Latihan Fisik terhadap Perbaikan Resistensi Insulin

Resistensi insulin pertama kali dijelaskan untuk menggambarkan gangguan metabolik yang disebabkan oleh berkurangnya respons seluler terhadap sinyal insulin, terutama pada jaringan yang bergantung pada insulin. Secara lebih spesifik, resistensi insulin merupakan ketidakmampuan insulin untuk menghasilkan respons biologis normal pada konsentrasi yang efektif pada individu normal. Resistensi ini bisa terjadi pada beberapa tingkat seluler, termasuk pre-reseptor, reseptor, dan post-reseptor. Gangguan pre-reseptor dapat timbul karena adanya autoantibodi anti-reseptor atau molekul abnormal lain yang mengganggu pengikatan insulin dengan reseptor. Selain itu, mutasi pada gen yang mengkode reseptor insulin juga dapat mengurangi jumlah reseptor insulin yang tersedia. Gangguan pada tingkat reseptor dapat terjadi karena penurunan afinitas dan sensitivitas reseptor terhadap insulin. Penyebab umum dari resistensi insulin adalah kerusakan pada jalur post-reseptor, khususnya gangguan pada jalur sinyal insulin (insulin signaling pathways). Kerusakan ini menghambat translokasi GLUT-4 yang diperlukan untuk mengambil glukosa oleh sel, sehingga menurunkan kemampuan sel untuk mengambil glukosa dari darah. Resistensi terhadap insulin adalah penyebab utama penyakit kronis seperti diabetes melitus, yang memiliki tingkat keparahan dan angka kematian yang tinggi. Ini adalah kondisi patologis di mana respons sel terhadap hormon insulin terganggu karena masalah dalam jalur sinyal insulin. Ketika insulin tidak dapat mengikat reseptornya dengan benar, fosforilasi tirosin tidak terjadi, yang menghalangi aktivasi insulin receptor substrate-1 (IRS-1). Kegagalan dalam aktivasi ini mengurangi ekspresi Glucose transporter-4 (GLUT-4) pada membran sel otot rangka, yang mengakibatkan penurunan penyerapan glukosa oleh sel dan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Latihan fisik yang teratur, dilakukan secara konsisten, dan sesuai dengan intensitas yang tepat dapat mengaktifkan adenosin 5’-monophosphate-activated protein kinase (AMPK). Ini memungkinkan translokasi vesikel yang mengandung GLUT-4 ke permukaan sel tanpa memerlukan ikatan insulin pada reseptornya. Dengan demikian, ekspresi GLUT-4

Resistensi Insulin

Secara normal, insulin adalah hormon anabolik yang merangsang peningkatan cadangan energi di berbagai jaringan sasaran, termasuk sel otot rangka. Di dalam sel otot rangka, insulin mempromosikan masuknya glukosa ke dalam sel, yang meningkatkan metabolisme glukosa, pembentukan glikogen, dan juga meningkatkan penyerapan asam amino untuk mendukung sintesis protein.

Latihan Fisik

1. Latihan fisik adalah kegiatan yang direncanakan dengan baik, terstruktur, diulang secara berkala, dan bertujuan untuk meningkatkan atau menjaga kesehatan. Berbeda dengan aktivitas fisik sesaat, latihan fisik adalah bagian dari aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur, berkelanjutan, dan bertahap. Volume latihan terkait dengan intensitas, durasi, dan frekuensi yang spesifik, disesuaikan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari latihan fisik meliputi peningkatan atau pemeliharaan kebugaran, performa, dan prestasi, serta sebagai cara untuk bersantai atau mengembangkan hobi. Semua ini menjadi dasar untuk merumuskan dosis latihan yang tepat. Frekuensi latihan merujuk pada seberapa sering latihan dilakukan dalam seminggu. Melakukan latihan tiga kali seminggu sudah cukup untuk meningkatkan kebugaran, kekuatan, dan kelenturan tubuh.

2. Durasi latihan mencakup berapa lama program latihan berlangsung (dalam bulan atau minggu) serta durasi tiap sesi latihan (dalam menit). Intensitas, frekuensi, dan durasi latihan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Latihan dengan intensitas berat biasanya dilakukan selama 15-20 menit, sedangkan latihan dengan intensitas rendah dapat memerlukan durasi lebih lama. Latihan yang konsisten dilakukan selama 6-8 minggu telah terbukti memberikan hasil yang signifikan.

3. Latihan interval (interval training) melibatkan pergantian antara fase kerja dan fase istirahat, dengan fase istirahat terbagi menjadi istirahat aktif dan istirahat pasif.

4. Terdapat berbagai jenis latihan yang dibedakan berdasarkan metabolisme otot dan penggunaan oksigen sebagai sumber energi, seperti latihan aerobik dan anaerobik, serta berdasarkan beban tubuh seperti latihan bearing berat (weight bearing) dan non-bearing berat (non-weight bearing). Jenis latihan lainnya termasuk latihan resistensi, isometrik, dan isotonic.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3611/latihan-fisik-terhadap-perbaikan-resistensi-insulin

Jamur pada Mulut Bayi

Bayi adalah makhluk yang sangat sensitif dan halus. Masa bayi dimulai dari usia 0 hingga 12 bulan ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat, serta perubahan kebutuhan gizi yang terus berubah. Penyakit yang muncul di dalam rongga mulut dapat mempengaruhi siapa pun, tidak hanya orang dewasa tetapi juga balita dan anak-anak. Kesehatan dan kebersihan mulut sangat penting untuk dijaga dengan baik oleh orang tua, terutama karena mulut balita belum sekuat mulut orang dewasa. Oleh karena itu, masalah kesehatan mulut lebih sering muncul pada balita dan perlu mendapatkan perhatian ekstra. Candidiasis adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi jamur candida. Selain dapat mempengaruhi kulit bayi, candidiasis juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti mulut, area genital, bahkan bisa mencapai aliran darah. Kondisi ini tidak hanya berpotensi pada bayi, tetapi juga pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama bayi dan wanita. Penting bagi ibu untuk mengenali gejala candidiasis pada bayi agar dapat mengobati dengan cepat. Misalnya, infeksi candida di mulut dapat menunjukkan tanda-tanda bercak putih pada lidah dan mulut bayi. Selain itu, dapat terjadi pembengkakan gusi dan luka di sekitar mulut. Ketika candida menginfeksi kulit, biasanya ditandai dengan ruam merah yang gatal dan perih. Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko candidiasis pada anak, seperti cuaca panas, penggunaan pakaian yang terlalu ketat, kurangnya kebersihan kulit, dan rendahnya sistem kekebalan tubuh. Pada infeksi candida di mulut atau kerongkongan, kebersihan yang kurang terjaga sering menjadi penyebab utama. Mengutamakan kebersihan dan perawatan yang baik pada anak sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk candidiasis.

