1000 HPK Kunci Cegah Stunting

Masalah stunting masih menjadi episode panjang masalah kesehatan balita di Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak dengan stunting biasanya ditandai dengan tinggi badan yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD (-2SD) di bawah median panjang atau tinggi badan berdasarkan umur (1). Dampak dari stunting tidak hanya pada tinggi badan yang kurang namun juga perkembangan intelektual, kognitif, motorik yang buruk dan bahkan mengurangi produktivitas sehingga menyebabkan kerugian ekonomi di masa depan. Maka dari itu, pencegahan terutama pada 1000 HPK sangat diperlukan, yakni mulai dari bayi dalam kandungan hingga usia 23 bulan.

  1. Periode Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan rutin atau antenatal care (ANC) merupakan salah satu usaha pencegahan stunting selama masa kehamilan. Selama hamil ibu disarankan untuk periksa minimal 6 kali. 1 kali pada trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada trimester ketiga. Paling sedikit 2 kali pemeriksaan oleh dokter atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan pada trimester pertama dan ketiga dengan memakai USG. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kesehatan ibu dan janin salah satunya melalui penimbangan berat badan ibu dan pengukuran lingkar lengan atas  (LiLA) secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemenuhan gizi ibu hamil dan janin. Pada ibu yang masuk kategori kekurangan energi kronis (KEK) pemberian PMT atau makanan tambahan untuk mengejar kenaikan berat badan selama kehamilan harus dilakukan.

Selain melakukan pemeriksaan rutin, selama kehamilan ibu perlu rutin minum tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan, mengkonsumsi beragam jenis bahan makanan seperti makanan pokok, protein hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur, minum air 8-12 gelas/hari (2-3 liter)/hari, serta menambahkan 1 porsi makanan utama atau makanan selingan dari sebelumnya.

  1. Periode Menyusui (Bayi 0-6 Bulan)

Pada periode ini, pencegahan stunting dilakukan dengan cara mendorong ibu pasca melahirkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) terutama memberikan kolostrum dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Selain itu, juga diberikan promosi mengenai pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan disertai pemantauan tumbuh kembang rutin minimal 1 bulan sekali di posyandu atau puskesmas. 

Sebagai upaya pencegahan penyakit, dianjurkan pula untuk pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Untuk ibu, pada 1-2 hari pasca bersalin akan diberikan  suplementasi kapsul vitamin A.

  1. BADUTA (Bawah Dua Tahun) 6-23 Bulan

Intervensi gizi dilakukan dengan mendorong ibu untuk tetap memberikan ASI hingga anak berusia 23 bulan. Selain itu, usaha pencegahan lainnya yakni mendorong pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) setelah anak berusia lebih dari 6 bulan. Intervensi juga pelengkap lainnya dilakukan dengan menyediakan obat cacing, pemberian suplementasi zinc, menyediakan fortifikasi zat besi pada makanan, imunisasi dasar dan lanjutan, pemberian suplementasi vitamin A (kapsul biru/merah) dan melakukan perlindungan pada penyakit seperti malaria dan diare.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/1000-hpk-kunci-cegah-stunting

Kenali Tanda dan Gejala Supraspinatus Tendinitis

Supraspinatus tendinitis adalah peradangan pada tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap tulang bahu (yang dibentuk oleh caput humeri dengan bungkus kapsul sendi glenohumeral sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya) secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam pekejaan overhead : berenang, melukis, tenis. Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya. Adanya cedera atau trauma menyebabkan terjadinya kerobekan serabut-serabut tendon, sehingga akan terjadi perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan mengambil tempat ke arah celah tendon yang robek dan dapat menjalar ke sekitarnya kemudian cairan tersebut mengendap dan membentuk hematom. Hematom ini akan menekan ujung-ujung saraf sensoris di sekitarnya hingga akan menambah rasa nyeri. Apabila penekanan yang mengakibatkan peradangan ini terjadi berulang-ulang maka akan mengalami degenerasi dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakan tendon terbatas atau terhambat. Sehingga suplay darah terganggu yang akan mengakibatkan tendinitis.

Tanda dan Gejala Supraspinatus Tendinitis

Tanda dan gejala supraspinatus tendinitis berupa nyeri tekan pada tendon otot supraspinatus karena tendonnya mengalami peradangan. Adapun tanda dan gejala yang umum dijumpai pada kondisi tendinitis supraspinatus antara lain :

1.      Nyeri bila ditekan pada tendon otot supraspinatus yaitu tepatnya pada daerah tuberculum mayus humeri sedikit proximal. Nyeri tekan juga terjadi pada otot deltoid medial sebagai nyeri rujukan. Painfull arc untuk tendinitis suprapinatus antara 6001200. Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumatkumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa nyeri.

2.      Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi dan eksorotasi. Keterbatasan ini disebabkan oleh karena adanya rasa nyeri.

3.      Kelemahan otot dan Atrofi.

4.      Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus.

Diagnosis Supraspinatus Tendinitis

Penderita dengan tendinitis supraspinatus merasa nyeri di daerah tuberositas mayor pada waktu lengan menggantung ke bawah (downbarn’s sign), nyerinya bertambah bila pemeriksa menarik lengannya ke bawah. Ini menguatkan adanya tendinitis supraspinatus. Pemeriksaan pada supraspinatus tendinitis antara lain :

1.   Pemeriksaan Gerak Dasar

a.   Gerak Aktif

Pada kondisi tendinitis supraspinatus gerakan abduksi akan terasa nyeri sehingga akan terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. Nyeri timbul sebagai proteksi bagi tubuh karena tendon m.supraspinatus mengalami pergesekan dengan sturuktur yang ada di sekitarnya.

b.   Gerak Pasif

Gerakan dilakukan oleh terapis sementara penderita dalam keadaan rilek, bertujuan untuk mengetahui luas garak sendi, pola kapsuler, ada atau tidaknya rasa nyeri. Pada gerakan abduksi pasif, penderita tendinitis supraspinatus tidak mengeluh adanya rasa nyeri, karena ototnya dalam keadaan rilek.

c.   Gerak Isometrik

Gerakan yang dilakukan oleh penderita secara aktif sementara terapis memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan oleh pasien tanpa adanya pergerakan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memprovokasi nyeri pada muskulotendinogen.

