Peran Okupasi Terapi dalam Meningkatkan AKS pada Pasien SCI

Spinal Cord Injury (SCI) atau cedera sumsum tulang belakang terjadi ketika ada kerusakan pada sumsum tulang belakang yang menghalangi komunikasi antara otak dan tubuh, yang dibebabkan oleh faktor trauma dan non trauma (Shepherd Center, 2011). Penyebab paling umum SCI adalah kecelakaan mobil, jatuh, luka tembak, kecelakaan sepeda motor, insiden menyelam, dan komplikasi medis.

SCI mempengaruhi fungsi neurologis otonom tubuh, menyebabkan beberapa gangguan seperti kehilangan fungsi usus, kandung kemih, dan fungsi seksual.

Individu dengan SCI juga mengalami berbagai keterbatasan dalam kegiatan dan gangguan partisipasi pada Aktivitas kehidupan sehari-hari dalam area seperti mobilitas (seperti mengubah posisi tubuh, transfer, berjalan), kegiatan perawatan diri (seperti mandi, berpakaian, mandi, makan), kegiatan rumah tangga (seperti membersihkan, memasak, merawat lainnya), pendidikan, pekerjaan, pemeliharaan hubungan sosial, dan partisipasi dalam aktivitas waktu luang.

Okupasi Terapis mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemulihan kembali pasien SCI dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) pada Pasien SCI

Okupasi Terapi setelah cedera tulang belakang berfokus pada kemudahan transisi kembali ke kehidupan sehari-hari. Pasien SCI dapat memaksimalkan kemandirian mereka dengan mempraktikkan aktivitas sehari-hari dan menggunakan peralatan adaptif.

Okupasi Terapi dapat menggunakan latihan khusus secara berulang untuk mendapatkan kembali mobilitas. Pengulangan sangat penting karena membantu memicu neuroplastisitas, yaitumekanisme yang digunakan sistem saraf pusat untuk memperbaiki dirinya sendiri dan mendapatkan kembali fungsi setelah cedera.

Namun, tidak seperti terapi fisik, terapi okupasi mengambil pendekatan yang lebih holistik dengan menggunakan teknik dan latihan praktis berbasis aktivitas untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, seorang pasien mungkin berlatih bagaimana bangun dari tempat tidur atau menyikat giginya.

Okupasi Terapi menerapkan strategi restoratif dan kompensasi untuk mengoptimalkan kemandirian dan meminimalkan komplikasi setelah cedera tulang belakang.

Okupasi Terapi menggunakan kreativitas dan strategi kompensasi atau cara baru untuk menyelesaikan tugas sehari-hari, antara lain memodifikasi lingkungan, mengadaptasi aktivitas, atau mendidik pasien tentang teknik menggunakan peralatan kompensasi.

Kegiatan Okupasi Terapi Okupasi dengan strategi kompensasi efektif yang dapat dipelajari oleh pasien cedera tulang belakang untuk meningkatkan kemampuan AKS antara lain :

1.      Makan dengan peralatan adaptif dan pelindung/penahan piring

Ada banyak variasi peralatan adaptif untuk pasien cedera tulang belakang dengan gangguan motorik ekstremitas atas.

Sebagai contoh, beberapa peralatan adaptif untuk mereka yang tidak dapat menggenggam atau menggunakan pegangan bengkok untuk mereka yang tidak dapat memutar atau menekuk pergelangan tangan mereka.

Pasien yang mengalami gangguan dalam kontrol pergelangan tangan terbatas dapat menggunakan pelindung pelat, yang diletakkan di tepi piring untuk mencegah tumpah

2.      Penggunaan Pegangan universal

Terapis okupasi dapat merekomendasikan penggunaan Pegangan universal untuk pasien cedera tulang belakang yang kesulitan mencengkeram.

Barang-barang seperti sikat rambut dan sikat gigi dapat dilekatkan pada Pegangan universal dan kemudian diselipkan ke tangan agar tidak terjatuh.

3.      Mengelola inkontinensia dengan kateterisasi

Komplikasi umum lainnya dari cedera tulang belakang adalah hilangnya kontrol atas otot kandung kemih. Salah satu cara untuk mengelola inkontinensia urin adalah melalui kateterisasi, yang melibatkan memasukkan tabung ke dalam kandung kemih untuk mengalirkan urin.

Dengan edukasi yang cukup, banyak pasien dengan cedera tulang belakang mampu menyelesaikan kateterisasi diri, sangat meningkatkan kemandirian mereka dengan toileting.

4.      Menggunakan dudukan toilet yang ditinggikan

pasien cedera tulang belakang menggunakan kursi toilet yang ditinggikan untuk mengurangi risiko jatuh.

Mungkin sulit bagi pasien cedera tulang belakang dengan fungsi tubuh bagian bawah yang terbatas untuk melakukan transfer, terutama ketika tempat duduknya rendah.

Dudukan toilet yang ditinggikan dapat mengurangi perbedaan ketinggian antara kursi roda pasien dan dudukan toilet, membuat kursi lebih mudah untuk naik dan turun, dan dapat meminimalkan tekanan pada persendian.

5.      Berpakaian di tempat tidur

Individu dengan kelumpuhan sering merasa lebih mudah untuk berpakaian sendiri di tempat tidur mereka daripada kursi roda mereka.

Karena luas permukaan kasur yang besar, individu dapat bergerak tanpa khawatir kehilangan keseimbangan atau terjatuh. Setelah pakaian mereka terpasang, mereka selalu dapat menyesuaikannya kembali untuk kenyamanan setelah mereka duduk.

6.      Menggunakan pengangkat kaki untuk kemudahan berpindah tempat

Dengan hanya menempatkan kaki di dalam lingkaran dan menarik tali, pasien yang memiliki kekuatan tubuh bagian atas yang baik dapat dengan mudah menggerakkan kaki mereka.

7.      Mandi sambil duduk, menggunakan pancuran genggam

Pasien cedera tulang belakang harus ekstra hati-hati saat mandi dengan tetap duduk, memasang  anti selip ke lantai, dan menggunakan pancuran genggam untuk meminimalkan kebutuhan untuk bergerak. Spons bergagang panjang juga dapat membantu pasien membersihkan ekstremitas bawah dengan aman.

Menggunakan bangku transfer dapat mempermudah dan lebih aman bagi individu untuk masuk atau keluar dari bak mandi.

8.      Menggunakan reacher untuk mengambil objek yang tidak terjangkau

Pasien SCI disarankan oleh terapis okupasi untuk menggunakan reacher untuk mencegah jatuh .

Untuk meminimalkan risiko jatuh, terapis okupasi dapat merekomendasikan penggunaan reacher sebagai perpanjangan lengan. Reachers juga dapat membantu beberapa individu dengan kaki mereka melalui kaki celana mereka saat berpakaian.

9.      Memasang pegangan dan hand rail untuk pemindahan yang aman

Saat melakukan transfer, penting untuk memegang permukaan yang stabil.

Memasang pegangan dan hand rail di area di mana pemindahan biasanya dilakukan seperti tempat tidur, toilet, dan bak mandi dapat membantu mencegah jatuh.

10.  Adaptasi mobil untuk dikendarai

Adaptasi mobil seperti kontrol tangan dan tempat duduk yang dapat disesuaikan dapat memungkinkan individu dengan cedera tulang belakang untuk mengoperasikan mobil dengan aman.

Individu harus lulus evaluasi tertulis dan klinis untuk memastikan mereka dapat mengemudi tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau siapa pun di sekitar mereka.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3867/peran-okupasi-terapi-dalam-meningkatkan-aks-pada-pasien-sci

Senam Kaki Diabetik untuk Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (sering disebut sebagai diabetes) adalah suatu kondisi medis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan efektif. Insulin adalah hormon yang membantu tubuh mengubah glukosa (gula darah), lemak, dan protein menjadi energi. Akibatnya, kadar gula darah tetap tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika tidak diobati dengan baik.

Senam kaki diabetik adalah serangkaian gerakan olahraga yang dirancang khusus untuk membantu menjaga kesehatan kaki bagi penderita diabetes. Karena diabetes dapat mempengaruhi sirkulasi darah, saraf, dan kulit kaki, senam kaki bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, memperkuat otot-otot kaki, dan mencegah komplikasi seperti luka atau infeksi. Senam kaki juga membantu mengurangi rasa nyeri atau kesemutan yang sering dialami oleh penderita neuropati diabetik.