Penyebab Jamur pada Mulut Bayi

Jamur Candida albicans biasanya hadir dalam kondisi normal di rongga mulut manusia. Namun, beberapa faktor dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari jamur ini pada bayi, termasuk :

1. Bayi yang baru lahir atau yang berusia di bawah 6 bulan memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang. Karena itu, tubuh mereka belum mampu melawan infeksi dengan baik dan rentan terhadap infeksi jamur di mulut. Faktor lain yang berkontribusi adalah kekurangan gizi pada bayi dan anak-anak, yang membuat mereka rentan terhadap serangan infeksi jamur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang diperlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki sel-sel tubuh.

2. Jika bayi mengonsumsi antibiotik karena sakit seperti batuk atau infeksi saluran kemih, pertumbuhan jamur di mulutnya bisa tidak terkendali. Hal ini terjadi karena antibiotik dapat mengganggu keseimbangan jamur di mulut, yang dapat menyebabkan oral thrush.

3. Bayi yang minum susu formula atau ASI dari botol susu bisa lebih rentan terhadap infeksi jamur mulut jika dot yang digunakan kurang bersih atau terkontaminasi jamur. Tetapi, bayi yang langsung menyusu pada puting payudara yang terinfeksi jamur Candida albicans juga bisa mengalami infeksi serupa.

4. Bayi yang baru lahir dapat mengalami penularan dan infeksi jamur di mulutnya saat proses kelahiran. Meskipun kejadian ini jarang, bayi memiliki risiko tertentu terkena kondisi ini jika dilahirkan dari ibu yang memiliki riwayat infeksi jamur pada vagina saat melahirkan secara normal.

Gejala Infeksi Jamur pada Mulut Bayi

1. Ibu dapat mengetahui apakah bayinya menderita infeksi jamur di mulut dari tanda-tanda yang muncul. Beberapa tanda yang sering terlihat meliputi : lidah bayi berwarna putih atau bercak putih yang sulit dihilangkan meskipun sudah dibersihkan dengan lembut menggunakan lap atau kasa. Bercak putih ini bisa muncul di beberapa bagian mulut seperti dalam pipi, bibir, gusi, dan langit-langit mulut.

2. Bibir bayi terkena inflamasi atau terlihat retak-retak, bayi menolak untuk menyusui atau makan, menjadi rewel atau menangis sering, serta mengalami demam. Ini umumnya terjadi saat infeksi jamur telah menyebar hingga ke kerongkongan.

Cara Mengatasi Jamur Pada Mulut Bayi

Infeksi jamur pada mulut bayi umumnya akan sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Namun, disarankan bagi setiap ibu untuk mengunjungi dokter jika anak menunjukkan gejala infeksi jamur, terutama jika menyebabkan ketidaknyamanan saat menyusui. Dokter umumnya akan meresepkan obat anti jamur dalam bentuk tetes atau gel. Obat ini dioleskan beberapa kali ke lidah bayi dengan cotton bud dan perlu digunakan secara rutin selama 10 hari atau sesuai anjuran dokter. Selain menggunakan obat antijamur, Bunda dapat mempertimbangkan penggunaan bahan alami sebagai pendamping, tetapi sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum memberikannya anak.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3612/jamur-pada-mulut-bayi

Cara Mengatasi Jerawat pada Kulit Wajah

Acne vulgaris, atau jerawat, adalah kondisi kulit yang disebabkan oleh peradangan kronis dengan proses patogenesis yang kompleks. Ini melibatkan kelenjar sebasea, hiperkeratinisasi folikular, kolonisasi bakteri berlebihan, respons imun tubuh, dan proses peradangan. Pada dasarnya, keberadaan bakteri Propionibacterium acnes dan penyumbatan folikel dalam batas tertentu adalah hal normal bagi semua orang. Perkembangan klinis jerawat dipengaruhi oleh tingkat respons imun, yang juga dipengaruhi secara genetik, seperti hipersensitivitas Faktor pemicu jerawat meliputi genetik, aktivitas hormonal selama siklus menstruasi, stres, aktivitas hiperaktif kelenjar sebasea, kebersihan kulit, pola makan, dan penggunaan kosmetik. Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat, menghambat sekresi minyak, yang kemudian membesar dan dapat mengalami peradangan. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada remaja perempuan, serta hormon testosteron pada remaja laki-laki, dapat meningkatkan produksi minyak dan keringat. Hal ini menyebabkan kulit wajah menjadi berminyak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan jerawat. Jerawat adalah kondisi umum pada kulit yang mempengaruhi sekitar 85% populasi global usia 11-30 tahun. Jerawat dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk seperti akne komedonal, akne papulo-pustuler, akne konglobata, dan bentuk berat lainnya. Penderita jerawat cenderung memiliki kadar androgen serum dan sebum yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami jerawat, meskipun kadar androgen serum mereka masih dalam batas normal. Untuk mencegah jerawat, penting untuk menjaga kebersihan kulit wajah. Ini bisa dimulai dengan mencuci wajah dua kali sehari menggunakan sabun cuci muka atau cleanser. Selain itu, perawatan pencegahan dapat melibatkan penggunaan scrub atau porepack untuk membersihkan komedo secara fisik. Namun, perlu diingat bahwa membersihkan wajah terlalu sering dengan sabun atau cleanser dapat mengakibatkan kulit menjadi kering atau dehidrasi. Dehidrasi kulit dapat mengganggu lapisan kulit (stratum korneum) dalam proses alami pelepasan sel-sel kulit mati, yang dapat memperburuk jerawat. Dengan demikian, menjaga keseimbangan dalam perawatan kulit adalah kunci untuk mencegah jerawat tanpa mempengaruhi kelembapan alami kulit secara negatif. Kulit wajah sangat sensitif terhadap zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya, termasuk produk anti jerawat. Kesalahan dalam memilih produk tersebut dapat meningkatkan tingkat sensitivitas dan iritasi pada kulit. Perilaku mencakup pemahaman dan aktivitas seseorang yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Secara evolusioner, domain perilaku telah berkembang menjadi tiga tingkat yang mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan atau praktik.

Cara Mengatasi Jerawat

1. Untuk merawat kulit berjerawat, disarankan untuk mencuci wajah secara teratur hanya dua kali sehari, yakni pagi setelah bangun dan malam sebelum tidur. Anda dapat menggunakan pembersih wajah yang mengandung bahan alami seperti lemon, minyak pohon teh, Centella asiatica (pegagan), kunyit, dan peppermint. Bahan-bahan ini membantu membersihkan kotoran dan minyak yang dapat menyumbat pori-pori kulit.

2. Hindari menyentuh wajah untuk mengurangi risiko penyebaran bakteri dan minyak dari tangan ke kulit wajah. Menghindari kebiasaan memencet jerawat juga penting karena dapat mengakibatkan infeksi serta bekas luka permanen.