2.   Pemeriksaan Spesifik

a.   Tes Pengukuran Nyeri

Untuk mengetahui derajat atau tingkatan rasa nyeri pada kondisi tendinitis supraspinatus dapat diukur dengan menggunakan VAS (Verbal Analogue Scale).

b.   Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi

Pengukuran LGS pada kondisi tendinitis supraspinatus dengan arah gerakan abduksi-adduksi goniometer diletakkan pada axis antero-posterior dari sendi bahu. LGS normal pada sendi bahu untuk gerakan abduksi-adduksi adalah F 180º – 0º – 45º.

c.   Pemeriksaan Kemampuan Fungsional

Untuk mengetahui nilai dari kemampuan fungsional pasien tendinitis supraspinatus dapat digunakan indek Barthel yang dimodifikasi.

d.   Tes Khusus

Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus seperti Tes Supraspinatus (supraspinatus challenge test), Tes lengan jatuh (mosley), Tes AppleyPainful Arc, Tes Aperehensi.

3.   Pemeriksaan Penunjang

Pada foto rontgen ditemukan adanya kalsifikasi pada tendon rotator cuff dan di bursa. Dengan kasus yang sudah lama adanya proses degenerative seperti perubahan sklerotik dan kistik di tuberositas dan adanya jarak pada humerus dengan akromion. Pada tendinitis akut kalsifikasi didapatkan tidak teratur dan tidak jelas. Pada pemeriksaan USG menunjukkan penebalan pada bursa subacromial dan impingement.

Pengobatan Supraspinatus Tendinitis

1.   Terapi Medikamentosa

a.   Ibuprofen

Golongan NSAID yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit. Dengan waktu paruh yang relative singkat. Sebagian diindikasikan untuk rematoid arthritis dan osteoarthritis dengan nyeri ringan sampai sedang. Dosis yang diberikan 400-800 mg.

b.   Natrrium Diclofenac

Merupakan komposisi kimia asam asetat heteroaril dengan waktu yang pendek. Indikasi untuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan ankylosing spondilitis.

c.   Piroksikam

Memiliki waktu paruh yang lama (50 jam) yang dapat diberikan sekali sehari. Diindikasikan pada kasus rheumatoid arthritis dan osteoarthritis.

2.   Terapi Fisioterapi

Secara umum penanganan yang dapat diberikan adalah :

a.   Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus.

b.   Massage pada tendon supraspinatus dengan menggunakan tehnik transver friction.

Tujuan diberi massage ini untuk mengurangi nyeri, relaksasi otot, peningkatan vaskularisasi.

3.   Ultra Sound (US)

Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran.

4.   Terapi Latihan

Provokasi dengan Gerakan Isometrik / tahanan ke arah Abduksi.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3187/kenali-tanda-dan-gejala-supraspinatus-tendinitis

Kenali Rhinitis Alergika Mulai dari Sekarang

Gangguan sistem imunitas tubuh akan memiliki berdampak terdapat timbulnya penyakit dan salah satu penyakit akibat gangguan sistem imun khususnya imun yang spesifik adalah rinitis alergika. Rinitis alergika adalah kelainan pada hidung dengan gejala seperti bersin-bersin, hidung berair, hidung gatal, dan juga tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Rinitis alergi umumnya bukan penyakit yang fatal tetapi gejalanya dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang dan menurunkan kualitas hidup penderita. Permasalahan terkait kualitas hidup yang sering dilaporkan terjadi pada penderita rinitis alergi di antaranya adalah gangguan tidur, rasa lelah dan mengantuk pada jam produktif, mudah marah, depresi, gangguan fungsi fisik dan sosial, penurunan atensi, kemampuan belajar serta defisit memori. Gangguan tidur pada penderita rinitis alergi dapat berupa sulit tidur, tidur tidak nyenyak, serta tidak merasa segar saat bangun tidur. Beban yang ditimbulkan dari penyakit rinitis alergi juga dapat dirasakan pada aspek sosio-ekonomi, baik  yang  berasal  dari  beban  pembiayaan  perawatan  kesehatan  serta  beban  yang  ditimbulkan  akibat  penurunan  produktivitas  kerja. Terapi rinitis alergi dilakukan pendekatan bertahap sesuai dengan berat ringan penyakit dan respon terhadap pengobatan yang diberikan. Prinsip terapi rinitis alergi meliputi penghindaran terhadap alergen, edukasi, farmako terapi (antihistamin, kortikosteroid, dekongestan, antikolinergik), operasi, maupun imunoterapi.

Gejala Rhinitis Alergika

Gejala rhinitis alergika dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain sebagai berikut :

1.    Allergen

Allergen hirupan merupakan allergen terbanyak penyebab serangan gejala rhinitis alergika. Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan allergen hirupan utama penyebab rhinitis alergika dengan bertambahnya usia, sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang penting.

2.    Polutan

Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. Mekanisme terjadinya rhinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih jelas.

3.    Aspirin

Aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid dapat mencetuskan rhinitis elergika pada penderita tertentu.

Klasifikasi Rhinitis Alergika

Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan berat ringannya penyakit :

1.   Ringan, apabila penyakit tersebut : tidak mengganggu pola tidur, tidak mengganggu aktivitas pekerjaan, tidak mengganggu aktivitas penggunaan waktu luang, tidak mengganggu aktivitas sosial.

2.   Rinitis alergi sedang-berat, apabila penyakit tersebut telah : mengganggu pola tidur, mengganggu aktivitas pekerjaan, mengganggu aktivitas penggunaan waktu luang, mengganggu aktivitas sosial.

3.   Rinitis alergi dengan komplikasi, misalnya apabila rinitis alergi disertai : sinusitis, polip hidung, gangguan fungsi tuba auditiva dan telinga tengah.

Diagnosis

Diagnosis rhinitis alergika berdasarkan keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rhinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor.

Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan IgE total dan IgE spesifik, eosinophil pada hapusan mukosa hidung dan bisa dilakukan in vivo dengan uji kulit goresan atau tusukan atau suntikan.