Manfaat Senam Kaki Diabetik

  • Meningkatkan sirkulasi darah: Gerakan ini membantu meningkatkan aliran darah ke kaki dan kaki bagian bawah, yang seringkali terpengaruh oleh diabetes.
  • Mencegah luka dan infeksi: Dengan menjaga fleksibilitas dan kekuatan kaki, senam ini dapat mencegah cedera atau luka kecil yang dapat berkembang menjadi masalah serius.
  • Mengurangi rasa nyeri dan kesemutan: Penderita neuropati diabetik sering merasakan kesemutan atau rasa nyeri pada kaki, dan senam kaki dapat membantu mengurangi gejala ini.
  • Memperkuat otot-otot kaki: Meningkatkan kekuatan otot kaki juga membantu penderita diabetes untuk tetap aktif dan bergerak dengan baik.

LANGKAH SENAM DIABETIK menurut Waspadi, 2006

1.       Duduk dengan betul di atas kursi sambil meletakkan kaki ke lantai.

2.       Meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki keatas. Kemudian, jari-jari kaki seperti cakar ayam. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali.

3.       Angkat ujung kaki kemudian angkat tumit. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

4.       4.Angkat ujung kaki, turunkan ke samping dan letakkan ke tengah. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali.

5.       5.Jari kaki diangkat, turunkan ke samping dan letakkan ke tengah. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

6.       Angkat 1 kaki dan luruskan kemudian gerakkan jari kaki ke arah depan. Lakukan pada kaki yang satunya. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

7.       Angkat 1 kaki dan luruskan kemudian gerakkan telapak kaki ke arah wajah. Lakukan pada kaki yang satunya. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

8.       Angkat kedua kaki dan luruskan. Kemudian gerakkan telapak kaki ke arah wajah. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

9.       Angkat kedua kaki dan luruskan. Kemudian putar pergelangan kaki. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

10.   Angkat 1 kaki kemudian tulislah angka 0-9 di udara. Lakukan pada kaki yang satunya.

11.   Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai, bentuk bola, buka bola menjadi lembaran seperti semula, robek lembaran bola menjadi 2 bagian, 1 bagian robek menjadi lembaran kecil-kecil, satukan dengan lembaran yang utuh, bentuk bola dengan kedua kaki kemudian buang ke tempat sampah

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3869/senam-kaki-diabetik-untuk-diabetes-mellitus

Hati-hati Salmonellosis ! Asing Ya Istilahnya? Cari Tau Yuk!!!

Salmonellosis merupakan penyakit menular (zoonosis) yang menyerang sistem pencernaan, tepatnya bagian saluran usus baik manusia dan hewan akibat infeksi dari bakteri Salmonella melalui kontaminasi makanan dan minuman yang sudah tercemar bakteri tersebut, dan juga bisa dibawa oleh serangga seperti lalat. Gejala umumnya berupa diare dan bisa menyebabkan kematian jika terjadi komplikasi. Intensitas reaksi mulai terinfeksi bakteri Salmonella akan terjadi sekitar 7 sampai 36 jam dan akan berlangsung selama 2 sampai 7 hari.

Berbagai gejala lainnya termasuk:

•      Muntah dan mual

•      Sakit perut, kram perut, atau nyeri hebat pada perut

•      Panas dingin atau demam

•      Menggigil

•      Nyeri otot

•      Feses berdarah

•      Terdapat tanda-tanda dehidrasi, seperti urine sedikit atau warnanya gelap, mulut kering, dan energi lemah (lemas)

Penyakit Salmonellosis mempunyai dua jenis variasi yakni tifoid dan non tifoid. Salmonellosis tifoid terdiri dari demam tifoid (thypoid fever) dan demam paratifoid (parathyphoid fever) yang ditimbulkan oleh tiap-tiap Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A dan B, sedangkan Salmonellosis non tifoid biasanya disebabkan oleh serovar-serovar yang tidak menyimpan hospes (inang) detail, serovar ini berkarakter sebagai pathogen baik kepada hewan dan manusia.

Bakteri Salmonella ini biasanya didapati pada:

  • Daging mentah, biasanya bakteri Salmonella dapat hinggap pada daging yang terkena kotoran selama pemotongan atau terbengkalai begitu saja, bisa melalui perantara lalat.
  • Telur mentah, telur ini juga bisa menjadi penyebab Salmonellosis. Hewan unggas sangat rawan terinfeksi bakteri Salmonella apabila menghasilkan telur maka telur tersebut juga bisa ikut terinfeksi.
  • Susu, jus, atau minuman lainnya yang tidak dipasteurisasikan atau disteriliasasi.
  • Sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan bisa terkontaminasi apabila tidak dibersihkan dengan benar.

Jalur masuk bakteri Salmonella ke tubuh melewati makanan ataupun minuman yang tercemar kuman atau bisa juga bakteri dibawa oleh serangga (lalat) kemudian hinggap di makanan tersebut, kemudian masuk ke saluran pencernaan lambung (sebagian dimusnahkan) dan sebagian lainnya lolos berkembang biak di saluran usus setelah itu hipotalamus merespon dengan meningkatkan suhu tubuh dan terjadilah demam typhoid (tipes) yang menimbulkan gejala berupa diare dan lainnya (Nuruzzaman & Syahrul 2016).

Tingkatan infeksi bakteri Salmonella dibagi menjadi beberapa tingkatan, diantaranya :

  • Gastroenteritis atau lebih dikenal dengan keracunan makanan yaitu penyakit yang bisa menginfeksi saluran pencernaan (usus) dan tidak didapati zat racun (toksin) sebelumnya. Penyebab terjadinya gastroenteritis yaitu menyantap makanan serta minuman yang tercemar bakteri Salmonella, seperti daging dan telur. Gejalanya akan berlangsung sekitar delapan hingga empat puluh delapan jam berupa pusing, mual ataupun muntah, diare, juga ditemui darah pada tinja, beserta hendak terjadi demam ringan yang bisa sembuh dalam dua sampai tiga hari.
  • Demam tifoid (penyakit tipes) ini yang diakibatkan oleh bakteri salmonella typhi A, B, dan C. Terjadinya penyakit ini akan dimulai dari bakteri Salmonella masuk ke mulut melalui makanan atau minuman yang sudah tercemar lalu masuk kedalam usus halus dan sebagian hancur di dalam lambung, kemudian ke kelenjar getah bening, menerobos ke ductus thoracicus. Lalu bakteri menuju kedalam salurah darah yang akan terlihat gejala setelah itu sampai ke hati, limpa, sumsum tulang, ginjal, dan lainnya. Bakteri akan berkembang biak didalam tubuh dan akan terjadinya demam tifoid atau tipes.
  • Bakterimia (septikimia) yaitu penyakit yang ditemukan pada infeksi Salmonella non-typhi dan demam tifoid. Indikasi akan keluar berupa panas serta bakterimia intermiten, juga bisa terdapat abnormalitas lain berupa osteomyelitis, pneumonia, abses paru-paru, meningitis, dan lainnya. Jika bakteri Salmonella typhi berada didalam darah sangat beresiko sekali 10 terjadinya infeksi. Perkembang biakan bakteri didalam tinja berupa negatif dan bakterimia ini tidak menyerang saluran pencernaan (usus).
  • Carrier (pembawa) ini merupakan individu yang terinfeksi Salmonella typhi yang akan membuang sisa-sisa bakteri didalam fese dalam kurung waktu yang bermacam-macam dikenal dengan istilah carrier convalescent seumpama pasien tidak lagi mengeluarkan pembuangan sisa metabolisme bakteri Salmonella typhi dalam waktu dua sampai tiga bulan. Pengidap yang berjalan melakukan ekskresi bakteri Salmonella dalam waktu 1 tahun dikenal dengan istilah carrier kronik.