3. Penting untuk menghindari produk skincare dan kosmetik yang mengandung minyak agar tidak menyebabkan penumpukan minyak di kulit wajah. Sebaiknya memilih produk perawatan kulit yang nonkomedogenik untuk mencegah hal ini.

4. Mengatur pola makan dengan seimbang, termasuk mengonsumsi makanan rendah glikemik seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan gandum, serta cukup minum air mineral, dapat mendukung kesehatan kulit Anda secara menyeluruh dari dalam tubuh.

5. Istirahat yang cukup dan kemampuan untuk mengelola stres tidak secara langsung menyebabkan jerawat. Namun, stres dapat mempengaruhi aktivitas hormonal tubuh, seperti peningkatan hormon stres seperti kortisol dan androgen, yang kemudian meningkatkan produksi minyak pada kulit. Selain itu, stres dan kecemasan juga dapat meningkatkan produksi protein sitokinin.

6. Melakukan olahraga secara teratur dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan pasokan oksigen, dan memperbaiki kondisi kesehatan secara keseluruhan. Sementara itu, meditasi rutin dapat menurunkan kadar kortisol dalam tubuh yang dapat mempengaruhi munculnya jerawat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3614/cara-mengatasi-jerawat-pada-kulit-wajah

Manfaat Protein untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini

Konsumsi makanan mempengaruhi kondisi gizi seseorang. Kondisi gizi yang baik atau optimal tercapai saat tubuh menerima cukup zat gizi dan menggunakannya secara efisien, memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan umum pada level yang optimal. Namun, mengonsumsi makanan secara berlebihan bisa berdampak toksik atau berbahaya. Penyusunan makanan yang tidak tepat, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, yang disebabkan oleh masalah seperti kurangnya akses pangan, kurangnya pengetahuan, atau kebiasaan makan yang tidak sehat, adalah faktor utama dalam masalah gizi. Kurangnya asupan makanan baik dalam jumlah maupun kualitas dapat mengganggu berbagai proses seperti pertumbuhan, produksi energi, sistem kekebalan tubuh, perilaku, struktur, dan pola otak. Asupan makanan pada anak-anak harus memperhatikan kandungan zat gizi, terutama protein yang penting untuk pertumbuhan tinggi badan, serta dukungan untuk pertumbuhan otak dan kecerdasan. Protein adalah zat makanan vital yang tidak hanya berperan sebagai zat pembangun dan pengatur, tetapi juga menyediakan asam amino penting yang tidak terdapat dalam lemak atau karbohidrat. Anak-anak sering sulit makan, yang dapat menghambat pertumbuhan mereka. Kebiasaan tidak makan secara teratur, seperti tidak makan 3 (tiga) kali sehari, dapat menyebabkan perut kosong, penurunan kadar gula darah, kelesuan, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan motivasi belajar. Kurangnya asupan protein dapat menghambat pertumbuhan anak, yang dapat menyebabkan keterbelakangan pertumbuhan atau kekerdilan. Anak-anak yang kekurangan protein cenderung memiliki otot yang lemah dan rambut yang mudah rontok, karena protein berperan sebagai zat pembangun dalam tubuh. Anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki status gizi yang lebih baik, termasuk asupan protein yang mencukupi, dibandingkan dengan mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah. Untuk pertumbuhan dan perkembangan otot yang optimal, asam amino yang diperlukan harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai individu yang berpengetahuan di bidang olahraga untuk tidak meremehkan pentingnya nutrisi bagi anak-anak.

Fungsi dan Peranan Protein

1. Molekul-molekul kecil dan ion-ion diangkut oleh protein-protein khusus. Sebagai contoh, oksigen dibawa dalam sel darah merah oleh hemoglobin dan dalam otot oleh mioglobin.

2. Proteksi kekebalan tubuh melibatkan antibodi, protein yang sangat khusus dan peka, yang mampu mengidentifikasi serta berikatan dengan benda asing seperti virus, bakteri, dan sel dari organisme lain.

3. Koordinasi gerak terjadi melalui kontraksi otot yang disebabkan oleh pergeseran 2 (dua) filamen protein, seperti yang terlihat dalam pergerakan kromosom selama mitosis dan gerakan sperma yang didorong oleh flagela.

4. Penunjang mekanis. Ketegangan dan kekerasan dari kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen, sebuah jenis protein serat yang penting.

5. Sebagian besar reaksi kimia dalam sistem biologi dijalankan dengan bantuan enzim, yang hampir semuanya terdiri dari protein.

6. Menghasilkan dan mengirimkan sinyal saraf. Respon terhadap rangsangan tertentu diatur oleh protein reseptor dalam sel saraf. Sebagai contoh, rodopsin adalah protein yang peka terhadap cahaya dan terdapat dalam sel batang di retina. Protein reseptor lainnya berperan penting dalam sinapsis saraf.

7. Protein yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi mengontrol bagaimana organisme tingkat tinggi tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, faktor pertumbuhan saraf mengatur pertumbuhan jaringan saraf, sementara banyak hormon yang ada juga berupa protein.

Sumber Protein

1. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya menjadi protein hewani dan protein nabati. Protein hewani berasal dari sumber-sumber seperti daging serta organ dalam hewan seperti hati, pankreas, ginjal, paru-paru, jantung, serta babat dan iso (usus halus dan besar).

2. Susu dan telur juga termasuk dalam sumber protein hewani berkualitas tinggi. Ikan, kerang, dan udang adalah contoh sumber protein hewani lain yang mengandung sedikit lemak, meskipun beberapa orang mungkin alergi terhadap jenis-jenis ini. Sumber protein hewani umumnya rendah lemak, sehingga cocok untuk hidangan rendah lemak. Namun, kerang memiliki kandungan kolesterol tinggi sehingga tidak disarankan untuk diet rendah kolesterol.

3. Ayam, burung, dan telurnya juga merupakan sumber protein hewani yang baik. Telur bagian kuningnya mengandung tinggi kolesterol, sehingga perlu dihindari dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan berbagai jenis burung serta telurnya adalah sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Perlu dicatat bahwa kuning telur mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya dihindari dalam diet rendah kolesterol.