Pencegahan

Pencegahan rhinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran allergen, fatmakoterapi dan imunoterapi. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup dalam pencegahan rhinitis alergika, penghindaran allergen hendaknya merupakan bagian terpadu dari strategi pencegahannya, terutama bila allergen penyebab dapat diidentifikasikan. Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenan dengan penyakit yang kronis, yang berdasrkan kelainan atopi, pengobatan memerlukan waktu yang lama dan pendidikan penggunaan obat harus benar terutama jika harus menggunakan kartikosteroid hirupan atau semprotan. Imunoterapi sangat efektif bila penyebabnya adalah allergen hirupan. Farmakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. Farmakoterapi masih merupakan andalan utama sehubungan dengan kronisitas penyakit.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3186/kenali-rhinitis-alergika-mulai-dari-sekarang

Apa Saja Jenis Osteoporosis dan Cara Mencegahnya?

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimblkan kerapuhan tulang. Tulang yang rapuh dan keropos ini mudah patah atau fraktur (fracture). Osteoporosis merupakan penyakit tulang dengan gejala menurunnya kepadatan tulang secara keseluruhan karena tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral yang ada dalam tulang. Osteoporosis disertai dengan rusaknya arsitektur tulang sehingga mengakibatkan penurunan kekuatan tulang dan pengeroposan tulang sehingga menyebabkan mudah terjadi patah tulang. Osteoporosis adalah penyakit silent disease karena osteoporosis tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik dan khas. Gejala osteoporosis adalah nyeri pada tulang, nyeri otot, nyeri sering terjadi pada punggung, adanya tulang yang patah, kemudian semakin membungkuknya tulang punggung, dan penurunan tinggi badan, dan terdapat nyeri pada punggung. Osteoporosis dapat menimbulkan beban bukan hanya bagi penderita tetapi juga bagi keluarga. Oleh karena itu tindakan preventif perlu menjadi perhatian bagi kita. Karena begitu tinggi kematian akibat patah tulang, maka upaya preventif merupakan prioritas utama dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Tindakan preventif dapat dimulai dengan melakukan promosi kesehatan, memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia bahwa osteoporosis dapat kita cegah dari masa anak-anak dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium yang cukup dan melakukan pola hidup sehat dan aktif juga merupakan hal utama untuk menghindari kejadian osteoporosis.

Karakteristik Osteoporosis

Karakteristik osteoporosis adalah ditandai dengan adanya penurunan kekuatan tulang (bone strength). Kekuatan tulang ini adalah hasil integrasi antara volume mineralisasi, arsitektur tulang, bone turn over, dan akumulasi kerusakan tulang. Osteoporosis identik dengan kehilangan massa tulang, yaitu kelainan tulang yang merujuk pada kelainan kekuatan tulang. Apabila kekuatan tulang ini menurun maka hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya fraktur.

Jenis Osteoporosis

Banyak yang menganggap bahwa osteoporosis hanya milik lanjut usia atau wanita sesudah menopause, yaitu osteoporosis primer ini. Namun, sebenarnya masih bisa ditemukan pada orang muda akibat berbagai penyebab, yaitu osteoporosis sekunder.

1.   Osteoporosis Primer

Menopause umumnya terjadi pada usia 50-an, hormon estrogen wanita akan turun 2-3 tahun sebelum menopause timbul, dan terus berangsung sampai3-4 tahun setelah menopause. Masa tulang akan berkurang 1-3 persen dalam 5-7 tahun pertama setelah menopause. Dan ketika berusia 70 tahun, proses pengeroposan akan berkurang, tetapi tidak akan berhenti, sampai akhirnya total seseorang wanita akan kehilangan 35-50 persen dari tulangnya pada usia lanjut. Banyak orang yang beranggapan bahwa osteoporosis hanya milik orang tua atau wanita sesudah menopause, yaitu osteoporosis primer ini.

2.   Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu atau bisa pula akibat tindakan pembedahan atau pemberian obat yang mempercepat pengeroposan tulang. Osteoporosis sekunder bisa ditemukan pada hamper dua pertiga pria, dan lebih dari separuh wanita sebelum menopause, dengan penyebab yang bermacam macam, yang mengakibatkan penurunan densitas tulang dan peningkatan kemungkinan patah tulang. Keadaan ini perlu diwaspadai dan secepatnya dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan yang lebih baik.

Penanganan osteoporosis primer dan sekunder tidak banyak berbeda. Karena penyebabnya berlainan, maka perlu tindakan khusus untuk mengatasi sebab-sebab terjadinya osteoporosis.

Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut :

1.      Tinggi badan berkurang

2.      Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

3.      Patah tulang

4.      Nyeri bila ada patah tulang

Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung yang menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan hanya karena cedera yang ringan. Biasanya nyeri timbul secra tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan.

Cara Mencegah Osteoporosis

Untuk mencegah terjadinya osteoporosis dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup, mendapatkan asupan Vitamin D dari sinar matahari, dan hidup aktif dengan melakukan aktifitas fisik dengan prinsip pembebanan terhadap tulang, yang bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Selain itu, kita harus menghindari merokok, minum alkohol dan melakukan pemeriksaan kepadatan tulang. Mencegah osteoporosis harus dilakukan sedini mungkin untuk mencapai kepadatan tulang yang maksimal.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3179/apa-saja-jenis-osteoporosis-dan-cara-mencegahnya

