskinan dan kebersihan secara personal.

Sama halnya dengan ulasan di atas sebuah penelitian lainnya mengungkapkan bahwa tidak tingkat pendidikan, pekerjaan dan lingkungan fisik juga menjadi indikator yang berpengaruh terhadap penyebaran infeksi Tinea pedis. bahwa pendidikan kesehatan memegang peranan penting dalam peningkatan sikap seseorang menjadi lebih baik, utamanya dalam kebersihan secara personal. Karena kebanyakan orang masih acuh terhadap infeksi jamur ini dengan anggapan bahwa hal tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya.

Beberapa faktor lain yaitu memakai sepatu tertutup dalam jangka waktu yang lama, terjadinya kelembapan karena ekskresi keringat, kebiasaan tidak memakai alas kaki, serta pecahnya kulit di bagian sela jari karena mekanis juga menjadi faktor risiko terjadinya Tinea pedis. Selain itu, lingkungan kerja menjadi tempat yang sangat berpotensi dalam memengaruhi kesehatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan terutama menghindari infeksi jamur pada kulit yaitu dengan menjaga kebersihan secara personal, seperti mandi secara teratur dengan menggunakan sabun, mencuci bagian kaki maupun tangan secara benar serta tidak lupa menjaga tingkat kekeringan kulit agar tidak menciptakan kondisi lembap yang sangat menunjang pertumbuhan. Selain itu, perawatan terhadap kuku, tangan, rambut dan kaki harus diperhatikan.

Dalam sebuah ulasan mengungkapkan bahwa pada masa sekarang ini, obat anti jamur semakin berkembang baik yang diharapkan mampu mengurangi prevalensi penyakit yang  disebabkan oleh infeksi jamur. Dalam menangani infeksi Tinea pedis, dapat ditempuh dengan memberikan anti-jamur oral maupun tropical ataupun dengan kombinasi antara kedua jenis anti-jamur tersebut contoh anti-jamur oral yaitu Gliseofulvin, Intraconazale dan Fluconazole. Anti-jamur tropikal yang biasa digunakan yaitu Miconazole, Sulconazole, Oxoconazole, Econazole, Clotrimazole, Ciclopirox, Ketoconazole, Naftifine, Terbinafine, Flutrimasol, Bifonazole, dan Butenafine.

Dengan melihat beberapa ulasan di atas tentunya Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang menginfeksi kulit pada bagian sela-sela jari kaki, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Penyakit yang disebabkan jamur ini tentunya sebuah penyakit yang mengganggu dan perlu dicegah. Dikarenakan menimbulkan berbagai masalah klinis seperti maserasi, gatal, berair, menimbulkan bau, fisura, serta pada tingkat parah dapat menimbulkan komplikasi. Kebersihan, sosial ekonomi, pekerjaan dan pendidikan menjadi faktor pendukung terjadinya Tinea pedis. Menjaga kebersihan personal dapat dijadikan sebagai langkah pencegahan infeksi. Dan tentunya perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi hal yang wajib dilakukan sebagai langkah pencegahan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3124/waspadai-kaki-lembap-penyebab-timbulnya-kutu-air

Pengaruh Pemakaian DOT pada Gigi Balita

Dot, yang juga dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier, adalah pengganti puting susu (ibu) yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Minum susu menggunakan dot menjelang tidur mulai menjadi kebiasaan yang sering kita jumpai. Padahal kebiasaan itu akan berisiko pada gigi anak. Pada saat tidur kandungan gula dari minuman akan tersimpan dan menggenang lama di dalam mulut. Dari situlah bakteri akan tumbuh subur pada lubang gigi.  Ditambah saat anak tidur air liur akan mengalami pengurangan. Jadi, genangan air minum mengandung gula tertahan oleh dot di antara lidah, gigi, langit-langit dan disekitar bibir. Oleh karenanya menyebabkan gigi berlubang, dalam dunia medis hal tersebut dikenal dengan istilah Syndrome Early Childhood Caries.

Early Childhood Caries (ECC) atau karies dini adalah penyakit rampan gigi yang paling banyak menyerang anak-anak. Menurut American Dental Association (ADA), Early Childhood Caries ditandai dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies,atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia pra-sekolah antara usia lahir hingga 71 bulan.

Kita ketahui bahwa minum susu menggunakan dot menjelang tidur suatu menjadi kebiasaan yang sering kita jumpai. Entah malam atau siang. Anak yang sudah memasuki umur 2 tahun, tentunya membuat para orangtua mencari trik menyapih anak dari minum ASI ke susu formula. Bahkan dari umur 12 bulan sudah diajarkan minum menggunakan dot. Kebiasaan itu juga digunakan oleh orangtua yang sibuk bekerja.

Dalam sebuah data yang dirilis oleh badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2013, mengungkapkan angka kejadian karies gigi pada anak masih sebesar 60-90%. Dalam sebuah penelitian menyampaikan bahwa prevalensi karies gigi pada anak berusia satu tahun 5%, anak usia dua tahun sebesar 10%, anak usia tiga tahun sebesar 40%, anak usia empat tahun sebesar 55?n anak usia lima tahun sebesar 75%. Dengan demikian tentu golongan umur balita atau usia dini merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi.