4. Sementara itu, protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa, dan lain-lain. Meskipun asam amino dalam protein nabati tidak sekomplit seperti pada protein hewani, kombinasi dua atau lebih sumber protein dengan jenis asam amino yang berbeda dapat saling melengkapi untuk meningkatkan kualitas nutrisinya. Misalnya, dengan mencampur tepung gandum dan kacang-kacangan, kekurangan asam amino lisin dalam tepung gandum dapat ditutupi oleh kelebihan asam amino belerang dalam kacang-kacangan, dan sebaliknya. Gabungan dua jenis protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas yang berbeda bisa mendukung satu sama lain, sehingga mutu gizi dari campuran tersebut lebih baik daripada masing-masing protein secara terpisah. Contoh menu yang menggabungkan sumber protein nabati dan memperbaiki mutu proteinnya antara lain susu dengan sereal, nasi dengan tahu, kacang-kacangan dengan roti, atau bubur kacang hijau dengan ketan hitam. Kombinasi ini tidak hanya meningkatkan mutu protein, tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3610/manfaat-protein-untuk-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-usia-dini

Prebiotik dan Manfaat Kesehatan

Makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi manusia. Seiring dengan kemajuan zaman, pandangan tentang makanan juga mengalami perubahan. Kini, makanan tidak hanya dituntut untuk mencukupi kebutuhan gizi, tetapi juga untuk mencegah penyakit serta meningkatkan kondisi fisik dan mental. Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kesehatan dan kondisi mikroflora usus. Oleh karena itu, konsep makanan fungsional kini berfokus pada pengembangan produk yang mendukung pertumbuhan mikroflora usus. Komponen makanan fungsional yang sering dibahas meliputi probiotik, prebiotik, serat larut, asam lemak omega-3, asam linoleat, antioksidan, vitamin dan mineral, protein, peptida dan asam amino, serta phospholipid. Probiotik dan prebiotik adalah jenis makanan fungsional yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan usus dan keduanya aman untuk digunakan dalam makanan. Penggunaan probiotik dalam makanan memiliki batasan dan tidak cocok untuk semua jenis produk. Probiotik umumnya diterapkan pada produk susu karena mereka tidak tahan terhadap suhu tinggi dan tidak dapat bertahan lama dalam kondisi aktif. Sebaliknya, prebiotik lebih fleksibel dan dapat ditambahkan ke berbagai jenis makanan seperti produk patiseri, pemanis, yogurt, sereal, jus buah, minuman ringan, dan lainnya. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia. Di dalam usus besar, prebiotik berfungsi sebagai substrat bagi bakteri baik, sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri tersebut. Agar dapat dikategorikan sebagai prebiotik, suatu bahan harus memenuhi beberapa kriteria, tidak terhidrolisis atau terserap di bagian atas saluran pencernaan, harus menjadi substrat bagi setidaknya satu jenis bakteri baik di usus besar, sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri tersebut, dan mampu menyeimbangkan komposisi mikroflora di usus besar. Dengan demikian, prebiotik membantu menyeimbangkan serta merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik di usus besar tanpa menambah bakteri dari luar, berbeda dengan probiotik yang melibatkan penambahan bakteri langsung ke dalam sistem pencernaan. Fruktooligosakarida, inulin, oligofruktosa, laktulosa, dan galaktosakarida merupakan jenis komponen prebiotik. Mereka memiliki ketahanan terhadap keasaman lambung, tidak terpengaruh oleh enzim pencernaan, dan dapat difermentasi oleh mikroflora di usus besar. Penambahan prebiotik dalam makanan sehari-hari sangat dianjurkan. Upaya untuk menambahkan prebiotik ke dalam produk pangan telah dilakukan pada berbagai jenis makanan seperti susu formula, es krim, yogurt, sereal, kue kering, pemanis, jus buah, dan minuman ringan.

Manfaat Prebiotik bagi Kesehatan

Mikroflora di usus besar manusia memiliki peranan krusial dalam kesehatan. Penting untuk mengatur pola makan guna menjaga keseimbangan mikroflora usus, karena setiap jenis bakteri di usus besar memerlukan substrat yang berbeda. Menambahkan prebiotik pada makanan dipercaya dapat meningkatkan jumlah bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti Bifidobacterium sp dan Lactobacillus sp.

1.    Meningkatkan daya tahan fisik balita ASI merupakan makanan yang paling sesuai untuk bayi baru lahir. Selain memperkuat ikatan antara ibu dan bayi, ASI juga berfungsi melindungi bayi dari berbagai infeksi. ASI mengandung berbagai macam nutrisi, termasuk zat gizi semi-esensial, asam amino bebas, enzim, hormon, poliamina, nukleotida, dan oligosakarida. Kandungan oligosakarida dalam ASI mencapai 10-12 g/l. Oligosakarida dalam ASI memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan bakteri Bifidobacterium sp di usus besar. Ada lebih dari 130 struktur oligosakarida yang berbeda dalam ASI, seperti monofucosillaktosa, difucosillaktosa, lacto-N-tetraosa, turunan monofucosillaktosa, turunan difucosillaktosa, fucosilat lacto-N-heksaosa, dan lacto-N-oktaosa.

2.    Mengurangi kadar kolesterol dengan mengkaji efek penambahan inulin dari akar chicory pada kadar kolesterol. Mengonsumsi 20 gram inulin setiap hari selama 3 minggu dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah.menunjukkan bahwa mengonsumsi 50 gram beras yang mengandung 18% inulin selama 12 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol dan triacilgliserol dalam plasma masing-masing sebesar 7,9?n 21,2%. Walaupun prebiotik dapat memperbaiki profil lemak darah, dosis minimal prebiotik yang efektif untuk menurunkan kadar kolesterol masih belum diketahui.

3.    Untuk mencegah kanker usus, penting untuk diketahui bahwa tingkat kematian akibat kanker usus mencapai 50%. Bakteri usus besar, seperti Bifidobacterium sp, memiliki kemampuan untuk memetabolisme inulin dan menghasilkan asam lemak rantai pendek, termasuk asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Keberadaan asam-asam ini di dalam usus besar dapat berfungsi sebagai pencegah kanker usus. Khususnya, asam butirat berperan dalam menghambat pertumbuhan sel kanker di usus besar.

4.    Meningkatkan penyerapan kalsium untuk kekuatan tulang Kalsium dan vitamin D sangat penting bagi kekuatan tulang. Kalsium yang telah dikonsumsi perlu dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Jika asupan dan penyerapan kalsium tidak mencukupi, ini dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan risiko osteoporosis. Prebiotik dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium.

5.    Untuk mengatasi diare, langkah awal yang perlu diambil adalah mencegah dehidrasi. Jika diare terus berlanjut, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan antibiotik sebagai bagian dari pengobatan. Namun, penggunaan antibiotik dapat menimbulkan risiko resistensi. Sebagai alternatif, penggunaan prebiotik dapat menjadi solusi untuk menyembuhkan diare dengan risiko yang lebih rendah.