Bahaya Konsumsi Gula Berlebih

Gula merupakan salah satu bentuk karbohidrat sederhana yang biasanya dihasilkan dari tanaman tebu, meskipun juga dapat diperoleh dari sumber lain seperti nektar bunga kelapa, nira aren, pohon palem, buah kelapa, atau pohon lontar. Salah satu jenis disakarida yang ditemukan dalam gula adalah sukrosa. Gula memegang peran penting sebagai sumber energi karena mudah dicerna dan memiliki rasa manis yang khas. Tidak hanya itu, gula juga memiliki pemanfaatan lain, termasuk sebagai bahan dasar dalam produksi minuman beralkohol, sebagai bahan pengawet dalam industri makanan, dan sebagai zat pencampur dalam formulasi obat-obatan. Konsumsi gula yang berlebihan telah menjadi masalah kesehatan utama akhir-akhir ini. Masyarakat saat ini sering tergiur dengan makanan dan minuman yang tinggi gula seperti soft drinkdessert dan makanan siap saji dengan tambahan gula. Akibatnya, konsumsi gula melebihi batas yang dianjurkan, yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Penelitian ini  telah  menunjukkan  hubungan  yang  kuat  antara  konsumsi  gula  yang  berlebihan  dan sejumlah  masalah  kesehatan  yang  serius. Efek samping  dari  konsumsi  gula  berlebihan termasuk peningkatan risiko obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Meningkatnya prevalensi obesitas di seluruh dunia telah menjadi masalah kesehatan global yang mendesak. Konsumsi gula yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas karena gula memiliki nilai energi yang tinggi dan memberikan sedikit atau tidak ada nutrisi penting bagi tubuh. Konsumsi gula yang berlebihan juga berkontribusi pada perkembangan diabetes. Gula dapat menyebabkan resistensi insulin dan memengaruhi metabolisme glukosa, yang merupakan faktor risiko penting untuk berkembangnya diabetes.

Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Gula

Konsumsi gula dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial, psikologis, dan lingkungan. Faktor sosial meliputi norma sosial, dukungan sosial, dan pengaruh teman sebaya. Faktor psikologis meliputi kecenderungan untuk mencari makanan yang enak dan memuaskan, kecemasan, dan stres. Faktor lingkungan meliputi ketersediaan pangan, harga dan promosi. Faktor sosial dapat mempengaruhi asupan gula, norma sosial menunjukkan bahwa dengan  konsumsi  lebih  banyak  buah  dan  sayuran,  sedangkan  norma  sosial  negatif  terkait dengan konsumsi lebih banyak makanan cepat saji. Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi konsumsi gula, kecenderungan untuk mencari makanan enak dan mengenyangkan berhubungan dengan makan makanan tinggi lemak dan gula. Selain itu, stres juga bisa memengaruhi konsumsi gula. Satu studi menemukan bahwa stress berhubungan dengan makan makanan tinggi lemak dan gula. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi konsumsi gula, mempromosikan penjualan  makanan  dan  minuman  tinggi  gula  dikaitkan  dengan  konsumsi  gula  yang  lebih tinggi dikalangan anak-anak.

Strategi untuk Mengurangi Konsumsi Gula

Sejumlah strategi dapat diterapkan untuk mengurangi konsumsi gula, termasuk pendidikan, regulasi dan perlindungan lingkungan. Edukasi dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya konsumsi gula berlebihan dan memberikan anjuran untuk mengurangi konsumsi gula. Peraturan dapat membatasi ketersediaan makanan dan minuman tinggi gula dan memberlakukan pajak gula. Tindakan lingkungan dapat meningkatkan ketersediaan makanan dan minuman sehat dan mengurangi iklan makanan dan minuman tinggi gula. Langkah-langkah lingkungan juga bisa efektif dalam mengurangi konsumsi gula. Intervensi lingkungan yang ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan buah dan sayur serta mengurangi iklan makanan dan minuman tinggi gula dapat meningkatkan konsumsi buah dan sayur anak-anak.

Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat memiliki efek negatif pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi gula setiap hari. Efek buruk dari mengonsumsi terlalu banyak gula pada berbagai aspek kesehatan manusia. Artikel ini menyoroti pentingnya inisiatif kesehatan masyarakat untuk mengurangi konsumsi gula, mendorong kebiasaan makan yang lebih sehat, dan meningkatkan kesadaran tentang konsekuensi negatif dari mengonsumsi terlalu banyak gula.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3180/bahaya-konsumsi-gula-berlebih

Manfaat Tempe Bagi Kesehatan

Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi yang mengandung nilai gizi tinggi terutama protein. Tempe masih dianggap sebagai makanan yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat lapisan menengah kebawah, karena harga yang relatif murah. Tempe memiliki kandungan zat gizi yang dibutuhkan tubuh antara lain protein, serat, dan vitamin sehingga digunakan sebagai makanan alternatif yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber gizi bagi tubuh dan sebagai bahan makanan kesehatan. Sebagai makanan tradisional, tempe memberikan kontribusi yang besar terhadap produsen dan konsumen berpenghasilan rendah dan secara konsisten membantu kehidupan mereka, karena: tempe tersedia setiap saat untuk kebutuhan sehari-hari, teknik pembuatannya sederhana, murah, distribusi pemasaran luas, dan sebagai sumber penghasilan. Tempe sebagai   makanan   terfermentasi tradisional,  dengan  bahan  baku  kedelai  dan kultur  starter Rhizopus oligosporus, memiliki khasiat yang besar untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti aterosklerotis, jantung koroner, diabetes mellitus, kanker dan lain-lain.

Jenis dan Proses Pembuatan Tempe

Tempe memiliki beberapa jenis, antara lain :

1.      Tempe gembus (dibuat dari ampas tahu).

2.      Tempe lamtoro (dari biji lamtoro).

3.      Tempe benguk (dari  biji koro benguk).

4.      Tempe koro (dari biji koro).

5.      Tempe bongkrek (dari ampas kelapa).

6.      Tempe gude (dari kacang gude).

7.      Tempe bungkil (dari ampas pembuatan minyak kacang).

8.      Tempe kedelai (dibuat dari biji kedelai).

Dari berbagai jenis tempe tersebut, yang paling banyak dikonsumsi dan digemari oleh masyarakat adalah tempe kedelai. Umumnya penyebutan tempe berlaku untuk tempe kedelai, sedangkan untuk jenis tempe yang lain disebutkan secara lengkap dengan nama bahan bakunya.

Pada umumnya, proses pembuatan tempe masih dilakukan secara tradisional (turun-temurun) dalam skala industry kecil. Secara garis besar, tahap-tahapan penting dalam pembuatan tempe, adalah pembersihan biji kedelai, perebusan / pengukusan, pengupasan kulit, inokulasi kapang, pembungkusan, dan fermentasi. Proses fermentasi adalah tahap terpenting pada pembuatan tempe. Pada tahap ini, dilakukan pemeraman kedelai selama 36-48 jam menggunakan laru (kapang tempe).