Beberapa golongan masyarakat yang rawan terkena Salmonellosis diantaranya:

  • Berusia yang rawan kritis antara lain termasuk bayi (balita), anak-anak, atau usia lebih dari 65 tahun. Tidak menutup kemungkinan pada remaja bisa terjangkit bakteri Salmonella.
  • Mempunyai sistem imun tubuh yang lemah pada seseorang, contohnya pada orang dengan riwayat penyakit HIV/AIDS, orang yang sedang menjalani transplantasi organ, maupun orang yang mendapatkan perawatan kemoterapi ataupun radiasi.
  • Orang yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit peradangan usus, sel sel selaput lendir pada usus yang sudah menempuh kerusakan sebelumnya lebih sensitif terkena bakteri Salmonella.
  • Memiliki anggota keluarga yang mengalami infeksi Salmonella.
  • Mempunyai hewan peliharaan terutama pada unggas seperti burung atau reptil, karena dapat membawa Salmonella.
  • Menempuh perjalanan ke negara berkembang, yang mana sanitasinya buruk atau kebersihan di bawah sfesifikasi standar.
  • Penggunaan obat antasida yang bisa menurunkan pH di dalam lambung, berakibat bakteri Salmonella akan lebih mudah masuk dan bertahan hidup di usus.
  • Penggunaan obat antibiotik tanpa indikasi yang kurang tepat dari dokter, mampu menurunkan sejumlah bakteri baik dalam usus, lalu Salmonella dengan mudah merusak usus.

Penyakit Salmonellosis sangat sulit dideteksi, harus ada pemeriksaan fisik seperti memeriksa perut apabila terasa empuk dan mencari ruam dengan bintikbintik merah muda kecil di kulit. Apabila bintik tersebut disertai demam tinggi, terindentifikasi Salmonella yang serius maka akan terjadi demam tifoid. Selain 13 pemeriksaan fisik juga harus uji tes pada darah, urine, ataupun feses. Tes ini bertujuan untuk mencari bukti yang spesifik bahwa menunjukkan gejala terinfeksi bakteri Salmonella di tubuh penderita.

Cara menangani atau mencegah penyakit Salmonellosis bisa dimulai dari hal-hal sederhana dari individu ataupun dari lingkungan sekitar masyarakat, diantaranya:

  • Mengatur atau mengolah makanan dengan baik dan benar, harus dimasak sampai benar benar matang
  • Mengecek dengan teliti kebersihan tempat masak sebelum dan sesudah menyediakan makanan yang beresiko meningkatkan gejala
  • Mencuci tangan hingga bersih (biasakan 6 langkah cuci tangan)
  • Memakai alat-alat terpisah untuk makanan mentah dan matang
  • Mencuci alat makan hingga benar benar bersih
  • Hanya minum susu atau jus hasil yang sudah di pasteurisasi
  • Budayakan kebersihan, jaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

Ingat ya, kebersihan bukan Cuma sebagian dari iman, tapi juga kunci dari kesehatan badan, salam sehat !

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3868/hati-hati-salmonellosis-asing-ya-istilahnya-cari-tau-yuk

Mitos-mitos Menopouse

Setiap individu pasti akan mengalami proses penuaan. Pada tahap ini, akan terjadi penurunan dalam aspek fisik, mental, dan sosial, yang secara bertahap membuat mereka kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Kelompok usia ini berada di fase terakhir dari proses penuaan. Menopause adalah proses transisi dari masa produktif ke masa non-produktif yang terjadi secara bertahap, disebabkan oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron seiring bertambahnya usia. Menopause, seperti halnya menarche dan kehamilan, dianggap sebagai momen penting dalam kehidupan seorang wanita. Menarche menandai awal produksi hormon estrogen pada remaja perempuan, sementara menopause terjadi ketika ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen. Pada usia sekitar 45 tahun, ovarium mulai mengalami penuaan dan kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan estrogen. Seiring berjalannya waktu, seluruh sistem hormonal mengalami penurunan fungsi secara bertahap, yang menyebabkan perubahan dalam sekresi hormon. Hal ini berpengaruh pada perubahan fisik serta kondisi psikologis perempuan yang menghadapi fase menopause, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hubungan seksual dalam pernikahan. Penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan berkurangnya produksi hormon, terutama estrogen dan progesteron, dapat menyebabkan berbagai keluhan fisik dan psikologis pada perempuan. Kekurangan estrogen ini sering memengaruhi kualitas hidup, yang merupakan persepsi seseorang terhadap kemampuannya menjalani berbagai aspek kehidupan. Jika masalah ini tidak ditangani dengan baik, perempuan yang mengalaminya bisa merasa tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi, yang sejatinya merupakan bagian dari proses alami dalam kehidupannya sebagai seorang perempuan. Oleh karena itu, apakah benar bahwa masa menopause selalu berhubungan dengan penurunan kualitas hidup perempuan? Tulisan ini akan membahas bagaimana sebenarnya kualitas hidup perempuan yang telah mengalami menopauseMenopause proses transisi dari masa reproduktif ke non-reproduktif yang terjadi secara bertahap, akibat penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron seiring bertambahnya usia.

Mitos-mitos Menopouse

Banyak mitos atau keyakinan yang berkembang di masyarakat mengenai menopause begitu kuat diyakini, sehingga membuat perempuan cenderung memiliki pandangan negatif saat mengalaminya.

1.    Perempuan yang mengalami menopause sering kali dianggap sebagai tanda penuaan atau dianggap telah melewati masa suburnya. Dengan berhentinya menstruasi, perempuan dianggap kehilangan kemampuannya untuk melahirkan anak, yang juga dipandang sebagai berkurangnya peranannya dalam melanjutkan generasi. Selain itu, penurunan atau penghentian produksi hormon estrogen dapat mempengaruhi hilangnya ciri-ciri kecantikan yang selama ini menjadi identitas dan kebanggaan bagi banyak perempuan.

2.    Menopause sering kali dihubungkan dengan perubahan peran seorang wanita sebagai istri dan ibu. Banyak perempuan yang mengalami menopause pada saat yang hampir bersamaan dengan puncak karier suami mereka. Pada masa ini, banyak suami yang lebih fokus pada pekerjaan sehingga waktu untuk berinteraksi dengan istri menjadi terbatas. Selain itu, anak-anak mereka biasanya sudah beranjak remaja atau dewasa muda.

3.    Beberapa wanita yang mengalami menopause merasa kehilangan daya tarik seksual dan mengalami penurunan dalam aktivitas seksual mereka. Ada yang beranggapan bahwa setelah menopause, mereka tidak lagi mampu memberikan kepuasan seksual kepada suaminya, bahkan mereka merasa tidak dapat menikmati hubungan intim karena elastisitas jaringan genital yang menurun. Beberapa juga meyakini bahwa wanita menopause sebaiknya menghindari hubungan seksual, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan. Keyakinan tersebut mendorong sebagian wanita untuk mengurangi atau menghindari aktivitas seksual, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan suami istri. Kondisi ini berpotensi menimbulkan masalah yang lebih kompleks dalam hubungan mereka.

4.    Mitos lain yang beredar adalah bahwa menopause identik dengan gangguan emosional, seperti munculnya rasa cemas, tegang, kesedihan, mudah marah, mudah tersinggung, gugup, stres, dan depresi.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3836/mitos-mitos-menopouse

Gizi untuk Proses Penyembuhan Luka pada Pasien dengan Diabetic Foot Ulcer (DFU)

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang sering disebut sebagai pembunuh diam dan tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikelola sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu. Oleh karena itu, pengelolaan DM perlu dilakukan seumur hidup. Neuropati diabetik, yang merupakan salah satu penyebab DFU, dapat mengakibatkan kaki pasien terasa mati rasa hingga mengalami luka yang serius. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa kerusakan pada sistem otonom dapat terjadi di kedua kaki. Jika luka tersebut terinfeksi, konsekuensi terburuknya adalah amputasi kaki. Oleh karena itu, selain merawat kaki, penderita diabetes sangat disarankan untuk memperhatikan pola makan dan asupan gizi yang mereka konsumsi. Proses penyembuhan luka memerlukan nutrisi tertentu untuk mempercepatnya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa gizi memainkan peran krusial dalam penyembuhan luka, karena nutrisi tersebut berkontribusi pada fungsi sistem kekebalan, sintesis kolagen, serta meningkatkan kekuatan dan elastisitas luka. Konsumsi gizi yang tepat dapat mendukung proses penyembuhan DFU. Sebagian besar pasien DFU mengalami kekurangan mikronutrien akibat pola makan yang tidak memadai, yang berujung pada masalah malnutrisi. Asupan gizi yang tepat dapat membantu proses penyembuhan DFU. Banyak pasien DFU mengalami kekurangan mikronutrien akibat pola makan yang tidak seimbang, yang dapat mengakibatkan masalah malnutrisi. Pengaturan asupan gizi, baik makronutrien maupun mikronutrien, secara terapeutik adalah metode yang efektif untuk mengontrol dan mengurangi komplikasi lanjutan dari DFU. Nutrisi yang tepat dapat membantu tubuh dalam proses penyembuhan luka. Pemantauan dapat dilakukan melalui beberapa faktor, seperti ukuran ulkus, indeks glikemik, profil lipid, serta biomarker inflamasi dan oksidatif.