Sebenarnya baik dan praktis menggunakan dot. Tetapi kebiasaan itu akan berisiko pada gigi anak. Pada saat tidur kandungan gula dari minuman akan tersimpan dan menggenang lama di dalam mulut.  Dari situlah bakteri akan tumbuh subur pada lubang gigi. Ditambah saat anak tidur air liur akan mengalami pengurangan. Jadi, genangan air minum mengandung gula tertahan oleh dot di antara lidah, gigi, langit-langit dan disekitar bibir. Hal seperti itulah gigi anak menjadi berlubang. Sindrom tersebut di dalam medis disebut Nursing Bottle Caries atau Early Childhood Caries. 

Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan badan, ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Untuk menilai status kesehatan gigi dapat di lihat dari ada dan tidak nya penyakit gigi, di antaranya karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang paling banyak di temukan, meliputi semua usia dan lapisan masyarakat yang jika tidak di ketahui sejak dini dan di biarkan berlanjut dapat menjadi lebih parah. Selain itu timbul pula komplikasi yang serius berupa penyakit ginjal, jantung, saraf dan sebagainya.

Minum susu dengan menggunakan botol sampai tertidur adalah cara yang tidak baik, cairan susu tersebut akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk beberapa waktu (jam). Genangan susu pada rongga mulut saat tidur menjadi substrat yang akan difermentasikan oleh bakteri menjadi asam, pH plak menjadi di bawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Semakin lama dan sering anak mengkonsumsi susu botol, maka potensi untuk terjadinya karies makin tinggi.

Sebuah ulasan menyampaikan bahwa terjadinya karies gigi diawali oleh proses demineralisasi enamel gigi. Konsumsi susu botol yang sering dan lama ditambah anak mengkonsumsi makanan manis yang melekat di gigi dan anak tersebut tidak menggosok gigi, maka kondisi pH plak tetap asam sehingga dapat merusak struktur jaringan keras gigi.

Karies pada gigi sulung juga disebabkan karena terpaparnya gigi oleh cairan manis dalam waktu yang lama. Lamanya cairan tersebut berada di rongga mulut, seperti ketika anak tertidur sambil menghisap dot yang berisi susu ataupun cairan manis lainnya menggunakan botol yang akan memperparah terjadinya karies. Kondisi yang memperparah terjadinya karies pada anak adalah karena ketidakpahaman orang tua terhadap penyebab utama terjadinya karies tersebut.

Dalam sebuah ulasan disampaikan bahwa gigi yang terkena kerusakan karies umumnya adalah gigi anterior rahang atas karena genangan air susu akan lebih berkontak dengan gigi-gigi rahang atas. Timbunan susu dalam mulut merupakan media yang baik untuk difermentasikan oleh bakteri streptococcus mutans sehingga menghasilkan asam yang merusak gigi. Hal yang sama disampaikan dalam sebuah ulasan lainnya bahwa kerusakan akan diperparah jika penggunaan dot dalam pemberian susu diberikan sepanjang malam atau sampai anak tertidur karena selama tidur produksi saliva sangat lambat. Anak yang minum susu tanpa menggunakan botol risiko mengalami kerusakan gigi lebih rendah, karena anak minum susu dengan posisi duduk dan cairan susu yang diminum akan langsung di telan, sehingga cairan susu tersebut tidak menggenang di gigi.

Dengan melihat beberapa ulasan di atas tentunya, langkah-langkah mencegah terjadinya karies gigi perlu diterapkan sedini mungkin, untuk langkah-langkah mencegah terjadinya karies adalah dengan minum susu tanpa botol, minum air putih yang banyak, membiasakan menggosok gigi secara teratur sehabis mengkonsumsi makanan manis dan makan makanan yang berserat. Dalam hal ini tentunya diharapkan pengetahuan orang tua sangat berpengaruh. Sebagaimana disampaikan bahwa pengetahuan orang tua yang tepat mempengaruhi perilaku kesehatan keluarga dalam meningkatkan kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan mulut anak dan status ekonomi yang baik mendukung keluarga dalam memilih sarana pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini menyebabkan status kesehatan anak tetap terjaga dan terhindar dari risiko karies yang parah.

Sama halnya dengan ulasan di atas bahwa diharapkan orang tua lebih memperhatikan kesehatan gigi anak terutama pada saat pemberian susu menjelang tidur. Pemberian susu yang paling baik adalah dengan menggunakan gelas. Jika anak terpaksa minum susu menggunakan botol maka diusahakan dalam posisi tegak dan terjaga. Apabila anak tertidur segera ambil botolnya dan mulut anak dibersihkan. Lakukan upaya pencegahan dengan menyikat gigi serta menggunakan pasta gigi mengandung fluor dengan jumlah yang tepat. Kebersihan mulut dan penggunaan fluoride penting untuk mencegah kerusakan gigi lebih lanjut. Sebagai solusi pencegahan Early Chidhood Caries adalah perhatian dan pengetahuan orang tua dalam hal kebersihan dan kesehatan gigi sehingga dapat membersihkan dan membiasakan anak menjaga kesehatan mulut dan giginya. Apabila Early Childhood Caries sudah terlanjur parah, dokter gigi harus dapat menanganinya dengan perawatan yang maksimal dan tetap memberikan perawatan pencegahan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3123/pengaruh-pemakaian-dot-pada-gigi-balita

Faktor yang Mempengaruhi Status Anemia Remaja, Apa Saja?