Kandungan Gizi Tempe

Kandungan tempe (dalam  84  g) mengandung berbagai zat gizi yakni, kalori sebesar 162 kalori, protein 15g, karbohidrat 9g, total lemak 9  g, natrium 9 mg, zat besi 12%  dari angka kecukupan gizi (AKG),  kalsium 9?ri AKG, riboflavin 18?ri AKG, niasin 12?ri AKG, magnesium 18%  dari  AKG, fosfor : 21?ri AKG, mangan 54?ri AKG.

Sedangkan kandungan tempe (dalam 100 g) mengandung zat-zat gizi sebagai berikut : Air sebesar 55,3 g, Kalori sekitar 201 kkal. Protein sebanyak 20,8 g. Lemak sebesar 8,8 g. Karbohidrat sebanyak 13,5 g.  Serat sebesar 1,4 g. Kalsium sebanyak 155 mg. Fosfor sejumlah 326 mg. Zat besi sebanyak 4 mg. Natrium 9 mg. Kalium 234 mg. Tembaga 0,57 mg. Seng: 1,7 mg. Tiamin: 0,19 mg. Riboflavin: 0,59 mg. Niasin: 4,9 mg.

Zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan zat gizi pada kedelai. Vitamin B12 merupakan vitamin yang kenaikannya paling mencolok pada pembuatan tempe, sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin B12 yang potensial dari bahan pangan nabati. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella Pneumoniaedan Citrobacter Freundii. Tempe memiliki nilai gizi lebih tinggi dan lebih sehat dibandingkan dengan kedelai karena aktivitas kapang tempe terutama Rhizopus Oligosporous selama fermentasi.

Manfaat Medis dari Tempe

1.      Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

2.      Mencegah osteoporosis

3.      Mengobati diare

4.      Menjaga kesehatan jantung

5.      Mencegah penyakit jantung coroner

6.      Mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan

7.      Mencegah kanker

8.      Mencegah anemia

9.      Mencegah diabetes mellitus

10.   Mencegah asma

11.   Mengurangi resiko parkinson

12.   Menghambat proses penuaan

13.   Menurunkan kadar kolesterol jahat

14.   Menurunkan berat badan

15.   Meningkatkan kinerja otak

16.   Mengatasi efek flatulensi

17.   Memenuhi kebutuhan vitamin B12

Cara Pembuatan Tempe

Dalam proses pembuatan tempe, ada 7 tahapan yaitu :

1.      Penghilangan kotoran, sortasi dan penghilangan kulit kedelai. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan biji kedelai yang bersih, bermutu baik dan siap untuk melalui tahapan berikutnya.

2.      Perendaman atau prefermentasi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kadar air pada biji kedelai agar bakteri asam laktat tumbuh dengan baik, sehingga terjadi penurunan pH sampai 4,5-5,3. Kondisi ini tidak menghambat pertumbuhan kapang   tempe, tetapi dapat menghambat pertumbuhan bakteri kontaminan yang bersifat sebagai pembusuk.

3.      Perebusan

Proses ini bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, dan membantu membebaskan senyawa-senyawa dalam biji kedelai yang diperlukan untuk pertumbuhan kapang tempe.

4.      Penirisan

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kadungan air dalam biji kedelai,   mengeringkan permukaan biji, dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan kapang tempe.

5.      Inokulasi

Inokulasi pada pembuatan tempe dapat dilakukan dengan mempergunakan beberapa bentuk inokulan seperti usar (dibuat dari daun waru atau jati yang merupakan media pembawa spora kapang tempe), ragi tempe yang dibuat dari tepung beras dan spora Rhizopus oligosporus.

6.      Pengemasan

Kemasan yang dipergunakan untuk fermentasi tempe secara tradisional adalah daun pisang. Sekarang banyak digunakan kemasan plastik yang diberi lubang.

7.      Inkubasi atau fermentasi. Inkubasi dilakukan pada suhu 25-37 derajat Celsius  selama  36-48  jam.  Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3182/manfaat-tempe-bagi-kesehatan

Apa yang Disebut dengan Gangguan Musculoskeletal?

Gangguan musculoskeletal dapat disebabkan cedera (trauma mekanis), gangguan metabolik, penuaan (degeneratif), gangguan autoimun, infeksi maupun idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). Gangguan akibat cedera dapat diakibatkan oleh benturan dari luar atau dapat pula disebabkan oleh pengunaan sendi yang berlebihan. Gangguan musculoskeletal diakibatkan oleh cedera yang dapat diklarifikasikan menjadi tiga tahap, yakni tahap akut, subakut, dan kronis. Tahap akut merupakan tahap dimana gangguan musculoskeletal mulai terjadi dan tanda-tanda radang sudah mulai menurun akan tetapi masih belum mencapai pemulihan yang optimal. Gangguan muskuloskeletal merupakan cedera atau gangguan pada otot, saraf, tendon, sendi, tulang, tulang rawan, dan struktur lainnya yang mendukung tungkai, leher, dan punggung yang disebabkan, atau diperburuk oleh pengerahan tenaga yang tiba-tiba atau paparan yang terlalu lama dengan berbagai faktor risiko fisik dalam pekerjaan. Definisi ini secara khusus mengecualikan kondisi seperti patah tulang, memar, lecet, dan luka akibat kontak fisik yang tiba-tiba dengan objek eksternal. Keluhan gangguan muskuloskeletal yang umumnya dirasakan adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan dapat tumpul, tajam atau panas. Keluhan dapat disertai kekakuan sendi dan otot, kemerahan dan pembengkakan pada daerah yang terkena, kesemutan, mati rasa, perubahan warna kulit, dan penurunan keringat. Penderita juga dapat mengalami hilangnya fungsi otot, kelemahan, kehilangan koordinasi, jangkauan pergerakan sendi berkurang, serta ketidaknyamanan ketika melakukan gerakan tertentu. Gangguan muskuloskeletal bersifat episodik, rasa sakit sering reda atau menghilang, tapi kemudian muncul kembali.