Macronutrient untuk Pasien dengan DFU

1.    Lemak tak jenuh sering disebut sebagai lemak baik, dan salah satu contohnya adalah Omega-3. Omega-3, sebagai makronutrien, memiliki peran penting dalam pembentukan kolagen. Peningkatan produksi kolagen yang efisien sangat bermanfaat untuk proses penyembuhan luka pada kulit. Kolagen berfungsi dengan mengurangi jaringan parut dan memberikan kekuatan pada jaringan ikat, seperti ligamen. Suplementasi asam lemak omega-3 sebesar 1 gram per hari pada responden selama 12 minggu terbukti dapat menurunkan kadar insulin, trigliserida serum, dan tanda-tanda peradangan.

2.    Lemak juga memiliki peran sebagai agen anti-inflamasi dalam proses penyembuhan luka, seperti asam linolenat dan linoleat. Selain dari suplemen minyak ikan, omega-3 bisa didapatkan dari kuning telur, makanan laut seperti salmon, sarden, makarel, serta beberapa jenis minyak nabati, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

3.    Protein terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Ini adalah sumber utama untuk pertumbuhan dan pemeliharaan otot serta jaringan tubuh.

4.    Karbohidrat adalah salah satu makronutrien penting yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh. Komponen glikoprotein yang terdapat dalam glukosa dari karbohidrat berperan penting dalam proses penyembuhan luka, karena dapat mengaktifkan enzim heksonikase dan sitrat sintase.

5.    Seng merupakan elemen yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Penurunan kadar seng dapat menghambat epitelialisasi dan proliferasi fibroblas, serta meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, seng berperan dalam sintesis protein, berfungsi sebagai komponen untuk menyimpan insulin di pankreas, dan membantu kerja enzim dalam metabolisme lipid dan insulin di dalam tubuh. Suplementasi seng dapat mengurangi ukuran ulkus dan memperbaiki kadar glikemik, yang merupakan indikator dari penyembuhan luka.

6.    Vitamin E berkontribusi dalam mengurangi inflamasi dengan cara mengatur apoptosis, respons inflamasi, dan stres oksidatif, serta meningkatkan fungsi mitokondria dan ekspresi gen faktor pertumbuhan sel. Ini dapat mendukung metabolisme karbohidrat, karena ada peningkatan produksi magnesium dan glutathione yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada diabetes foot ulcer (DFU).

7.    Kekurangan vitamin D dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi. Mengonsumsi suplemen vitamin D dapat secara signifikan menurunkan kadar lipid dan lipoprotein. Selain itu, vitamin D berkontribusi pada peningkatan pengendalian glikemik, yang merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan luka.

8.    Mengonsumsi suplemen probiotik pada pasien DFU terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka, yang terlihat dari penurunan ukuran luka, serta membantu mengatur kadar glikemik dalam tubuh.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3840/gizi-untuk-proses-penyembuhan-luka-pada-pasien-dengan-diabetic-foot-ulcer-dfu

Penggolongan Obat Antihipertensi

Obat hipertensi salah satu solusi untuk mengkontrol tekanan darah supaya berada dalam posisi tekanan darah yang normal, yaitu berada dalam posisi 120 / 80 mmHg. Penggolongan obat hipertensi berdasarkan cara kerjanya, dikelompokkan atas :

  1. ACE Inhibitor
    ACE  inhibitor  bekerja  dengan  cara  menghambat  enzim  khusus  untuk  memproduksi  hormon angiotensin  II,  yaitu  hormon  yang  dapat  memicu  penyempitan  pembuluh  darah.  Dengan  begitu, pembuluh darah dalam melebar, aliran darah dapat lebih lancar, dan tekanan darah dapar menurun. Contoh ACE inhibitor adalah: BenazeprilCaptopril EnalaprilFosinoprilLisinoprilMoexipril, Perindopril, Quinapril, Ramipril, Trandolapril dan  Imidapril.
  2. Alpha-2 receptor agonist
    Alpha-2 receptor agonist bekerja dengan cara menekan aktivitas jaringan yang memproduksi hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Contoh alpha-2 receptor agonist adalah : Metildopa dan Clonidine
  3. Antagonis kalsium (calcium channel blocker)
    Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium ke otot jantung dan pembuluh darah, sehingga memperlambat denyut jantung dan melebarkan pembuluh darah, yang menurunkan tekanan , seperti : Amlodipine , Diltiazem, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine dan Verapamil.
  4. Angiotensin II receptor blocker (ARB)
    ARB bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II, sehingga pembuluh darah melebar dan tekanan darah pun menurun. Jenis-jenis obat ARB adalah: Candesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan dan Valsartan.
  5. Penghambat adrenergik perifer
    Penghambat adrenergik perifer mengurangi tekanan darah dengan memblokir neurotransmitter di otak. Obat ini digunakan pada pasien hipertensi jika pengobatan lain belum efektif. Contoh : Reserpine
  6. Diuretik
    Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Ada beberapa jenis diuretic yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah, yaitu:
    a. Diuretik loop >> Diuretik loop bekerja dengan membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan, sehingga dapat mengurangi cairan dialiran darah. Contoh : Furosemide , Torasemide
    b. Diuretik thiazide >> Obat  ini  bekerja  dengan  cara  menurunkan cairan di dalam tubuh dan juga memperlebar pembuluh darah. Contoh: Hydrochlorothiazide, Indapamide
    c. Diuretik hemat kalium >> Obat ini bekerja dengan cara mengurangi kadar air dan natrium di dalam tubuh dengan tetap mempertahankan kadar kalium. Contoh: Amiloride, Spironolactone
  7. Penghambat adrenergik perifer
    Bekerja dengan cara memblokir neurotransmitter di otak, sehingga tekanan darah dapat berkurang. Umumnya obat ini diberikan kepada pasien hipertensi jika obat antihipertensi lain belum ada yang berhasil. Contoh: Reserpine
  8. Penghambat alfa (alpha-blocker)
    Bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak mengikat dengan reseptor alfa. Cara kerja ini akan membantu sirkulasi darah lebih lancar, jantung berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Contoh: Doxazosin, Terazosin
  9. Penghambat beta (beta-blocker)
    Bekerja dengan cara menghambat hormon adrenalin, sehingga jantung berdetak lebih lambat. Dengan begitu, jantung memompa lebih sedikit darah dan dapat menurunkan tekanan darah. Contoh: Bisoprolol Propranolol
  10. Penghambat renin
    Bekerja dengan cara menghambat kerja senyawa kimiawi di dalam tubuh yang disebut renin. Cara kerja ini dapat memperlebar pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Contoh: Aliskiren

Efek samping obat antihipertensi bervariasi tergantung jenis, dosis, dan respons pasien. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi meliputi: batuk, pusing atau pening , sakit kepala

Diare, konstipasi, lelah, mengantuk, dan kurang bertenaga, ruam pada kulit, mual atau muntah, disfungsi ereksi, penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3844/penggolongan-obat-antihipertensi

10 Mitos dan Fakta Tentang Imunisasi yang Perlu Anda Ketahui

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit menular dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak melalui pemberian vaksin. Vaksin merupakan bakteri atau virus yang sudah dimatikan atau dilemahkan untuk merangsang pembentukan zat antibodi dalam tubuh. Pembentukan zat antibodi ini akan memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga kebal terhadap penyakit-penyakit tertentu.

Walaupun masih banyak yang khawatir terhadap efek simpang imunisasi akibat banyaknya mitos dan fakta tentang imunisasi, manfaatnya masih lebih besar daripada efek simpangnya. Pemberian imunisasi melindungi tubuh bayi dan anak dari serangan bakteri atau virus penyakit-penyakit tertentu, yang dapat mengancam jiwa dan kesehatan dalam jangka panjang. Imunisasi juga meningkatkan status kesehatan anak, yang akan berdampak pada kualitas tumbuh kembang dan produktivitasnya hingga ke masa depan.