Anemia adalah masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi yang paling banyak dialami oleh para remaja atau anak sekolah. Anemia adalah kekurangan zat gizi makro (protein) dan zat gizi mikro terutama zat besi. Anemia banyak dialami oleh remaja putri karena mengalami siklus menstruasi ketidakseimbangan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Dampak kurangnya status besi (Fe) dapat mengakibatkan gejala seperti pucat, lesu / lelah, nafsu makan menurun serta gangguan pertumbuhan. Penanggulangan anemia remaja putri dapat dilakukan melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD). Upaya suplementasi tablet tambah darah di Indonesia diatur alam buku Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2006. Upaya penanggulangan masalah anemia pada remaja berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, antara lain yaitu saat menstruasi mengkonsumsi tablet tambah darah untuk menggantikan zat besi yang hilang bersamaan darah haid.

Faktor yang Mempengaruhi Status Anemia Remaja

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi status anemia remaja diantaranya yaitu :

1.    Pengetahuan Gizi

Upaya penanggulangan masalah anemia pada remaja berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, antara lain yaitu saat menstruasi mengkonsumsi tablet tambah darah untuk menggantikan zat besi yang hilang bersamaan darah haid.

2.    Pola Makan

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah bagaimana cara suatu makanan diperoleh, jenis makanan yang dikonsumsi, atau frekuensi makan dari seseorang. Pola makan sering kali tidak teratur, jarang makan pagi maupun makan siang, akibatnya remaja putri sering lemas dan tidak semangat dalam proses belajar. Hal ini dikarenakan pada usia remaja sering berpola makan yang salah atau pembatasan makanan tinggi Fe, pengetahuan ibu sebagai penyedia makanan di rumah tangga, pengetahuan remaja putri, pengaruh lingkungan, serta status gizi remaja tersebut.

3.    Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak menaati peraturan ke perilaku yang menaati peraturan. Masalah kepatuhan merupakan kendala utama suplementasi besi harian, karena itu suplementasi mingguan sebagai alternatif untuk mengurangi masalah kepatuhan tersebut. Untuk menjaga kepatuhan konsumsi suplemen besi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti memberikan sosialisasi pada awal kegiatan, mengonsumsi suplemen besi langsung di depan petugas, dan mengirimkan pesan singkat kepada sampel penelitian.

Penanggulangan Anemia

Penanggulangan anemia remaja putri dapat dilakukan melalui pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemberian tablet tambah darah telah dilakukan oleh Dinas Puskesmas berupa 4 tablet yang dikonsumsi selama 1 bulan, setiap 1 tablet dikonsumsi selama 1 minggu.

Oleh karena itu diharapkan agar remaja putri dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah sehingga memiliki perilaku yang baik pula mengkonsumsi tablet tambah darah untuk menurunkan angka anemia pada remaja.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3149/faktor-yang-mempengaruhi-status-anemia-remaja-apa-saja

Fisioterapi Dada pada Anak yang Mengidap Pneumonia

Pneumonia merupakan radang pada paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertaidengan batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas > 50 kali/menit, sesak, dan gejala lainnya (gelisah, sakit kepala, dan nafsu makan berkurang). Anak  yang  menderita  pada  gangguan  sistem  pernapasan  seringkali  mengalami  produksi lendir yangberlebihan di paru-parunya. Sputum atau dahak biasanya menumpuk sehingga kental dan menjadi sulit untuk dikeluarkan. Penyakit pada sistem pernapasan yang paling sering menderita oleh anak antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), pneumonia, asma dan tuberculosis. Fisioterapi dada adalah terapi tambahan penting dalam pengobatan sebagian besar penyakit pernapasan untuk anak-anak dengan penyakit pernapasan. Tujuan utama fisioterapi dada untuk anak-anak adalah untuk membantu pembersihan sekresi trakeobronkial, sehingga menurunkan resistensi jalan napas, meningkatkan pertukaran gas, dan membuat pernapasan lebih mudah. Teknik fisioterapi yang diterapkan untuk anak-anak mirip dengan orang dewasa. Teknik fisioterapi dada terdiri atas drainase postural, clapping, vibrasi, perkusi, napas dalam dan batuk efektif yang bertujuan untuk memudahkan pembersihan mukosiliar. Peningkatan sekresi paru pada pneumonia menimbulkan obstruksi pada jalan napas sehingga mengganggu ventilasi. Gangguan ventilasi menimbulkan akan terlihat pada manifestasi klinis anak yaitu penurunan saturasi oksigen dan peningkatan frekuensi pernapasan. Penanganan yang tepat akan mengurangi risiko komplikasi berupa gagal napas. Penanganan dengan tindakan fisioterapi dada merupakan terapi yang dapat mengefektifkan fungsi dari terapi lain, misalnya: pemberian obat-obat mukolitik maupun ekspektoran. Melalui literature review ini akan dapat dijelaskan tentang pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis pasda anak yang mengalami pneumonia.