Faktor Risiko

Faktor risiko meningkatkan potensi terjadinya gangguan musculoskeletal antara lain adalah sebagai berikut :

1.    Faktor Latihan atau Kerja (Ergonomis)

Hal ini disebabkan oleh penggunakan intensitas, frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak sesuai dengan keadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan. Posisi kerja yang kurang ergonomis saat melakukan aktifitas juga berkontribusi pada terjadinya gangguan musculoskeletal.

2.    Faktor Kelainan Struktural

Kelainan struktural dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan musculoskeletal kerena pada keadaan ini terjadi tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu.

3.    Faktor Kelemahan Otot, Tulang, Tendon dan Ligamen

Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan ligament dapat mengalami robekan. Gangguan musculoskeletal akan lebih berisiko terjadi jika otot dan ligament yang menyongkongnya lemah.

4.    Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputii kualitas manajemen risiko latihan, pertandingan, maupun, pengelolaan risiko kerja. Hal ini mempengaruhi risiko kecelakaan pada saat berlatih maupun saat bekerja sehingga merupakan salah satu faktor risiko gangguan musculoskeletal.

5.    Faktor Genetik, Imunitas, dan Metabolik

Proses autoimun atau metabolik yang terjadi pada orang-orang tertentu yang dapat mengakibatkan kerusakan progresif pada musculoskeletal.

Jenis Gangguan Musculoskeletal

Gangguan musculoskeletal dapat ditimbulkan sebagai akibat trauma, proses degeneratif maupun gangguan khusus yang diakibatkan oleh gagguan metabolik, kelainan pada fase pertumbuhan, infeksi, gangguan metabolik dan autoimun. Gangguan ini dapat terjadi pada tulang, sendi maupun otot. Berikut ini adalah beberapa gangguan musculoskeletal yang dapat terjadi seperti :

1.      Trauma

2.      Gangguan degeneratif sistem musculoskeletal

3.      Gangguan khusus pada tulang

4.      Gangguan khusus pada sendi

5.      Gangguan khusus pada otot

Pemulihan Gangguan Musculoskeletal

Setelah terjadi cedera atau gangguan musculoskeletal lain, akan terjadi proses penyembuhan melalui beberapa tahap fase. Waktu penyembuhan tergantung pada individu, tingkat cedera, usia, status kesehatan secara keseluruhan. Fisioterapi dalam hal ini membantu memfasilitasi penyembuhan yang lebih cepat serta menurunkan risiko cedera ulang, nyeri kronis, dan disfungsi.

Penyembuhan pada dasarnya merupakan penggantian jaringan yang rusak dengan jaringan hidup di dalam tubuh. Proses ini terdiri atas dua bagian,yakni regenerasi dan repair / perbaikan. Namun tidak ada batasan yang jelas antar tahap karena respons penyembuhan luka “bertransisi” ke tahap penyembuhan berikutnya. Selama fase regenerasi, jaringan khusus digantikan oleh proliferasi sel-sel khusus yang tidak rusak di sekitarnya. Pada fase repair jaringan yang hilang digantikan oleh jaringan granulasi yang matang menjadi jaringan parut.

Reaksi selular setelah cedera tergantung pada jenis jaringan serta luasnya luka. Pada cedera jaringan pada sistem saraf pusat yang merusak neuron dan sel glia pendukung, respons tubuh tidak dapat memulihkan secara sempurna, kerena regenerasi neuron yang hilang tidak mungkin dilakukan. Dinding astrosit yang diaktifkan dari lesi, akan mengakibatkan bekas luka glial. Sebaiknya, pada jaringan non-sistem saraf pusat, jaringan dapat memiliki beberapa responstergantung pada besarnya cedera serta jenis jaringan. Secara umum berikut ini adalah fase pemulihan gangguan musculoskeletal. Fase penyembuhan ini tidak selalu terjadi berurutan dan dapat berjalan tanpa menunggu satu fase selesai.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3184/apa-yang-disebut-dengan-gangguan-musculoskeletal

Lima Langkah untuk Berhenti Merokok

Apakah anda seorang perokok yang telah memutuskan berhenti untuk merokok, menggunakan vape atau menggunakan tembakau lainnya? Selamat! Anda telah melakukan sebuah hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan menambah usia kehidupan anda. Berhenti merokok bukanlah hal mudah, namun bisa dilakukan. Anda bisa berhenti merokok jika anda bisa menghadapi dorongan dan rasa ketagihan yang muncul ketika berusaha berhenti. Nikotin, salah satu kandungan utama rokok merupakan bahan kimia yang sangat adiktif dan tubuh anda akan memerlukan waktu untuk terbiasa tanpa nikotin.

Berhenti merokok dapat dilakukan dengan lima langkah yang disadur dari AHA (American Heart Association). Ingat, lakukan satu langkah demi langkah dalam usaha anda mewujudkan hidup yang lebih sehat.

1. Tetapkan “hari -H”untuk berhenti dan berjanji untuk berhenti merokok atau vaping

Pilihlah hari dalam satu minggu kedepan dimana anda akan berhenti menggunakan produk tembakau. Anda juga bisa berjanji atau membuat komitmen dengan disaksikan oleh teman atau keluarga yang mendukung keputusan anda untuk berhenti. Gunakan waktu sebelum hari-H untuk mempersiapkan dan perlahan-lahan mengurangi jumlah rokok yang anda hisap atau vaping

2. Pilihlah metode berhenti yang paling tepat untuk anda

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok. Anda dapat memilih salah satu cara atau mengkombinasikan cara tersebut, sesuai dengan mana cara yang paling tepat bagi anda.

  • Langsung berhenti merokok dan vaping sekaligus pada hari H.
  • Mengurangi jumlah rokok yang dihisap atau frekuensi vaping bertahap sampai akhirnya berhenti sama sekali. Misalnya jika anda terbiasa menghisap 20 batang rokok setiap harinya, maka anda bisa mengurangi sekitar 10 batang selama dua sampai tiga hari kemudian bertahap turun menjadi 5 batang hingga akhirnya berhenti merokok di hari H.
  • Menghisap hanya sebagian, kurangi jumlah sampai anda bisa berhenti sama sekali. Hitunglah berapa jumlah hisapan untuk menghabiskan satu batang rokok dan kurangi jumlah hisapannya setiap dua hingga tiga hari hingga berhenti sepenuhnya pada saat hari H.