6.    Inulin bisa menjadi alternatif gula bagi pasien diabetes karena tidak diserap oleh sistem pencernaan dan tidak mempengaruhi kadar gula darah. Namun, pasien diabetes tetap perlu memperhatikan bahwa makanan yang mengandung inulin mungkin juga memiliki kandungan karbohidrat lain yang cukup tinggi.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3601/prebiotik-dan-manfaat-kesehatan

Gangguan Pendengaran pada Usia Lanjut

Jumlah penduduk lanjut usia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup. Secara umum, kondisi fisik seseorang yang memasuki usia lanjut mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari berbagai perubahan, seperti perubahan pada penampilan wajah, tangan, dan kulit, serta perubahan pada organ tubuh seperti sistem saraf dan pencernaan, serta panca indera seperti pendengaran. Pendengaran yang baik sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang di sekitar, keluarga, serta dalam menggunakan media seperti televisi, radio, dan telepon setelah pensiun. Masalah pendengaran adalah isu kesehatan yang sering dialami oleh orang lanjut usia. Kehilangan kemampuan mendengar dapat mengakibatkan isolasi sosial, depresi, dan penurunan keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari. Gangguan pendengaran dapat berkisar dari tuli total hingga kehilangan pendengaran sebagian, yang semuanya dapat mempersulit komunikasi, meskipun beberapa fungsi pendengaran masih terjaga. Beberapa individu dengan gangguan pendengaran mungkin mengalami keterbatasan dalam kebebasan mereka dan mengalami penurunan kualitas hidup.

Faktor Terjadinya Gangguan Pendengaran pada Lansia

1.    Faktor genetik

2.    Faktor penggunaan obat-obatan yang dapat merusak pendengaran

3.    Faktor lingkungan, seperti terpapar suara keras secara berulang dan dalam waktu lama

4.    Faktor hormonal

Gejala Umum

Gejala utama adalah gangguan pada kedua pendengaran. Presbikusis tidak dikeluhkan penderita pada tahapan awal, namun seringkali anggota keluarga atau kerabat yang menyadari akan gangguan pendengaran daripada penderita itu sendiri. Gejala paling umum lainnya adalah penderita kesulitan untuk membedakan ucapan dalam situasi tertentu.

Berikut adalah tanda-tanda yang mungkin muncul pada presbikusis :

1.    Penurunan kemampuan pendengaran

2.    Telinga terasa berdengung

3.    Kesulitan dalam memahami ucapan orang lain

4.    Sering meminta orang lain untuk mengulang perkataan

5.    Kesulitan dalam menentukan arah datangnya suara

6.    Gangguan pada aspek fisik dan emosional

Mencegah Gangguan Pendengaran pada Lansia

Kemampuan mendengar biasanya menurun seiring bertambahnya usia, yang merupakan bagian dari proses penuaan alami. Meski lansia tidak bisa menghentikan proses penuaan ini, mereka masih dapat menghindari penurunan pendengaran yang lebih cepat.

1. Menghindari Paparan Suara Keras

Kebisingan merupakan salah satu penyebab gangguan telinga pada orang tua. Untuk mencegah masalah ini, disarankan agar mereka menghindari lingkungan dengan suara keras. Tingkat kebisingan diukur dalam satuan decibel (dB), di mana angka yang lebih tinggi menunjukkan intensitas suara yang lebih kuat, terutama jika terpapar dalam waktu lama. Orang tua sebaiknya menjauhi suara mesin kendaraan atau musik dengan volume tinggi dari ponsel.

2. Menggunakan Pelindung Telinga Saat Terpapar Suara Bising

Lingkungan sekitar mungkin menghadirkan suara bising yang sulit dihindari, terutama jika seseorang tinggal di dekat bandara atau jalan utama. Untuk mencegah gangguan pendengaran pada lansia dalam situasi seperti ini, disarankan agar mereka menggunakan pelindung telinga. Earplug dapat dipakai untuk mengurangi dampak dari suara keras dan memberikan perlindungan tambahan bagi pendengaran.

3. Kurangi penggunaan headphone atau earphone, karena kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko kerusakan telinga akibat kebiasaan mendengarkan musik dengan volume yang lebih tinggi.

4. Melakukan pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala memungkinkan lansia untuk memantau dan merawat kondisi telinga mereka secara rutin. Sebaiknya, pemeriksaan ini dilakukan setidaknya sekali dalam setahun, terutama jika lansia sering terpapar suara bising yang keras.

5. Terapkan Pola Hidup Sehat

Konsumsi makanan bergizi yang rendah lemak dan gula untuk membantu mencegah penyakit atau menghindari komplikasi dari hipertensi, diabetes melitus, serta kondisi lain yang dapat memengaruhi gangguan pendengaran.

Jika gangguan pendengaran pada lansia cukup berat, sebaiknya mereka memeriksakan diri ke dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Dokter THT akan menanyakan gejala yang dirasakan dan mungkin meminta tes pendengaran untuk mendeteksi masalah telinga yang mungkin ada. Jika tidak diobati sejak awal, Presbikusis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup di masa tua. Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih lanjut mengenai Presbikusis agar bisa mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3602/gangguan-pendengaran-pada-usia-lanjut

Penggunaan Eyelash Extension Meningkatkan Kejadian Blefaritis

Blefaritis adalah kondisi peradangan pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau kondisi kulit lainnya. Gangguan ini sering dipicu oleh bakteri atau ketombe di kulit kepala, dan dapat menyebabkan mata menjadi merah, iritasi, gatal pada kelopak mata, serta pembentukan kerak seperti sisik pada bulu mata. Penyakit ini bisa terjadi pada semua usia dan ras, tidak menular, dan umumnya tidak mengakibatkan kerusakan permanen pada penglihatan, meskipun dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Patogenesis penyakit ini terkait dengan produksi minyak yang berlebihan di kelenjar di sekitar kelopak mata, yang menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri yang biasanya ada di kulit. Blefaritis bisa disebabkan oleh infeksi atau alergi dan cenderung bersifat kronis atau bertahan lama. Blefaritis alergi umumnya dipicu oleh debu, asap, bahan kimia iritatif, dan produk kosmetik seperti ekstensi bulu mata. Sementara blefaritis infeksi disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus alfaataubetaPneumococcus, dan Pseudomonas sppBlefaritis biasanya tidak memengaruhi penglihatan secara langsung, tetapi bisa menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan penglihatan menjadi kabur dan berfluktuasi sepanjang hari, yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas penglihatan. Bulu mata adalah elemen krusial dalam struktur kelopak mata, bersama dengan elemen lainnya seperti kelenjar Meibom, kulit kelopak mata, dan biofilm, yang semuanya berkontribusi pada keseimbangan permukaan mata. Oleh karena itu, penting untuk menjaga bagian-bagian ini. Secara keseluruhan, tepi kelopak mata bertanggung jawab untuk memproduksi lapisan lipid pada air mata dan melindungi mata dari cedera eksternal. Selama kedipan, air mata tersebar menuju nasolakrimal puncta yang terletak di bagian dalam tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi sebagai penghalang antara lingkungan luar dan bagian dalam mata, dan sangat peka terhadap berbagai iritan. Fungsi utamanya adalah melindungi dan menjaga kesehatan tepi kelopak mata. Selain itu, bulu mata juga kini dianggap sebagai elemen penting dalam estetika wajah dan menjadi fokus perawatan kecantikan. Salah satu tren kecantikan terbaru adalah penggunaan eyelash extensions, yaitu prosedur kecantikan yang semakin populer di kalangan perempuan. Teknik ini memperpanjang, menebalkan, dan melengkungkan bulu mata dengan cara menyambungkan bulu mata buatan. Proses pemasangan dilakukan dengan menempelkan satu per satu atau beberapa bulu mata buatan pada setiap helai bulu mata asli menggunakan lem berbahan dasar cyanoacrylate.