Tujuan Fisioterapi Dada

Tujuan fisioterapi dada pada anak-anak yaitu untuk membantu pembersihan sekresi trakeobronkial, sehingga menurunkan resistensi jalan napas, meningkatkan pertukaran gas,dan membuat pernapasan lebih mudah. Fisioterapi dada juga dapat mengevakuasi eksudat inflamasi dan sekresi trakeobronkial, menghilangkan penghalang jalan napas, mengurangi resistensi saluran napas, meningkatkan pertukaran gas, dan mengurangi kerja pernapasan

Pemeberian Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada dilakukan dengan pemberian 20-30 menit per sesi dengan frekuensi 2-3 kali sehari selama 2-3 hari. Diberikan pada pagi atau sore hari atau sebelum tidur. Hasil yang didapat Fisioterapi dada berpengaruh nyata terhadap respirasi status anak balita dengan masalah ketidakefektifan; pembersihan jalan napas lebih efektif. Pengukuranpenelitian ini dilakukan pre-test dan post-test setelah jeda minimal dua jam intervensi. Fisioterapi dada salah satu asuhan oleh perawat untuk membantu pasien beradaptasi dengan penyakit mereka dan kembali ke pola pernapasan normal sehingga denyut jantung normal dan saturasi oksigen meningkat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3150/fisioterapi-dada-pada-anak-yang-mengidap-pneumonia

Pemilu Damai Jaga Persatuan dan Kesatuan

Sebagai refleksi bersama penyelenggaraan PEMILU pada tahun 2019, bersumber dari Data Komisi Pemlihan Umum, sebanyak 894 orang petugas penyelenggara PEMILU dan PILKADA meninggal dunia dan yang sakit sebanyak 5.175 orang. Kejadian ini sungguh sangat memprihatinkan dan menjadi salah satu memori kelam penyelenggaraan pemilihan panggung demokratis di Indonesia.

Evaluasi dan kebijakan tentunya perlu segera diambil oleh KPU, Bawaslu bersama dengan Kementerian Kesehatan dan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PEMILU dan PILKADA untuk mencegah kejadian tersebut tidak akan terulang dan penyelenggaraan PEMILU dan PILKADA tahun 2024 dengan motto “PEMILU DAMAI, Jaga Persatuan dan Kesehatan” tetap terjaga.

Lalu, apa saja yang bisa dilakukan?

Bagi para petugas penyelenggara PEMILU dan PILKADA pastikan yang paling utama mereka menerapkan 4C sebelum dan pada saat penyelenggaraan PEMILU:

  • Cukup Tidur (6-8 jam sehari)
  • Cukup Minum (Minimal 8 gelas per hari)
  • Cukup Makan (Makanan bergizi seimbang)
  • Cukup Olahraga (Aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari)

Untuk area kerja Petugas PEMILU (Tempat Pemungutan Suara) pastikan diantaranya:

  • Memiliki ventilasi dan pencahayaan yang baik
  • Tersedia sanitasi/toilet, tempat sampah, tempat cuci tangan, sabun dan air bersih yang memadai
  • Tersedia alur yang jelas dan ruang tunggu memadai agar tidak terjadi penumpukan pemilih
  • Tersedia troli untuk mengangkut barang/berkas PEMILU
  • Bebas asap rokok
  • Tersedia kontak puskesmas/tenaga kesehatan untuk keadaan darurat
  • Memiliki pengaturan shift kerja untuk menghindari kelelahan petugas
  • Tersedia media edukasi Kesehatan

Hal Penting lainnya bagi Kesehatan para petugas penyelenggara PEMILU dan PILKADA saat bertugas yaitu:

  • Lakukan peregangan setiap 2 jam (3-5 menit) selama bekerja
  • Gunakan masker apabila flu/batuk
  • Menerapkan etika batuk dan bersin
  • Menjaga kebersihan lingkungan
  • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
  • Batasi minum kopi, minuman berpemanis dan bersoda; dan
  • Segera ke Puskesmas atau hubungi tenaga Kesehatan jika sakit atau ada keluhan kesehatan.

Selain itu, untuk mendukung kebugaran petugas penyelenggara PEMILU dan PILKADA, Puskesmas akan menyelenggarakan senam bersama Petugas PEMILU pada tanggal 2 dan 9 Februari 2024. Salah satu langkah sebagai bentuk kolaborasi Tindakan preventif dan promotive Kesehatan penyelenggaraan PEMILU dan PILKADA.