3. Konsultasikan dengan dokter anda dan putuskan apakah anda perlu obat-obatan untuk membantu anda berhenti

4. Buatlah rencana untuk hari H dan hari setelahnya.

Anda dapat mengalihkan dorongan dan keinginan untuk merokok dengan mengkonsumsi cemilan sehat seperti

–          Buah dan sayur

–          Kacang-kacangan dan biji-bijian

–          Popcorn

–          Permen karet bebas gula

Carilah kegiatan-kegiatan untuk mengisi waktu senggang yang dulu anda gunakan untuk merokok

–          Menonton film

–          Berolahraga atau latihan di gym

–          Mengunjungi teman yang tidak merokok

–          Jalan-jalan atau jogging

–          Minum teh atau kopi

–          Mencari hobi lain seperti melukis, memainkan alat musik, atau merajut

–          Berkebun

Jangan lupa untuk menyingkirkan produk-produk tembakau seperti rokok, vape, korek api, pemantik, asbak atau produk-produk lainnya yang berhubungan

5. Dan akhirnya, berhentilah merokok pada hari H anda dan selamat anda telah mengambil                    keputusan tepat demi hidup yang lebih sehat!

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3169/lima-langkah-untuk-berhenti-merokok

Penanganan Darurat pada Henti Jantung: Apa yang Perlu Anda Lakukan

Henti jantung adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Ini terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak atau berdetak tidak teratur, menyebabkan kurangnya aliran darah ke tubuh. Memahami tanda-tanda dan mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam hasilnya. Dalam panduan komprehensif ini, kita akan mengeksplorasi langkah-langkah yang harus diambil selama keadaan darurat henti jantung, memberikan informasi tentang tanda-tanda peringatan dini, dan membahas pentingnya respons cepat dan perawatan yang tepat.

Memahami Henti Jantung

Henti jantung adalah keadaan darurat medis yang dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan. Hal ini dapat mempengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia atau kondisi kesehatan yang mendasarinya. Selama serangan jantung, malfungsi sistem listrik jantung, menyebabkan jantung berhenti berdetak atau berdetak tidak efektif. Gangguan irama jantung ini menyebabkan kurangnya darah kaya oksigen yang dipompa ke organ-organ vital, seperti otak, paru-paru, dan organ lainnya.

Tanda Peringatan Dini

Mengenali tanda-tanda peringatan dini serangan jantung bisa sangat penting dalam mencegah peristiwa yang mengancam jiwa. Beberapa tanda umum yang harus diwaspadai meliputi:

  1. Detak jantung berdebar kencang atau jantung berdebar-debar
  2. Pusing atau kepala ringan, terutama dengan olahraga
  3. Pingsan saat bersemangat, kaget, atau selama aktivitas fisik
  4. Kejang selama atau segera setelah berolahraga
  5. Nyeri dada atau ketidaknyamanan saat berolahraga
  6. Sesak napas yang berlebihan atau kelelahan yang tidak biasa selama latihan
  7. Riwayat keluarga dengan masalah jantung atau serangan jantung mendadak

Penting untuk dicatat bahwa tanda-tanda peringatan ini mungkin tidak selalu ada, dan serangan jantung dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala sebelumnya. Namun, menyadari tanda-tanda ini dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko lebih tinggi dan intervensi dini yang cepat.

Perawatan Darurat untuk Henti Jantung

Ketika seseorang mengalami serangan jantung, tindakan segera sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka. Waktu adalah esensi, dan setiap menit berarti. Berikut adalah langkah-langkah yang harus diikuti dalam situasi darurat:

Langkah 1: Pastikan Keamanan

Sebelum mendekati orang yang mengalami serangan jantung, penting untuk memastikan keselamatan Anda dan keselamatan orang lain di sekitarnya. Menilai lingkungan untuk setiap potensi bahaya, seperti lalu lintas, kabel listrik, atau zat berbahaya. Jika area tersebut aman, lanjutkan ke langkah berikutnya.

Langkah 2: Periksa responsivitas

Dekati orang tersebut dan periksa tanda-tanda responsif. Ketuk dengan lembut dan tanyakan dengan keras apakah mereka baik-baik saja. Jika tidak ada respons dan orang tersebut tidak responsif, kemungkinan keadaan darurat henti jantung.

Langkah 3: Hubungi Bantuan

Segera hubungi layanan darurat atau instruksikan seseorang di dekatnya untuk meminta bantuan. Berikan instruksi yang jelas untuk menghubungi 119 atau nomor tanggap darurat setempat. Jika defibrillator eksternal otomatis (AED) tersedia di dekatnya, instruksikan seseorang untuk membawanya saat Anda memulai CPR.

Langkah 4: Menilai Pernapasan

Periksa pernapasan normal atau tanda-tanda terengah-engah. Jika orang tersebut tidak bernapas atau hanya terengah-engah, sangat penting untuk segera memulai resusitasi kardiopulmoner (CPR).

Langkah 5: Lakukan CPR

CPR adalah teknik penyelamatan nyawa yang penting yang membantu menjaga aliran darah ke organ vital sampai bantuan medis profesional tiba. Ikuti langkah-langkah berikut untuk melakukan CPR:

  1. Posisikan orang tersebut di permukaan yang kokoh, sebaiknya di punggungnya.
  2. Berlututlah di samping dada orang tersebut dan letakkan satu tangan di tengah dada mereka.
  3. Dengan tangan Anda yang lain, jalin jari-jari Anda dan posisikan di atas tangan pertama.
  4. Mulailah kompresi dengan mendorong keras dan cepat di tengah dada dengan kecepatan 100 hingga 120 kompresi per menit.
  5. Biarkan dada mundur sepenuhnya di antara kompresi.
  6. Terus lakukan CPR sampai AED tersedia atau bantuan profesional tiba.

Langkah 6: Gunakan AED

Jika AED tersedia, aktifkan dan ikuti petunjuk suara atau instruksi visual yang diberikan. Oleskan bantalan perekat ke dada orang tersebut seperti yang diarahkan oleh perangkat. AED akan menganalisis irama jantung seseorang dan memberikan kejutan jika perlu. Ikuti instruksi yang diberikan oleh AED sampai bantuan profesional tiba.