Gejala dari Blefaritis

Timbulnya rasa yang mengganjal dapat menyebabkan penutupan kelopak mata tidak sempurna (lagophthalmos) saat tidur, yang menyebabkan ketidaknyamanan serta membuat permukaan mata lebih mudah terkena udara, debu, dan mikroba. Hal ini dapat mengakibatkan infeksi bakteri dan jamur. Pasien dengan blefaritis umumnya melaporkan gejala seperti iritasi mata, gatal, rasa terbakar, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata, bulu mata yang menempel, krusta pada bulu mata, serta sensitivitas terhadap cahaya. Gejala-gejala ini biasanya bersifat intermiten, berlangsung dalam jangka panjang, dan cenderung lebih parah di pagi hari. Gejala tersebut juga bisa disertai oleh kondisi lain yang sering berhubungan dengan blefaritis dan dipicu oleh faktor-faktor seperti asap, angin, alkohol, kosmetik mata, dan obat-obatan.

Patofisiologi                  

Patofisiologi blefaritis terjadi akibat adanya kolonisasi bakteri di area mata, yang dipicu oleh produksi minyak berlebih di kelenjar dekat kelopak mata, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri. Kondisi ini menyebabkan bakteri menyerang jaringan sekitar kelopak mata secara langsung, serta merusak sistem kekebalan tubuh akibat produksi racun, limbah, dan enzim dari bakteri. Penumpukan bakteri di tepi kelopak mata bisa semakin parah jika terdapat dermatitis seboroik atau gangguan pada fungsi kelenjar meibom. Penggunaan ekstensi bulu mata dalam jangka waktu lama (lebih dari satu hari) juga dapat meningkatkan risiko kolonisasi bakteri pada lem dan bulu mata palsu tersebut. Selain itu, kebersihan area mata seringkali kurang terjaga karena pasien umumnya disarankan untuk tidak sering mencuci wajah.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3603/penggunaan-eyelash-extension-meningkatkan-kejadian-blefaritis

Peran Gizi dalam Perawatan Kulit yang Optimal

Kecantikan sering dianggap sebagai standar sosial yang diidamkan oleh banyak orang. Memiliki tubuh, wajah, dan kulit yang dianggap ideal menjadi dambaan banyak orang karena hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan dipercaya dapat memperbaiki status sosial seseorang. Banyak orang, terutama wanita, berlomba-lomba mengejar standar kecantikan dengan berbagai cara, termasuk penggunaan obat-obatan kimia untuk mencegah jerawat pada kulit wajah. Upaya ini sering kali memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit, dan penggunaan bahan kimia tersebut bisa berisiko dan belum tentu aman. Asupan nutrisi tidak hanya penting untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga untuk merawat kesehatan kulit. Karena itu, pemenuhan kebutuhan nutrisi harus mendapat perhatian serius. Saat ini, banyak orang yang kurang memperhatikan asupan makanan mereka, lebih fokus pada rasa, penampilan makanan, atau tren terkini. Hal ini seringkali menyebabkan masalah pada kecantikan fisik, seperti penuaan dini, kulit keriput, dan kelebihan berat badan. Selain itu, beberapa orang salah kaprah dengan menganggap diet ekstrem sebagai solusi cepat untuk kecantikan, padahal kekurangan nutrisi juga dapat menimbulkan efek samping. Ketidak seimbangan antara asupan makanan dan kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyeimbangkan konsumsi makanan dengan kebutuhan nutrisi tubuh dan memperhatikan kandungan makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, penting untuk menjelaskan bagaimana makanan bergizi memengaruhi kesehatan tubuh, khususnya kulit, mengingat banyak pembaca mungkin belum memahami peran gizi dalam kecantikan. Dengan pemahaman ini, diharapkan pembaca dapat lebih memperhatikan pilihan makanan mereka dan menjaga pola makan yang sehat.

Pentingnya Gizi dalam Perawatan Kulit.

Sebagaimana diketahui, pola makan memiliki dampak besar terhadap kesehatan dan kecantikan. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa makanan bergizi sangat terkait dengan kesehatan dan kecantikan kulit. Misalnya, sayuran dan sumber protein sering digunakan dalam industri kosmetik dan estetika karena manfaat positifnya bagi kesehatan kulit. Menjaga pola makan yang seimbang dapat mendukung produksi kolagen pada kulit, dan asupan makanan juga dapat memengaruhi proses penuaan. Vitamin E, vitamin C, dan vitamin A yang terdapat dalam makanan seperti jeruk, alpukat, tomat, brokoli, dan bayam memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu mencegah penuaan dini, melawan radikal bebas, serta mendukung kesehatan sel, terutama sel-sel kulit. Dengan mengonsumsi makanan tersebut, kulit akan terlihat lebih lembut dan kencang. Namun, selain memperhatikan asupan nutrisi, penuaan dini juga dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi lemak, terutama lemak jenuh, gula, garam, daging merah, dan karbohidrat. Orang dewasa tidak lagi memerlukan asupan zat gizi makro dalam jumlah besar karena mereka telah melewati fase pertumbuhan. Mengurangi konsumsi lemak dan karbohidrat, serta melakukan olahraga yang cukup, dapat memperlambat metabolisme tubuh, mengurangi produksi radikal bebas yang dapat menyebabkan penuaan dini, dan meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh. Dari beberapa contoh yang telah disebutkan, terlihat jelas bahwa kecukupan gizi dan nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit wajah. Perawatan kulit yang optimal tidak hanya bergantung pada produk luar, tetapi juga harus didukung oleh asupan nutrisi yang baik, karena perawatan dari dalam tubuh dapat mempercepat regenerasi kulit dan proses penyembuhan.

Nutrisi Penting untuk Kesehatan Kulit

Nutrisi memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan kulit dan mendukung berbagai proses biologis yang berlangsung di kulit sepanjang hidup. Pola makan yang tepat dan kebiasaan makan yang sehat dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan kulit. Kulit kita seringkali mencerminkan kesehatan keseluruhan tubuh. Oleh karena itu, makanan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara umum juga bisa memberikan efek baik pada kulit. Untuk memperoleh kulit yang kencang, mulus, dan sehat, penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Beberapa nutrisi memiliki manfaat khusus bagi kesehatan kulit dan biasanya terdapat dalam makanan yang kita konsumsi. Namun, tidak semua makanan memberikan efek positif pada kulit. Nutrisi-nutrisi ini bisa didapat dari konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran, yang dapat menutrisi kulit dari dalam. Dengan memperhatikan asupan nutrisi yang tepat, masalah kulit dapat dicegah dan kulit akan tetap terawat dan cantik.