Tak lupa juga, sebagai Pemilih, tentunya kita harus menjadi pemilih sehat dan cermat diantaranya dengan:

  • Menjaga kebersihan tempat pemungutan suara
  • Bila bergejala flu/batuk atau memiliki penyakit tidak menular atau imunitas rendah wajib memakai masker
  • Tidak merokok selama berada di tempat pemungutan suara
  • Menerapkan etika batuk dan bersin, dan
  • Tidak berkerumunan di lokasi pemungutan suara dan mematuhi arahan petugas penyelenggara PEMILU dan PILKADA
  • Hindari minuman berenergi dan beralkohol

14 Februari 2024 semakin dekat, Hari Kasih Sayang bagi masa depan negeri tercinta Indonesia, yuk kita andil dan jaga bersama.
#PEMILUdamai
#JagaPersatuandanKesehatan

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/pemilu-damai-jaga-persatuan-dan-kesatuan

Melatih Pengelolaan Emosi Pada Anak

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan suatu campuran antara gejolak fisiologis (misalnya denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (misalnya senyuman atau ringisan). Ada dua macam emosi yaitu emosi positif (afektifitas positif) dan emosi negatif (afektifitas negatif). Afektifitas positif merupakan emosi yang sifatnya positif, dari energi yang tinggi, ketertarikan, dan kegembiraan hingga perasaan sabar, dan tenang. Afektivitas negatif mengacu kepada emosi yang sifatnya negatif, seperti kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah, dan kesedihan. Emosi tersebut adalah hal yang wajar dirasakan oleh setiap orang selama tidak berlebihan dan sesuai dengan situasi yang ada serta tidak mengganggu diri sendiri dan orang lain. Diperlukan kemampuan pengelolaan emosi yang baik agar setiap emosi yang muncul tidak berlebihan.

Pengelolaan emosi merupakan suatu proses merubah pengalaman emosional, ekspresi, reaksi fisiologi, dan situasi yang memunculkan emosi tersebut untuk menghasilkan respon yang sesuai dengan tuntutan yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan. Berikut ini adalah aspek pengelolaan emosi menurut Gratz dan Roemer:

1.     Kesadaran dan pemahaman mengenai emosi

2.     Penerimaan emosi

3.     Kemampuan untuk menggunakan perilaku yang memiliki tujuan dan menahan diri dari perilaku yang impulsif ketika mengalami emosi negatif.

4.     Kemampuan untuk menggunakan stretegi pengelolaan emosi secara fleksibel berdasarkan situasi untuk mengatur respon emosional karena adanya keinginan memenuhi tujuan individu dan tuntutan lingkungan.

Pengelolaan emosi dapat dilatih kepada anak sejak usia dini dengan cara sebagai berikut:

  1. Ajarkan anak untuk menyadari dan memahami emosi yang sedang dirasakan. Beri nama pada setiap emosi yang muncul contohnya ketika anak tertawa maka bapak/ ibu dapat mengatakan “adik sedang senang” begitu pula ketika menangis maka bapak/ ibu dapat mengatakan “adik sedang sedih”. Pengamatan orang tua terhadap perubahan emosi anak sangat penting dalam proses belajar menyadari dan memahami emosi.
  2. Berilah pemahaman pada anak jika setiap emosi adalah hal yang alami, sebagai contoh ketika anak menangis karena mainannya rusak maka bapak/ ibu dapat berkata “adik sedih karena mainannya rusak ya? Tidak apa-apa jika ingin menangis dulu.”
  3. Ajarkan pada anak untuk dapat mengungkapkan perasaannya dengan cara “saya merasa sedih karena…”
  4. Berilah contoh perilaku pengelolaan emosi yang positif pada anak
  5. Bapak dan ibu dapat mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan agar anak bisa belajar berempati pada persaan orag lain. 
  6. Gunakan media seperti buku pengenalan emosi atau boneka emosi agar anak dapat belajar mengenai macam-macam emosi & ekspresinya.
  7. Ajarkan teknik relaksasi sederhana seperti meniup lilin. Ketika anak sedang marah bapak/ ibu dapat mengajak anak membayangkan sebuah lilin ulang tahun kemudian menarik napas panjang dan hembuskan dengan kencang.
  8. Berikan dukungan dan pujian pada anak atas usaha yang telah dilakukan anak.

Setiap anak memiliki keunikan masing-masing sehingga orang tua harus lebih peka terhadap kebutuhan anak dalam proses mengenali dan memahami emosi agar anak mampu mengelola emosi dengan baik. Konsistensi dalam pengasuhan dan dukungan yang positif dapat menjadi dasar keterampilan emosi yang baik.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3125/melatih-pengelolaan-emosi-pada-anak

Diet Sehat untuk Menjaga Kesehatan Jantung

Morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler meningkat, menjadi masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia. Telah diketahui bahwa risiko penyakit kardiovaskuler dipengaruhi oleh gaya hidup, termasuk pola makan yang tidak baik, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik. Pola makan yang tidak baik adalah penyebab utama obesitas dan diabetes tipe 2 yang menjadi kontributor utama terhadap morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler.Oleh sebab itu memperbaiki pola hidup merupakan hal yang sangat penting bagi penderita penyakit kardiovaskuler ataupun mencegahnya. Berikut adalah rekomendasi diet sehat untuk menjaga kesehatan jantung :

1.     Konsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan.

Konsumsi sayuran sangat penting untuk kesehatan jantung terkait komposisi dan manfaatnya bagi kesehatan. Sayuran umumnya mengenyangkan dan memiliki indeks glikemik yang rendah dan kaya akan mikronutrient yang bermanfaat, seperti serat, vitamin, mineral dan fitokimia. Diet kaya akan sayuran memiliki manfaat yang signifikan pada penurunan risiko penyakit kardiovaskuler karena memiliki manfaat antioksidan dan antiinflamasi pada senyawa karotenoid yang terdapat pada sayuran warna-warni, seperti bayam, wortel, ubi jalar dan tomat. Konsumsi buah juga direkomendasikan bagi penderita jantung karena efek antioksidan dan anti inflamasi. Buah-buahan sebaiknya dikonsumsi secara utuh karena jus sari buah atau smoothie dikaitkan dengan pengurangan serat atau adanya tambahan gula.