Dalam sambutannya di perayaan Pekan Imunisasi Dunia pada bulan Mei 2024 yang lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, mengatakan di tahun 2024 ini ada lebih dari 2,8 juta anak berusia 1-3 tahun yang tersebar di 309 kabupaten dan 38 provinsi, yang belum atau tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Semakin meningkatnya informasi yang salah tentang imunisasi menimbulkan kekhawatiran berlebihan yang tidak beralasan tentang keamanan dan dampak imunisasi.

Mitos dan Fakta Imunisasi

Tentunya angka ini sangat mengkhawatirkan, karena akan mempengaruhi kualitas hidup sumber daya manusia di masa akan datang. Oleh karenanya, dibutuhkan upaya keras untuk menjawab berbagai mitos dan fakta tentang imunisasi yang beredar di masyarakat saat ini.

 

Mitos 1: Imunisasi Tidak Penting karena Penyakitnya Sudah Hilang

Dilansir dari sebuah artikel di UNICEF, saat ini di seluruh dunia ada sekitar 20 juta anak yang belum diimunisasi atau mendapatkan imunisasi dasar tidak lengkap, karena menganggap wabah penyakitnya sudah hilang.  Akibatnya, beberapa penyakit berbahaya, yang dulu bisa dicegah oleh vaksin, kini muncul kembali di negara-negara maju dan berkembang, termasuk campak, pertusis (batuk rejan), difteri dan polio.

 

Mitos 2: Imunisasi Menyebabkan Penyakit

Pemberian imunisasi ada kalanya diikuti dengan efek simpang atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), seperti demam, sakit kepala, nyeri dan bengkak di sekitar area suntikan, kelelahan, anak menjadi rewel dan lain sebagainya. Namun, ini merupakan efek samping yang normal dan biasanya akan sembuh sendiri setelah 3-4 hari. 

Anda bisa memberi anak obat penurun panas, kompres air hangat, ASI, jus buah atau susu untuk membantu meringankan gejalanya. Selain itu juga, hindari aktivitas fisik yang terlalu berat atau menguras energi setelah vaksin, untuk mengurangi ketidaknyamanan atau rasa lelah setelah melakukan imunisasi. 

Segera periksa ke dokter atau tenaga kesehatan, jika gejala-gejala KIPI ini tidak kunjung membaik atau bertambah parah. Meski demikian, belum ada bukti medis konkrit yang menunjukkan adanya penyakit yang disebabkan oleh imunisasi.

 

Mitos 3: Vaksin Mengandung Bahan Berbahaya

Kandungan imunisasi terdiri dari berbagai bahan yang dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori komponen, yaitu:

Komponen utama

Komponen utama vaksin adalah antigen, yaitu kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang pembentukan sel-sel antibodi dan kekebalan tubuh. Sel-sel antibodi ini yang akan melindungi tubuh dari serangan penyakit, jika terpapar bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut.

Komponen tambahan

Komponen tambahan ini kadarnya rendah dan aman, terdiri dari

  • Zat penstabil, seperti sukrosa dan albumin, untuk menjaga stabilitas vaksin saat disimpan dengan sistem rantai dingin. 
  • Antibiotik dalam kadar yang sangat rendah, seperti neomycin, untuk mencegah kontaminasi bakteri saat vaksin diproduksi.
  • Bahan pengawet yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, seperti thimerosal, dan ditambahkan ke dalam vaksin dengan kemasan multidosis.
  • Ajuvan yang berperan untuk meningkatkan respon imunitas spesifik pada individu penerima, dan ditambahkan ke dalam beberapa jenis vaksin. Contohnya, garam aluminium.

 

Mitos 4: Imunisasi Hanya Perlu Dilakukan Sekali

Imunisasi penting untuk dilakukan sejak bayi baru lahir hingga berusia 2 tahun, sesuai dengan jadwal dan jenis yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Tujuannya untuk melindungi anak dari serangan infeksi penyakit berbahaya, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, cacat pada anak hingga kematian. Beberapa penyakit ini sifatnya menular, sehingga imunisasi tak hanya berperan untuk melindungi anak, tapi juga keluarga dan orang-orang di sekitarnya dari penularan penyakit tersebut.

Orang tua harus memastikan anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap secara tepat waktu. Bagaimana jika anak terlambat atau belum mendapatkan imunisasi sama sekali? Sekarang ada program vaksinasi kejar melalui pemberian imunisasi ganda pada anak, yaitu penyuntikan lebih dari satu jenis vaksin dalam satu kali kunjungan.

 

Mitos 5: Anak yang Sehat Tidak Membutuhkan Imunisasi

Faktanya, sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir hingga usia 2 tahun belum berkembang dengan sempurna, walaupun kondisi tubuhnya sehat dan pertumbuhannya sesuai grafik pertumbuhan anak seusianya.

Selain itu juga, infeksi penyakit menular tidak bisa diprediksi dan bisa terjadi kapan saja, sehingga lebih baik mencegah dengan memperkuat kekebalan tubuh anak, baik yang sehat maupun tidak sehat, melalui imunisasi.

 

Mitos 6: ASI Dapat Menjadi Pengganti Vaksin

ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan anak, termasuk antibodi untuk membentuk kekebalan tubuhnya. Pemberian ASI eksklusif, disertai makanan dengan gizi lengkap dan seimbang, memang dapat memberi perlindungan secara umum pada anak. Namun, perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu hanya bisa didapatkan melalui vaksin, sehingga anak wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

 

Mitos 7: Vaksin Tidak Efektif dalam Mencegah Penyakit

Vaksin telah terbukti efektif mencegah infeksi dan penyebaran wabah penyakit menular. Salah satu bukti keberhasilan vaksin adalah hilangnya penyakit cacar atau smallpox sejak tahun 1900-an. Padahal, zaman dulu 1 dari 3 penderita penyakit cacar meninggal dunia akibat infeksi virus variola ini.

Bukti nyata kesuksesan lainnya adalah terkendalinya wabah penyakit campak dan polio yang dulu membahayakan jiwa, hingga kini Indonesia pun termasuk negara yang sudah terbebas dari ancaman kedua jenis penyakit ini. Kemudian, yang baru-baru ini terjadi adalah keberhasilan mengendalikan wabah virus corona atau Covid-19 yang melumpuhkan dunia selama lebih dari 3 tahun sejak 2020.

 

Mitos 8: Imunisasi Dapat Menyebabkan Autisme

Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan keterkaitan autisme dengan imunisasi jenis apapun. Apalagi vaksin yang digunakan dalam setiap program imunisasi nasional telah diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lulus prakualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta telah mendapatkan rekomendasi NITAG (National Immunization Technical Advisory Groups.

 

Mitos 9: Kekebalan Tubuh Lebih Baik Dibangun Secara Alami

Banyak penyakit yang seringkali dianggap ringan, seperti campak, bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang berat bahkan mematikan, hanya dengan mengandalkan  kekebalan tubuh alami. Selain itu, kekebalan alami tidak selalu memberikan perlindungan jangka panjang, contohnya dalam hal penyakit batuk rejan (pertusis).

 

Mitos 10: Imunisasi Hanya untuk Anak-anak

Selain untuk anak-anak, imunisasi juga berperan penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh orang dewasa, termasuk yang sudah menjalankan gaya hidup sehat, 

dalam melawan serangan infeksi penyakit-penyakit tertentu.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyoroti pentingnya imunisasi  untuk orang dewasa, seperti Covid-19, HPV dan meningitis. Beliau juga menyebut lebih banyak lagi imunisasi yang akan dikembangkan untuk penyakit orang dewasa, sejalan dengan perkembangan teknologi kesehatan. 

Dengan begitu banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari imunisasi, seperti yang telah dijelaskan di atas, tak ada lagi alasan untuk tidak melakukan imunisasi baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Pahami berbagai mitos dan fakta tentang imunisasi, dan selalu cari kebenarannya dari sumber-sumber terpercaya, agar Anda dan keluarga dapat selalu hidup sehat berkualitas.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/mitos-dan-fakta-imunisasi

Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja dan Cara Menghadapinya

Masa remaja adalah masa yang penting dalam pembentukan generasi akan datang yang sehat, tangguh, dan produktif. Untuk mewujudkannya, menjaga kesehatan fisik saja tidak cukup. Kesehatan mental remaja juga memainkan peranan penting dalam menentukan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka. 