Diet Seimbang untuk Kulit yang Sehat

Diet sering kali disalahartikan sebagai sesuatu yang melibatkan puasa total atau makan hanya sekali sehari. Sebenarnya, diet lebih dari sekadar mengurangi jumlah makanan yang kita konsumsi; itu adalah tentang mengatur pola makan kita secara keseluruhan. Diet merupakan perencanaan dan tindakan untuk mengelola asupan makanan dan minuman dengan tujuan mencapai kesehatan optimal. Artinya, diet bukanlah tentang tidak makan, melainkan tentang memperbaiki pola makan yang salah dan membangun kembali kebiasaan yang hilang. Kesehatan kulit sangat dipengaruhi oleh pola makan kita. Dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, kulit dan tubuh kita akan lebih sehat. Sebaliknya, konsumsi makanan yang tidak sehat dapat berdampak buruk pada kulit dan tubuh. Kulit yang bersinar mencerminkan apa yang kita konsumsi. Ketika kita memberikan nutrisi yang baik dari dalam dan luar tubuh, kulit akan bersinar sehat. Tambahkan buah-buahan dan sayuran untuk meningkatkan produksi kolagen dan melawan radikal bebas.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3604/peran-gizi-dalam-perawatan-kulit-yang-optimal

Infeksi Odontogen pada Sinusitis Maxillaris

Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi pada hidung (rinogen) atau infeksi pada gigi (odontogen). Secara anatomi, terdapat hubungan antara antrum maksila dan gigi rahang atas, sehingga infeksi dari gigi dapat mempengaruhi sinus maksilaris. Molar kedua memiliki hubungan anatomi yang paling dekat dengan sinus maksilaris, diikuti oleh molar pertama, molar ketiga, premolar pertama dan kedua, serta caninus. Meskipun infeksi odontogenik biasanya tidak mengancam nyawa, infeksi ini dapat menyebar melalui jaringan fasial, meningkatkan risiko sepsis, komplikasi saluran napas (seperti angina Ludwig dan abses retropharyngeal), serta infeksi abses leher yang 49,1% disebabkan oleh infeksi odontogenik. Infeksi biasanya dimulai dari permukaan gigi, yang sering kali disebabkan oleh karies gigi yang telah mendekati ruang pulpa. Proses ini kemudian dapat berkembang menjadi pulpitis dan akhirnya menyebabkan kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi gigi bisa terjadi secara lokal atau menyebar dengan cepat. Ketika gigi mengalami nekrosis, bakteri dapat masuk ke dalam ruang pulpa hingga mencapai apeks gigi. Foramen apikalis pada pulpa gigi dapat memungkinkan drainase dari pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya, infeksi dapat menyebar secara progresif ke area atau jaringan lain yang berada dekat dengan gigi yang mengalami nekrosis. Infeksi odontogen yang disebabkan oleh gigi yang mengalami nekrosis dapat mengakibatkan terbentuknya abses. Abses ini dapat dikategorikan menjadi dua jenis: penjalaran infeksi ringan, yang umumnya memiliki prognosis baik, dan penjalaran infeksi berat, yang memiliki prognosis kurang baik. Jika tidak ditangani, infeksi ini dapat berakibat fatal. Penjalaran infeksi ringan meliputi serous periostitis, abses subperiosteal, abses submukosa, abses subgingiva, dan abses subpalatal. Sementara itu, penjalaran infeksi berat termasuk abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut. Infeksi odontogenik adalah infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal atau perikoronal, baik sebagai infeksi primer atau sekunder, dan bisa disebabkan oleh trauma atau infeksi setelah prosedur bedah. Biasanya, infeksi odontogenik berasal dari karies gigi, yang merupakan proses demineralisasi email. Setelah email terlarut, infeksi karies dapat dengan mudah menembus dentin yang memiliki pori-pori mikro. Sinus maxillaris adalah salah satu dari sinus paranasalis yang berbentuk rongga, celah, atau saluran di antara tulang-tulang di sekitar area hidung. Sinus paranasalis meliputi sinus maxillaris, sinus ethmoidalissinus frontalis, dan sinus sfenoidalis.

 Penyebab Sinusitis

Infeksi sinus terjadi ketika gangguan pada aliran udara ke sinus menghambat proses pengeluaran lendir dari sinus. Hal ini bisa disebabkan oleh pembengkakan pada lapisan jaringan atau jaringan di sekitar hidung, yang bisa terjadi akibat alergi atau iritasi seperti penggunaan semprotan hidung yang berlebihan, kokain, atau paparan asap rokok. Selain itu, sinus juga dapat tersumbat oleh tumor atau pertumbuhan abnormal yang terletak dekat dengan pembukaan sinus. Sinusitis adalah kondisi peradangan dan pembengkakan pada lapisan sinus dan hidung, umumnya dipicu oleh infeksi virus atau reaksi alergi yang membuat sinus memproduksi lebih banyak lendir.Ketika lendir berlebihan, ia dapat menumpuk dan menyumbat saluran hidung, menciptakan lingkungan yang memungkinkan bakteri atau mikroorganisme lain berkembang, yang akhirnya mengakibatkan infeksi.

Sinusitis akut sering kali disebabkan oleh virus flu, sedangkan sinusitis kronis bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Alergi, seperti rhinitis alergi, yang dapat menyumbat saluran sinus.

2 Polip hidung, yaitu pertumbuhan jaringan atau massa di dalam hidung yang dapat menyumbat saluran sinus.

3. Infeksi saluran pernapasan, baik dari virus maupun bakteri, yang dapat menyebabkan penebalan lapisan sinus dan menghambat saluran hidung.

4. Cystic fibrosis, kelainan genetik yang membuat lendir mengental, menumpuk, dan menyumbat saluran tubuh, terutama di saluran pernapasan dan pencernaan.