2.     Batasi atau hindari konsumsi lemak trans.

Tubuh kita tidak membutuhkan lemak trans sama sekali, namun lemak ini ada pada beberapa jenis makanan. Lemak trans adalah lemak yang paling dikaitkan dengan efek merugikan kardiovaskuler diikuti dengan lemak jenuh. Lemak trans adalah lemak yang berasal dari industri atau secara alami diproduksi oleh hidrogenasi bakteri dari asam lemak tak jenuh di usus hewan ruminansia, seperti sapi, domba, kambing sehingga terdapat dalam daging dan susu yang berlemak. Lemak trans yang diproduksi secara industry ditemukan dalam lemak nabati seperti margarin, makanan yang digoreng, produk bakery (seperti biskuit, kue kering, cookies, cake, donat) yang dibuat dengan lemak terhidrogenasi secara industri telah dilaporkan sebagai sumber makanan utama lemak trans dengan kandungan akhir mencapai 60?ri lemak total. Sedangkan lemak trans alami yang terkandung dalam daging dan susu jauh lebih rendah dan tidak lebih dari 6?ri total lemak.Dan untuk produk fermentasi seperti yogurt, direkomendasikan karena dikaitkan dengan efek protektif terhadap diabetes dan jantung coroner (PJK).

3.     Meningkatkan konsumsi ikan

Makan ikan atau konsumsi omega-3 memiliki manfaat terhadap penudaan progresivitas sindrom koroner akut menjadi Miocard Infark (MI) dan komplikasi jantung termasuk kematian.  Meskipun sangat dianjurkan, masih belum diketahui secara pasti apakah makan ikan lebih banyak, terutama minyak ikan sama efektifnya untuk pencegahan kardiovaskuler. Sebuah survey melaporkan bahwa makan ikan 175 g/ minggu (sekitar 2 porsi) ikan dengan peningkatan jumlah omega-3 dikaitkan dengan pengurangan risiko kejadian penyakit jantung dan kematian total diantara individu yang berisiko tinggi atau pasien dengan penyakit pembuluh darah.

4.     Mengurangi asupan garam

Konsumsi garam yang berlebihan merupakan kontribusi utama terhadap peningkatan tekanan darah dan akibatnya terhadap morbiditas kardiovaskuler.Pada sebuah meta analisis menunjukkan mereka yang memiliki hipertensi dan asupan natrium > 7 g/hari memiliki peningkatan risiko 23% terhadap kejadian kardiovaskuler dan kematian selama median 4,2 tahun. Studi kohort observasional lainnya telah menunjukkan hubungan signifikan antara konsumsi natrium dengan stroke dan PJK. Efek penurunan tekanan darah dari obat hipertensi dapat ditingkatkan dengan menghindari penambahan garam dan makanan kaya garam sesuai dengan DASH diet. Asupan kalium yang tinggi juga dapat meningkatkan efek penurunan tekanan darah. American Heart Association merekomendasikan konsumsi garam tidak lebih dari 2.300 mg/hari (sekitar 1 sendok teh). Namun kebanyakan garam yang dikonsumsi berasal dari makanan terproses seperti makanan kaleng, makanan beku, dan makanan cepat saji. Selain itu juga hati-hati dalam mengonsumsi saus seperti kecap, saus tomat, mayones karena juga mengandung tinggi natrium.

5.     Mengurangi minuman berpemanis

Konsumsi > 10% energi dari gula tambahan menunjukkan peningkatan mortalitas penyakit kardiovaskuler berkaitan dengan meningkatnya insiden diabetes tipe 2. 1 porsi/hari meningkatkan risiko diabetes tipe2 sebesar 6%.3

6.     Konsumsi daging tanpa lemak dalam jumlah sedang tetapi membatasi daging olahan

Konsumsi daging olahan seperti sosis, kornet, daging asap, dan sebagainya dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Sedangkan daging merah dikonsumsi dalam jumlah sedang dan mengganti daging merah dan daging olahan dengan seafood, unggas rendah lemak atau kacang kacangan. Penelitian membedakan daging segar dengan daging olahan disebabkan dengan pengolahan dimungkinkan adanya peningkatan kandungan lemak dan garam. Suatu penelitian analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara daging yang tidak diproses dengan kejadian PJK, sedangkan untuk daging olahan terkait dengan peningkatan 42% risiko PJK untuk 50 g/ hari.