Namun, akhir-akhir ini masalah kesehatan mental di kalangan remaja semakin meningkat. Sebuah survei yang dilakukan oleh I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan sebanyak 15.5 juta atau sekitar 34.9% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Kemudian, data dari WHO juga menunjukkan 1 di antara 7 anak berusia 10-19 tahun mengalami masalah kesehatan mental.

Meski demikian, kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental bagi remaja ini, seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga semata, tapi juga masyarakat dan pemerintah. Dibutuhkan peran aktif semua pihak dan berbagai institusi untuk mendukung kesejahteraan dan kesehatan mental remaja.

Peran Kesehatan Mental dalam Perkembangan Remaja

Kesehatan mental yang baik dapat membantu remaja tumbuh kembang secara optimal, secara emosional, fisik dan sosial. Beberapa alasan pentingnya kesehatan mental yang baik bagi remaja adalah sebagai berikut:

1. Membantu Membangun Hubungan yang Sehat 

Kesehatan mental yang baik membuat remaja mampu membangun hubungan yang kuat dengan keluarga, teman dan orang-orang di sekitarnya, serta menjadi bagian dari komunitas.

2. Membantu Beradaptasi

Mereka akan mampu beradaptasi dengan perubahan dan berbagai tantangan hidup. Mereka bisa bangkit kembali dari rasa kecewa dan kesal. 

3. Memiliki Rasa Percaya Diri Tinggi

Mereka lebih menikmati hidup, merasa bahagia dengan dirinya sendiri, serta memiliki sikap positif dan rasa pencapaian.

4. Mendukung Kesehatan Fisik

Mereka akan menjadi lebih aktif dan sehat serta cukup beristirahat, sehingga mampu berkonsentrasi saat belajar, yang akan mendukung keberhasilannya dalam menyelesaikan pendidikan.

Tanda-tanda Masalah Kesehatan Mental pada Remaja

Gejala gangguan kesehatan mental seringkali diabaikan, karena dianggap sebagai perubahan yang normal terjadi di masa pubertas. Padahal, jika tidak ditangani dengan baik sejak dini, gejala-gejala umum ini bisa bertambah parah dan menjadi gejala gangguan kejiwaan yang berat, yang bahkan bisa berujung pada perilaku menyakiti diri atau bunuh diri.

Berikut adalah tanda-tanda masalah kesehatan mental pada remaja, yang harus diwaspadai oleh orang tua dan orang lain di sekitarnya:

1. Kesulitan Mengendalikan Emosi

Remaja yang kesehatan mentalnya terganggu mengalami kesulitan mengelola emosinya. Ia menjadi lebih sensitif, bisa marah meledak-ledak atau merasa sedih berlebihan tanpa alasan yang jelas. 

 

2. Mengalami Perubahan Perilaku

Jika anak remaja tiba-tiba mudah tersinggung, mengamuk, memberontak atau berperilaku seperti anak kecil, bisa saja ini merupakan tanda-tanda masalah kesehatan mental. Ia mungkin juga kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa ia lakukan, seperti pergi ke sekolah atau bermain bersama teman.

3. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Tanda gangguan kesehatan mental lainnya adalah anak akan merasa cemas berlebihan saat berada di antara orang lain, dan takut terhadap penolakan, sehingga cenderung menarik diri dan menghindar dari keramaian.

 

4. Kehilangan Rasa Percaya Diri

Masalah kesehatan mental juga dapat membuat anak remaja merasa tidak berharga dan menyalahkan dirinya sendiri. Untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, anak kadang melampiaskannya dengan melakukan hal-hal buruk, seperti merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.

 

5. Prestasi Menurun

Hilangnya minat terhadap sekolah dan aktivitas lainnya dapat mengganggu kemampuannya belajar. Kondisi ini juga akan melemahkan kemampuan kognitifnya, seperti berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah, sehingga prestasinya di sekolah akan menurun.

 

6. Gangguan Makan dan Tidur

Anak remaja yang terganggu kesehatan mentalnya dapat mengalami perubahan pola tidur, seperti susah tidur atau sebaliknya tidur berlebihan. Kebiasaan makan pun bisa berubah, seperti kehilangan nafsu makan, atau justru makan berlebihan (stress eating), sehingga membuatnya berpotensi mengalami obesitas.

7. Gangguan Fisik

Beberapa keluhan fisik yang bisa ditimbulkan oleh masalah kesehatan mental, antara lain sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, sakit punggung, tidak bersemangat dan bertenaga.

Mekanisme Koping Remaja dalam Menghadapi Stres

Setiap orang memiliki strategi atau mekanisme koping (coping mechanism) saat mengalami stress, keadaan tertekan atau emosi yang negatif. Mekanisme koping ini membantu remaja mengatasi ketidaknyamanan dari berbagai perasaan negatif yang dialaminya, agar keseimbangan emosional tetap terjaga dan remaja dapat belajar beradaptasi dengan setiap perubahan yang dihadapinya.

Mekanisme koping ini ada yang bersifat negatif, seperti makan berlebihan (stress eating), merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang atau belanja secara impulsif (impulsive buying). Bagaimana mekanisme koping yang efektif agar remaja dapat mengelola stress dan emosi negatifnya dengan sehat? Berikut cara-caranya:

1. Mengenali Penyebab Masalah

Dengan mengetahui penyebab stres atau emosi yang dirasakannya, remaja dapat membuat keputusan dan tindakan yang tepat, seperti mencari bantuan atau konseling, mengakhiri hubungan dengan orang yang menjadi sumber perasaan negatif, atau menetapkan batasan bagi diri sendiri.

 

2. Berolahraga 

Olahraga seperti bersepeda, jogging, berenang, atau yoga dapat membantu membuat perasaan lebih rileks dan nyaman. 

 

3. Melakukan Hobi  

Menekuni hobi seperti melukis, menari atau bermain musik juga dapat membantu remaja mengekspresikan diri dan perasaannya. 

 

4. Journaling

Membuat jurnal tentang pikiran dan perasaan yang dialami, serta mencatat hal-hal yang perlu dilakukan dapat membantu remaja lebih fokus terhadap tindakan yang harus dilakukannya. 

 

5. Self Care

Merawat diri, beristirahat cukup dan melakukan relaksasi seperti yoga dan menditasi dapat membantu remaja membangun pikiran positif dan kepercayaan diri, serta memaafkan orang atau hal-hal yang menyakitinya.

 

6. Melakukan Aktivitas yang Disukai

Bermain dengan hewan peliharaan, traveling ke tempat-tempat baru, masak makanan yang disukai, atau berkebun dapat mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif, serta membantu remaja lebih mencintai diri dan hal-hal di sekitarnya. 

Bahaya Self Diagnosis

Selain mekanisme koping, Anda atau anak remaja Anda juga harus mencari bantuan dari tenaga kesehatan profesional. Namun, seringkali rasa malu dan takut terhadap stigma buruk yang akan diterima dari keluarga dan orang-orang lain, membuat remaja memilih untuk mencari informasi sendiri dan melakukan self diagnosis. Apalagi remaja memiliki akses yang luas terhadap internet dan media sosial, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan banyak informasi dari banyak sumber.

Waspada bahaya self diagnosis, karena bisa membuat diagnosa atau analisa yang dilakukan keliru dan tidak tepat. Self diagnosis merupakan tindakan menentukan kondisi kesehatan mental diri sendiri berdasarkan pengalaman pribadi dan informasi yang dicari sendiri, tanpa bantuan tenaga kesehatan profesional. Jika diagnosis yang dilakukan salah, penanganan dan pengobatan gangguan kesehatan mentalnya pun bisa keliru. Hal ini malah akan membuat kondisi kesehatan mental Anda menjadi semakin parah, meningkatkan kecemasan, atau bahkan menimbulkan gangguan kesehatan mental lainnya.

Sebaliknya, jika Anda meminta bantuan tenaga kesehatan profesional, Anda akan mendapatkan diagnosis yang tepat, serta pengelolaan kesehatan mental terbaik bagi kondisi yang sedang Anda alami.

Pentingnya Teman Bicara

Selain tenaga kesehatan profesional, Anda pun bisa menceritakan permasalahan yang Anda alami kepada orang-orang yang Anda percaya, seperti orang tua, saudara atau sahabat. Memiliki teman bicara yang baik diyakini dapat meringankan separuh beban yang Anda pikul, karena mereka bisa mendengarkan keluh kesah Anda, menemani dan mendukung di saat sulit, serta memberi perspektif baru pada permasalahan dan pikiran Anda.