5. Kondisi medis lain, seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Odontogen pada Sinusitis Maxillaris

Tulangan tengkorak di area pipi, belakang dan atas mata, serta di sekitar hidung tidak sepenuhnya padat, melainkan mengandung ‘ruang-ruang udara’ yang dikenal sebagai sinus. Selaput lendir di sinus ini berfungsi untuk menghasilkan cairan yang membersihkan udara yang kita hirup dari kuman atau benda asing lainnya. Sinus terletak tepat di atas akar gigi rahang atas, dengan ujung akar gigi dan bagian dalam sinus dipisahkan hanya oleh lapisan tulang yang tipis. Saraf yang melewati akar gigi dan mengalir melalui sinus terhubung dengan saraf yang membawa sinyal nyeri dari gigi ke otak. Sinus maxillaris adalah rongga berbentuk piramida yang berisi udara dan terletak di bagian atas rahang atas, di belakang gigi-gigi belakang di setiap sisi. Pada radiografi, sinus ini tampak sebagai area yang tidak terlihat jelas (radiolusent) yang dikelilingi oleh garis-garis tipis yang terlihat lebih jelas (radiopaque). Dalam radiografi cephalometric, sinus maxillaris dapat dilihat dengan jelas batas-batasnya yang meliputi dinding atas, bawah, depan, dan belakang. Secara anatomis, terdapat hubungan antara gigi premolar dan molar atas dengan sinus maksilaris, yang dapat meningkatkan risiko perforasi sinus maksilaris. Dasar sinus maksilaris terletak dekat dengan lokasi tumbuhnya gigi premolar kedua serta gigi molar pertama dan kedua, dan dalam beberapa kasus, gigi bisa tumbuh ke dalam rongga sinus dan hanya tertutup oleh mukosa. Proses infeksi di sekitar gigi-gigi ini dapat menyebar ke mukosa sinus melalui pembuluh darah atau limfe. Sinusitis maksilaris dapat dipicu oleh infeksi yang berasal dari gigi, seperti karies, granuloma, impaksi, periodontitis apikalis, abses periapikal, gangren radix, dan kista radikuler. Pada radiograf panoramik, infeksi odontogen ini biasanya tampak sebagai area radiolusen yang berbentuk konveks (bulat), dengan batas yang jelas dan homogen. Infeksi ini dapat menekan, menyebabkan atrofi, dan erosi pada tulang akibat pembesaran dan penyebaran massa jaringan lunak, yang berujung pada penurunan densitas tulang dan kadang-kadang pengapuran pada perifer.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3606/infeksi-odontogen-pada-sinusitis-maxillaris

Diagnosis Faringitis

Faringitis merupakan infeksi atau peradangan yang terjadi di daerah tenggorokan. Tenggorokan adalah saluran yang menghubungkan hidung dan mulut dengan paru-paru. Faringitis termasuk dalam kategori Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA mencakup infeksi pada saluran pernapasan yang melibatkan tenggorokan, hidung, dan paru-paru, dengan durasi gejala tidak melebihi 14 hari. Pada musim dingin atau musim hujan, kasus faringitis biasanya meningkat. Penyakit ini dapat menular melalui sekret pernapasan dan memerlukan waktu inkubasi antara 2 hingga 5 hari. Penularan infeksi paling tinggi terjadi selama fase akut. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena faringitis meliputi kontak langsung dengan penderita, paparan terhadap asap rokok dan polusi, serta adanya riwayat alergi terhadap suhu dingin, bulu binatang, dan debu. Selain itu, sering berada di ruangan yang kering dan memiliki riwayat sinusitis juga dapat memicu timbulnya faringitis. Faringitis akut umumnya disebabkan oleh virus dan menampilkan gejala mirip flu biasa. Penyakit ini sering muncul dalam bentuk wabah epidemi dengan gejala seperti hidung tersumbat, demam ringan, batuk, perubahan suara, sakit kepala, dan nyeri otot. Sebaliknya, faringitis bakterial biasanya ditandai dengan demam tinggi yang tiba-tiba disertai menggigil, nyeri saat menelan yang parah, dan kesulitan menelan, serta jarang menunjukkan gejala virus yang umum. Faringitis umumnya bersifat self-limiting, yang berarti dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, jika gejala bertahan lebih dari satu minggu dan disertai demam, pembengkakan kelenjar getah bening, atau ruam kulit, mungkin sudah terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapat timbul dari faringitis termasuk demam rematik (yang ditandai dengan peradangan sendi dan kerusakan pada katup jantung) serta peradangan ginjal (seperti glomerulonephritis setelah infeksi streptokokus). Faringitis bisa dicegah dengan cara menghindari faktor penyebab dan pemicunya. Menjalani gaya hidup bersih dan sehat sangat penting sebagai langkah pencegahan. Beberapa tips yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah makan, setelah batuk atau bersin, dan setelah menggunakan toilet. Selain itu, penting untuk tidak menyentuh wajah dengan tangan yang kotor, menutup mulut dan hidung dengan tangan atau tisu saat batuk, tidak berbagi peralatan makan atau minum dengan penderita faringitis, menghindari merokok, serta menjauhi polusi dan asap rokok.

Diagnosis dan Pemeriksaan Faringitis

1. Untuk mendiagnosis suatu penyakit, prosesnya dimulai dengan anamnesis, diikuti dengan pemeriksaan fisik, dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, berbagai gejala dapat terdeteksi, seperti sakit tenggorokan, pusing, demam, limfadenitis, serta kadang-kadang mual, kelelahan, kemerahan pada kulit (ruam), dan nyeri perut. Selain itu, bisa juga ditemukan kemerahan pada dinding saluran pernapasan dan demam yang mungkin melebihi 38,5°C.

2. Rasa sakit saat menelan, batuk, suara serak bila peradangan sudah mencapai pita suara, serta pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.

3. Pemeriksaan THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) bertujuan untuk mengevaluasi kondisi tenggorokan, khususnya untuk mendeteksi adanya kemerahan atau pembengkakan pada faring. Hal ini penting untuk memastikan apakah seseorang mengalami faringitis atau tidak.

4. Pemeriksaan standar untuk memastikan gejala klinis dan diagnosis infeksi bakteri GAS adalah kultur swab. Kultur swab memiliki sensitivitas antara 90-95?n spesifisitas antara 97-100?lam mendeteksi bakteri GAS, dengan catatan bahwa pemeriksaan kultur dilakukan sesuai prosedur yang benar.

5. Pengujian Deteksi Antigen Cepat (RADT) memerlukan waktu yang cukup lama, yakni sekitar satu hari atau lebih, untuk memperoleh hasil. Metode RADT dirancang untuk mendeteksi antigen dari virus atau bakteri di tenggorokan dengan menggunakan alat dipstick yang mengambil sampel dari eksudat atau sekret di tonsil atau orofaring bagian belakang.

6. Titer antistreptolysin O adalah tes yang digunakan untuk pasien yang diduga mengalami komplikasi supuratif akibat infeksi oleh streptococcus grup A.

7. Skoring McIsaac adalah metode sederhana untuk mendiagnosis faringitis yang disebabkan oleh streptococcus grup A. Metode ini melibatkan penilaian beberapa tanda dan gejala klinis, seperti suhu tubuh di atas 38°C, adanya pembengkakan atau eksudat pada tonsil, pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian depan, serta adanya atau tidaknya batuk. Selain itu, skoring ini juga menambahkan satu nilai berdasarkan kelompok usia pasien.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3607/diagnosis-faringitis

1 8 9 10 11 12 26

Search

+