Pola diet yang sehat bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler di masa depan. Diet yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian lebih direkomendasikan. Sumber protein lebih dipilih protein nabati diikuti dengan ikan dan unggas. Pola diet sehat dengan membatasi konsumsi pati olahan, tambahan gula (termasuk minuman berpermanis), lemak trans, daging merah (khususnya daging olahan) dan natrium (asupan garam). Lemak jenuh diganti dengan minyak tak jenuh. Konsumsi susu rendah lemak,diutamakan produk susu fermentasi seperti yogurt dan keju, tetapi hindari mentega dan krim terutama bagi penderita diabetes atau yang berisisko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler. Kemudian diikuti dengan aktivitas fisik teratur, menjaga berat badan ideal, hindari merokok akan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler dimasa depan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3139/diet-sehat-untuk-menjaga-kesehatan-jantung

Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Tepat untuk Pencegahan Stunting

Stunting merupakan perawakan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang /tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 Standar Deviasi ( SD) pada kurva pertumbuhan WHO. Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi utama pada balita di Indonesia yang belum teratasi. Angka kejadian stunting berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 adalah sebesar 30,8%.

Stunting akan memengaruhi perkembangan otak jangka panjang yang selanjutnya berdampak pada kemampuan kognitif dan prestasi sekolah. Selain itu stunting juga akan memengaruhi daya tahan tubuh, kapasitas kerja, peningkatan risiko obesitas dan penyakit-penyakit degeneratif antara lain seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dan penyakit-penyakit kardiovaskular.

Stunting disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor keluarga dan rumah tangga, ASI, makanan pendamping ASI ( MP ASI), dan infeksi. MP ASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi selama periode pemberian makanan peralihan. Pemberian MP ASI  yang tidak adekuat dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat. Kualitas MP ASI yang rendah seperti MP ASI dengan kandungan kalori, protein dan mikronutrien yang rendah dapat meningkatkan risiko stunting. Selain komposisi MP ASI, keamanan pangan dan air juga perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI. Penggunaan bahan makanan dan air yang terkontaminasi serta higienitas yang buruk dapat menurunkan kualitas MP ASI.

Pada Tahun 2003 WHO mengeluarkan rekomendasi tentang pemberian MP ASI yang dimulai  pada usia genap 6 bulan sambil melanjutkan ASI sampai 24 bulan.  MP ASI yang baik adalah yang memenuhi beberapa persyaratan yaitu tepat waktu, bergizi lengkap, cukup dan seimbang, aman serta  diberikan dengan cara yang benar.

WHO pada tahun 2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu :

  1. Tepat waktu artinya MP ASI harus diberikan saat ASI ekslusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
  2. Adekuat artinya MP ASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya
  3. Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih
  4. Tepat cara pemberian mengikuti  prinsip responsive feeding artinya MPASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak.

Tepat waktu

Sejak usia 6 bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, protein, zat besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga diperlukan makanan pendamping ASI yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi makro dan mikro tersebut. MP ASI mulai diberikan jika perkembangan oromotor bayi sudah baik yang pada umumnya dicapai pada usia 4-6 bulan.

Adekuat

Makanan Pendamping ASI secara kualitas dan kuantitas harus memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usia. MPASI yang dianjurkan harus memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, mengandung cukup energi, serta dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan mikronutrien bayi.

Karbohidrat berperan sebagai sumber energi utama dan diperlukan sekitar 40-60% kebutuhan energi total. Bahan makanan sumber karbohidrat untuk bayi antara lain beras putih, jagung, kentang, gandum, ubi, singkong, dan pasta.

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan regenerasi sel. Protein diperlukan sebesar 9,1-13,5 gram/hari pada usia bayi 0-12 bulan. Bahan makanan sumber protein antara lain ayam, daging merah, ikan, telur, tahu, tempe dan kacang-kacangan.

Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan komponen utama membran sel. Kebutuhan lemak  sekitar 20-30% kebutuhan energi  total. Asam lemak esensial sangat diperlukan untuk perkembangan otak, respon kekebalan tubuh dan sebagai pengontrol peradangan. Contoh dari asam lemak esensial ini adalah omega-3 dan omega-6. Bahan makan sumber asam lemak esensial antara lain ikan tuna, ikan salmon, ikan makarel, ikan sarden, telur, alpukat,  flaxseed, chiaseed, dan  minyak canola,

Mikronutrien yang paling  tidak terpenuhi kebutuhannya setelah usia 6 bulan adalah zat besi. Dalam upaya pemenuhan zat gizi tersebut maka MP ASI dibuat dari bahan makanan yang tinggi zat besi. Bahan makanan sumber zat besi antara lain hati ayam/ hati sapi, daging merah, ikan, udang, tiram, dan tuna. Apabila terdapat kesulitan dalam pemenuhan zat besi dari bahan makan sumber makan dapat diberikan MP ASI yang difortifikasi zat besi.atau pemberian  suplemen zat besi. .