Memiliki teman bicara yang baik juga dapat menjauhkan remaja dari risiko depresi dan semakin terpuruk ke dalam pikiran-pikiran negatif, yang dapat berujung pada tindakan menyakiti diri dan bunuh diri.

Perundungan di Kalangan Remaja

Remaja adalah kelompok orang yang rentan mengalami bullying atau perundungan. Perundungan merupakan tindakan mengusik, mengganggu dan menyakiti orang lain yang dilakukan dari waktu ke waktu. Bentuknya bisa berupa:

  • Fisik, seperti memukul, mendorong, menendang, melecehkan, memeras, sampai merusak barang-barang.
  • Verbal berupa caci maki, hinaan, atau ejekan.
  • Dalam hubungan, misalnya dengan menjauhkan pasangan dari keluarga dan teman-teman, mengancam dan menyebarkan kebohongan tentang pasangan, atau melakukan hal-hal yang tidak disukai.

Perundungan berdampak buruk pada kesehatan mental dan membuat korban merasa gelisah, cemas, takut setiap saat, mudah marah dan depresi.

Jika Anda mengalami perundungan, beranikan diri untuk menceritakannya kepada orang-orang yang dipercaya, seperti orang tua, sahabat, guru atau saudara. Anda juga bisa meminta bantuan tenaga ahli, seperti psikolog, atau konseling ke kanal-kanal yang tepat.

Meningkatkan Kesadaran Pentingnya Kesehatan Mental

Orang tua memainkan peranan penting dalam mendukung kesehatan mental anak remaja. Orang tua seharusnya menjadi orang pertama yang sadar, jika anak sedang mengalami gangguan kesehatan mental. 

Orang tua harus terlibat dalam kehidupan anak, serta terus menunjukkan cinta, kasih sayang dan perhatian pada mereka. Dorong komunikasi yang terbuka, agar anak berani menceritakan permasalahannya kepada orang tua dan menemukan jalan keluarnya bersama-sama. Beri pujian dan apresiasi atas pencapaian anak agar ia lebih percaya diri. 

Selain orang tua dan keluarga, sekolah dan masyarakat juga berperan dalam meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental bagi remaja. Saat ini, ada banyak program dan inisiatif, yang dilakukan oleh sekolah, kampus, pemerintah, maupun institusi global seperti UNICEF yang bisa diikuti oleh remaja dan orang tua untuk mendukung kesejahteraan mental para remaja.

Janganlah segan membicarakan masalah kesehatan mental, serta mencari bantuan jika melihat atau mengalami gangguan kesehatan mental. Keterbukaan merupakan kunci untuk mengatasi masalah kesehatan mental remaja secara lebih cepat.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/pentingnya-kesehatan-mental-bagi-remaja

Kesehatan Jiwa Pada Penderita Hipertensi: Solusi Masa Kini

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi medis serius yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan masalah kesehatan lainnya. Penderita hipertensi sangat penting untuk dapat mengendalikan tekanan darahnya, sehingga membantu mereka dalam meningkatkan kualitas hidup. Dalam upaya tersebut, penderita hipertensi harus meningkatkan pengetahuan dan memahami apa itu hipertensi, penyebabnya, dan risiko yang ditimbulkan. Pemahaman yang benar harus diikuti sikap dan perilaku yang benar. Tanpa sikap dan perilaku yang benar, maka pemahaman yang benar tidak ada manfaatnya. Untuk itu, penderita hipertensi harus mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, seperti mengatur pola makan, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres. Lebih utama lagi kepatuhan dan keteraturan minum obat sesuai yang diresepkan serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Di samping itu, penderita hipertensi harus mampu mengatasi dampak psikologis dari hipertensi agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Pengertian dan Gejala Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri (pembuluh darah) lebih tinggi dari normal. Tekanan darah ini berperan penting dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Namun, ketika tekanan terlalu tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dan dapat merusak pembuluh darah. Seseorang didiagnosa atau dikatakan hipertensi, apabila tekanan darahnya secara konsisten di atas 130/80 mmHg.

Hipertensi umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga sering disebut sebagai “silent killer/pembunuh senyap.” Namun, jika tekanan darah terus meningkat, maka gejala yang akan muncul antara lain sakit kepala, pusing, mimisan, gangguan penglihatan, sesak napas dan nyeri dada.

Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi beragam, seperti faktor genetik/keturunan atau riwayat keluarga, gaya hidup tidak sehat (kurang olahraga, asupan garam berlebih, konsumsi rokok dan alkohol), obesitas, usia, dan kondisi medis tertentu (penyakit ginjal, diabetes, dan gangguan hormon).

Dampak Hipertensi

Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti serangan jantung dikarenakan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat akibat hipertensi, stroke skibat pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang menyebabkan kerusakan otak, gagal ginjal dikarenakan hipertensi merusak pembuluh darah di ginjal, sehingga mengganggu fungsi ginjal dan aneurisma atau pelebaran abnormal pada dinding arteri, yang dapat pecah dan menyebabkan perdarahan hebat.

Pengelolaan Hipertensi

Pengelolaan hipertensi dilakukan dengan pengobatan secara teratur sesuai resep dokter, perubahan gaya hidup dengan olahraga secara teratur, mengontrol tekanan darah dan berat badan secara rutin, mengurangi konsumsi garam dan kafein, berhenti merokok dan minum alkohol, konsumsi makanan sehat, seperti perbanyak buah, sayur, dan biji-bijian, mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk membantu mengelola stres.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi

Secara umum, upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan kelas edukasi hipertensi, bincang-bincang dengan ahli gizi dan psikolog atau psikiater, demo memasak makanan sehat untuk penderita hipertensi, senam bersama melalui program Prolanis dan skrining atau pemeriksaan kesehatan secara berkala. Upaya tersebut dapat terintegrasi dengan upaya promosi Kesehatan. Materi yang disampaikan pada kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pemahaman peserta, tentunya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan contoh-contoh yang relevan.

Upaya Penyehatan Jiwa Penderita Hipertensi

Hipertensi tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Stres, kecemasan, dan depresi yang sering kali menyertai hipertensi dapat memperburuk kondisi kesehatan penderita hipertensi secara keseluruhan. Jadi, hipertensi erat kaitannya dengan masalah kejiwaan, sehingga pencegahan dan pengendalian hipertensi harus dilaksanakan secara terintegrasi dengan penanganan masalah kejiwaan pada penderita hipertensi. 

Kaitan Hipertensi dan Kesehatan Jiwa

Stres dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Sebaliknya, naiknya tekanan darah yang berkepanjangan juga dapat memicu dan meningkatkan stres dan kecemasan. Hipertensi seringkali juga dikaitkan dengan gangguan tidur seperti insomnia, yang dapat memperburuk suasana hati dan meningkatkan risiko depresi. Hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak terkendali dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan, mempengaruhi aktivitas sehari-hari, dan hubungan sosial. Hipertensi dan gangguan atau masalah kejiwaan seperti lingkaran setan, saling mempengaruhi dan dapat berakibat buruk terhadap kualitas hidup.

Integrasi Promosi Kesehatan Fisik dan Jiwa pada Penderita Hipertensi

Menurut Leavel and Clark, dalam dunia kesehatan masyarakat dikenal 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit yang dikenal dengan five level of prevention, yaitu promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan yang cepat, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi.

Untuk keberhasilan pengendalian hipertensi, tidak hanya dilakukan diagnosis dini dan terapi medis, tetapi juga memerlukan upaya promosi kesehatan, perlindungan khusus, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi. Upaya promosi kesehatan pada penderita hipertensi, tidak hanya untuk peningkatan kesehatan fisik penderita, tetapi juga jiwanya, mengingat kondisi hipertensi tidak terlepas dari kondisi mental atau kejiwaan seseorang.

Hal penting dalam melakukan promosi kesehatan jiwa pada penderita hipertensi adalah meningkatkan kesadaran penderita hipertensi tentang pentingnya kesehatan jiwa, terutama dalam mengatasi masalah gangguan tidur, stres, cemas, dan lain-lain. Selanjutnya, mengurangi stigma terkait masalah kesehatan jiwa pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi biasanya mengalami gangguan emosional, sehingga cenderung mengalami stigma dan diskriminasi. Upaya penting lainnya adalah meningkatkan keterampilan penderita hipertensi dalam mengelola dan mengatasi stres dengan membekali keterampilan penderita hipertensi dalam mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Berikutnya membantu penderita hipertensi menjalani hidup yang lebih berkualitas dan bahagia.

Untuk mencapai hal-hal tersebut, perlu dilakukan promosi kesehatan jiwa secara sederhana dan pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Penderita hipertensi dan keluarganya perlu diberittahu bahwa hipertensi dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan perilaku seseorang. Untuk itu, mereka harus mengetahui gejala umum gangguan kesehatan jiwa seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Terkait dengan hal tersebut, mereka harus mengetahui teknik mengelola stres, termasuk teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau teknik relaksasi otot progresif. Orang-orang di sekitar mereka juga diberitahu tentang pentingnya membangun hubungan sosial yang positif dan mencari dukungan dari keluarga dan teman. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kapan mereka harus mencari bantuan professional, termasuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Penyampaian hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui penyuluhan, dengan kelompok diskusi, ceramah, atau workshop. Cara lainnya dengan konseling untuk memberikan dukungan individual atau kelompok dalam mengatasi masalah emosi. Melatih kesadaran diri untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup juga sangat penting. Selanjutnya dapat didukung dengan terapi kelompok dengan cara memfasilitasi kelompok diskusi bagi penderita hipertensi untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung. Bagi penderita yang melek teknologi, dapat didukung dengan menyediakan informasi dan alat bantu untuk mengelola stres dan kecemasan melalui aplikasi mobile. Dengan mengintegrasikan promosi kesehatan jiwa dalam upaya pengelolaan hipertensi, kita dapat membantu penderita hipertensi mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Untuk membantu penderita hipertensi mencapai kualitas hidup yang lebih baik, perlu mengintegrasikan kesehatan jiwa dalam upaya pengelolaan hipertensi. Jangan takut konsultasi ke psikolog atau psikiater. Jiwa tenang, hati senang, tidur nyaman, hipertensi terkendali. 

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/kesehatan-jiwa-pada-penderita-hipertensi-solusi-masa-kini

Kenali Berbagai Manfaat Asam Linoleat

Asam linoleat  merupakan asam lemak esensial utama dan telah menarik perhatian para ahli gizi selama bertahun-tahun. Akan tetapi, isomer terkonjugasi asam linoleat (CLA) telah menarik perhatian yang sangat besar baru-baru ini. CLA merupakan campuran dari delapan isomer posisional dan geometrik asam linoleat yang memiliki sejumlah sifat yang meningkatkan kesehatan, termasuk aktivitas antikarsinogenik dan antiaterogenik, pengurangan efek katabolik dari stimulasi imun dan kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi lemak tubuh. Makanan yang mengandung lemak yang berasal dari ruminansia, terutama susu dan produk olahan susu, merupakan sumber utama CLA yang diproduksi sebagai zat antara selama biohidrogenasi asam linoleat oleh bakteri rumen, Butyrivibrio fibrisolvens dan lebih tinggi dalam lemak susu sapi di pegunungan dibandingkan di padang rumput dataran rendah. Konsentrasi CLA dalam lemak susu dapat ditingkatkan 5-7 kali lipat dengan meningkatkan kadar asam linoleat dalam makanan, misalnya, dengan infus duodenum atau dengan memberikan minyak yang kaya akan asam linoleat, misalnya, minyak bunga matahari . Sejumlah lipid lain mungkin memiliki aktivitas antikarsinogenik, misalnya : sphingomyelin, asam butanoat dan lipid eter, namun sedikit data yang tersedia sampai saat ini. Asam linoleat tidak hanya penting bagi tumbuh kembang janin. Rutin mengonsumsi makanan yang mengandung asam linoleat juga dapat menjaga kesehatan jantung dan menurunkan tekanan darah. Asam linoleat merupakan salah satu jenis asam lemak esensial omega-6 yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Oleh karena itu, Anda harus memenuhi kebutuhannya dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan omega-6, seperti kacang-kacangan atau biji-bijian.

Mengenal Berbagai Manfaat Asam Linoleat

Di dalam tubuh, asam linoleat akan diubah menjadi asam gamma-linolenat. Senyawa ini sangat penting untuk tumbuh kembang otak janin. Pada orang dewasa, asam linoleat juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan tulang, kulit, maupun rambut.

Berikut adalah berapa manfaat asam linoleat untuk tubuh :

1.      Menurunkan kadar kolestrol

Salah satu manfaat dari tercukupinya asupan asam linoleat adalah berkurangnya kadar kolesterol total dan kolestrol jahat (LDL). Hal ini karena asam linoleat dapat meningkatkan produksi enzim yang mampu memecah kolesterol menjadi asam empedu agar mudah diserap oleh tubuh.

2.      Menjaga kesehatan jantung

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa memenuhi kebutuhan asam linoleat dapat mengurangi kadar kolestrol jahat. Manfaat ini dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan jantung. Pasalnya, kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor penyebab serangan jantung maupun penyakit jantung lainnya.

Untuk mendapatkan manfaat asam linoleat untuk kesehatan jantung dengan maksimal, Anda dapat mengganti makanan yang mengandung asam lemak jenuh atau lemak jahat, seperti daging berlemak, keju, dan mentega, dengan makanan yang mengandung asam linoleat, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian.

3.      Mendukung perkembangan saraf janin

Asam linoleat juga memiliki peran penting dalam tumbuh kembang saraf janin. Tak hanya itu, asam linoleat juga dibutuhkan janin dalam proses perkembangan otot, kulit, dan lemak tubuh.

4.      Mencegah terjadinya penyakit Alzheimer

Tidak hanya bermanfaat untuk janin, kandungan asam linoleat yang terdapat pada ASI dan susu formula yang dikonsumsi bayi juga dapat mengurangi risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh gangguan kognitif, seperti penyakit Alzheimer.

Hal ini karena asam linoleat dapat menurunkan stres oksidatif di dalam tubuh. Dengan demikian, tubuh dapat terhindar dari kerusakan jaringan yang memicu terjadinya penyakit Alzheimer.

5.      Mencegah osteoporosis

Penelitian terhadap wanita yang beruisa lebih dari 65 tahu dan mengalami osteoporosis menunjukkan bahwa rutin mencukupi kebutuhan asam linoleat dapat memperlambat perburukan kondisi tersebut.

Penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun ini menunjukkan bahwa wanita yang rutin mengonsumsi asam linoleat terbukti mengalami pengoroposan tulang yang lebih sedikit daripada wanita yang tidak mengonsumsinya.

6.      Menurunkan tekanan darah

Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung asam linoleat dan makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa rutin mengonsumsi salah satu makanan yang kaya akan asam linoleat, yaitu kacang kenari, sebanyak 28 gram sehari dapat menurunkan tekanan darah.

Berbagai Sumber Asam Linoleat

Orang yang berusia 19-50 tahun membutuhkan sekitar 12-17 gram asam linoleat per hari. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam linoleat. Selain itu, ada pula minyak nabati yang tinggi kandungan asam linoleat, seperti evening primrose oil.

Berikut ini adalah beberapa contoh makanan yang kaya akan asam linoleat beserta kandungannya tiap 100 gram :

1.   Kenari : 38 gram

2.   Biji bunga matahari : 37 gram

3.   Minyak alpukat : 13 gram

4.   Almond : 12 gram

5.   Selai kacang : 12 gram

6.   Kacang mete : 8 gram

7.   Tahu : 5 gram

Anda dapat mengombinasikan maupun mengolah berbagai jenis makanan di atas untuk memenuhi kebutuhan harian dan mendapatkan manfaat dari asam linoleat. Namun, perhatikan juga jumlah dan cara pengolahan makanan tersebut agar tidak menambah terlalu banyak kalori di dalam tubuh. Pasalnya, asupan kalori yang berlebih dapat memengaruhi kesehatan.

Konsumsi makanan yang kaya akan asam linoleat sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian akan nutrisi tersebut. Jadi, jangan mengonsumsi suplemen asam linoleat tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Hal ini terlebih penting dilakukan jika Anda tengah hamil maupun menderita penyakit paru-paru atau diabetes. Dengan begitu, dokter dapat menyarankan dosis asam linoleat yang sesuai bagi Anda.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3845/kenali-berbagai-manfaat-asam-linoleat

1 2 3 4 5 22

Search

+