Aman

Makanan pendamping ASI yang diberikan harus terjamin kebersihan dan keamanannya. Oleh karena itu harus dilakukan beberapa hal berikut seperti mencuci tangan sebelum makan, pergunakan alat-alat makan yang bersih dan steril, masaklah makanan dengan benar, hindari mencampur makanan mentah dengan makanan yang sudah matang, cucilah sayur dan buah sebelum dimakan, pergunakanlah sumber air bersih, dan simpanlah makanan pada tempat yang aman

Tepat cara pemberian mengikuti prinsip responsive feeding :

Responsive feeding menurut WHO mencakup:

 • Pemberian makan langsung kepada bayi oleh pengasuh dan pendampingan untuk anak yang lebih tua yang makan sendiri

• Peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan bayi / batita

• Berikan makanan secara perlahan dan sabar

• Dorong anak untuk makan tanpa adanya paksaan.

• Mencoba berbagai kombinasi makanan, rasa, tekstur serta cara agar anak mau bila anak menolak banyak macam makanan.

• Sesedikit mungkin distraktor selama makan bila anak mudah kehillangan perhatian sewaktu makan.

• Waktu makan merupakan periode pembelajaran, pemberian kasih sayang termasuk berbicara kepada anak disertai kontak mata.

Semakin bertambah usia anak semakin bertambah energi yang dibutuhkan dari MP-ASI. Oleh karena itu frekuensi dan jumlah pemberian MP ASI semakin ditingkatkan sesuai dengan usia bayi. Jadwal pemberian MP ASI dapat diberikan menjadi tiga kali makan utama dan makanan selingan dua-tiga kali sehari. Waktu pemberian makan tidak lebih dari 30 menit.  Lingkungan  selama pemberian makan juga dibuat menyenangkan dan tidak ada distraksi saat makan seperti mainan, televisi atau perangkat elektronik.

Contoh jadwal pemberian makan pada bayi dan anak :

Jadwal                                                    USIA

                   6-8 bulan                            9-11 bulan                          12-23 bulan

06.00           ASI                                    ASI                                    ASI

08.00           Makan Pagi                        Makan Pagi                        Makan Pagi        

10.00           ASI / Makanan Selingan      ASI / Makanan Selingan      ASI / Makanan Selingan

12.00           Makan Siang                      Makan Siang                      Makan Siang

14.00           ASI                                    ASI                                    ASI

16.00           Makanan Selingan              Makanan Selingan               Makanan Selingan

18.00           Makan Malam                    Makan Malam                      Makan Malam

20.00           ASI                                    ASI                                      ASI

24.00           ASI*                                   ASI                                   ASI* 

03.00           ASI                                  ASI                                   ASI*

<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>

* Bila bayi/anak masih menghendaki

Keterangan :

Umur 6-8 bulan      : MP ASI berupa makanan saring atau lumat

Umur 9-11 bulan    : MP ASI berupa makanan kasar/makanan keluarga yang dimodifikasi

Umur 12-23 bulan  : MP ASI berupa makanan keluarga

Makanan selingan berupa buah

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3121/pemberian-makanan-pendamping-asi-yang-tepat-untuk-pencegahan-stunting

Diet Pasca Stroke

Stroke atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi beberapa kelainan yang berhubungandengan kemampuan makan pasien yang pada akhirnya berakibat pada penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan diet khusus.

Tujuan diet pasca stroke adalah :

  1. Memberi makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit. 
  2. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal dan dekubitus..
  3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
  4. Fase pada diet stroke : Berdasarkan tahapannya, diet pada pasien stroke dibagi menjadi dua fase :  Fase Akut ( 24 – 48 jam ) = Apabila keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun, diberikan makanan parenteral dan dilanjutkan dengan makanan enteral (bisa melalui NGT).  
  5. Fase Pemulihan : Fase dimana pasien sudah sadar dan tidak mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan peroral secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. Apabila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahapsebagai gabungan antara parenteral nutrisi, peroral, dan NGT.

Prinsip dan syarat diet pasca stroke dengan memperhatikan kandungan gizi, sebagai
berikut :

  1.  Energi : Energi cukup, yaitu 25-45 kkal/kg BB. Pada fase akut, energi diberikan 1100- 1500 kkal/hari.
  2. Protein : Protein cukup, yaitu 0,8-1 gr/kg BB. Apabila pasien dalam keadaan gizi kurang protein diberikan 1,2-1,5 gr/kg BB. Apabila disertai komplikasi Ginjal, protein diberikan rendah yaitu 0,8 gr/kg BB.
  3. Karbohidrat : Karbohidrat cukup, 60-70?ri total kebutuhan.
  4. Lemak : Lemak cukup, 20-25??ri kebutuhan total. Lemak jenuh dibatasi yaitu kurang dari 10?ri kebutuhan total, Kolesterol dibatasi < 300>
  5. Vitamin :Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan E.
  6. Mineral : Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. Penggunaan natrium dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1 ½ sdt/hari
  7. Serat : Serat cukup, Untuk menurunkan kolesterol dan mencegah Konstipasi.
  8. Bentuk makanan :Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien. Makanan diberikan dalam porsi sedikit tapi sering.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3118/diet-pasca-stroke

1 13 14 15 16 17 22

Search

+