Langkah 7: Lanjutkan CPR Sampai Bantuan Tiba

Jika Anda sendirian dan melakukan CPR, lanjutkan kompresi dan selamatkan napas sampai tenaga medis profesional tiba. Jika ada orang lain yang hadir, bergiliran melakukan CPR untuk menghindari kelelahan. CPR terus menerus sangat penting untuk menjaga sirkulasi darah dan meningkatkan kemungkinan bertahan hidup.

Pentingnya Intervensi Dini

Kunci untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dalam kasus henti jantung adalah intervensi dini. Pengenalan cepat henti jantung, aktivasi segera layanan darurat, dan inisiasi dini CPR dan defibrilasi secara signifikan meningkatkan peluang bertahan hidup. Penelitian telah menunjukkan bahwa untuk setiap menit yang berlalu tanpa CPR dan defibrilasi, kemungkinan bertahan hidup menurun sekitar 7-10%.

Membuat Rencana Tanggap Darurat Jantung

Untuk memastikan respons yang cepat dan efektif terhadap keadaan darurat henti jantung, penting untuk memiliki rencana tanggap darurat jantung. Rencana ini harus mencakup:

  1. Mendidik orang tentang mengenali tanda-tanda henti jantung dan tindakan yang tepat untuk diambil.
  2. Memastikan ketersediaan AED di tempat umum, sekolah, dan tempat kerja.
  3. Melatih individu dalam penggunaan CPR dan AED, termasuk kursus penyegaran reguler.
  4. Melakukan latihan dan simulasi untuk mempraktikkan rencana respons.
  5. Berkolaborasi dengan layanan darurat lokal untuk mengoordinasikan respons yang mulus.

Dengan menerapkan rencana tanggap darurat jantung yang komprehensif, komunitas, sekolah, dan tempat kerja dapat menjadi “Heart Safe” dan secara signifikan meningkatkan peluang bertahan hidup dalam insiden serangan jantung.

Serangan jantung adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa. Mengenali tanda-tanda peringatan dini, meminta bantuan, melakukan CPR, dan menggunakan AED dapat secara signifikan meningkatkan peluang bertahan hidup. Dengan menciptakan kesadaran, menerapkan rencana tanggap darurat jantung, dan mendidik individu tentang protokol respons yang tepat, kita dapat membuat perbedaan dalam hasil keadaan darurat henti jantung. Ingat, dalam situasi serangan jantung, setiap detik berarti, dan tindakan Anda dapat membantu menyelamatkan nyawa.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3170/penanganan-darurat-pada-henti-jantung-apa-yang-perlu-anda-lakukan

Peran Vitamin D bagi Kesehatan Jantung

Kesehatan jantung merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga kualitas hidup yang baik. Jantung adalah organ vital yang memompa darah ke seluruh tubuh, dan masalah kesehatan jantung dapat berdampak serius terhadap kehidupan seseorang. Salah satu faktor yang semakin mendapatkan perhatian dalam hubungannya dengan kesehatan jantung adalah vitamin D. Dalam artikel ini, kita akan membahas hubungan antara vitamin D dan kesehatan jantung.

Vitamin D adalah nutrisi yang penting untuk kesehatan tubuh kita. Vitamin ini dapat diperoleh melalui sinar matahari dan makanan tertentu, seperti ikan berlemak, susu, dan kuning telur. Vitamin D memiliki banyak peran dalam tubuh, termasuk dalam proses penyerapan kalsium dan pembentukan tulang yang kuat. Namun, selain itu, vitamin D juga memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan jantung.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Beberapa mekanisme yang mungkin menjelaskan hubungan ini adalah:

  1. Pengaruh terhadap Tekanan Darah: Salah satu manfaat utama vitamin D dalam kesehatan jantung adalah perannya dalam mengatur tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa vitamin D berkontribusi pada penurunan tekanan darah yang sehat. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah faktor risiko utama untuk penyakit jantung, termasuk serangan jantung. Vitamin D dapat memengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang mengatur tekanan darah. Kadar vitamin D yang cukup dapat membantu menjaga tekanan darah dalam rentang  normal, sehingga mengurangi risiko hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama penyakit jantung. Vitamin D membantu mengontrol produksi hormon renin, yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Kadar renin yang seimbang dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi.
  2. Pengaruh terhadap Peradangan: Peradangan kronis dalam tubuh adalah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular. Vitamin D dapat membantu mengurangi peradangan dengan mengatur respon sistem kekebalan tubuh. Peradangan kronis dapat merusak pembuluh darah dan jaringan jantung, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.Ini berarti bahwa vitamin D dapat membantu melindungi jantung dari kerusakan akibat peradangan yang berkepanjangan.
  3. Pengaruh terhadap Metabolisme Kolesterol: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin D dapat mempengaruhi metabolisme kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi adalah faktor risiko utama penyakit jantung, dan vitamin D yang cukup dapat membantu menjaga kadar kolesterol dalam batas normal.
  4. Pengaruh terhadap Fungsi Endotel: Endotel adalah lapisan sel di dalam pembuluh darah yang mengatur aliran darah. Vitamin D dapat meningkatkan fungsi endotel, yang berkontribusi pada kesehatan pembuluh darah dan jantung. Aterosklerosis adalah kondisi di mana plak lemak dan kolesterol menumpuk di dinding arteri, menyebabkan penyempitan arteri dan risiko serangan jantung. Vitamin D berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah dan mengurangi risiko pengendapan kolesterol berlebih di arteri. Dengan demikian, vitamin D dapat membantu melindungi tubuh dari aterosklerosis.
  5. Penyimpanan Kalsium yang Tidak Tepat: Kekurangan vitamin D dapat mengganggu penyerapan kalsium yang baik dalam usus, menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan pengendapan kalsium yang berlebihan di arteri, yang juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
  6. Selain faktor-faktor di atas, vitamin D juga dapat memengaruhi faktor risiko lain yang berhubungan dengan penyakit jantung, seperti kadar gula darah, metabolisme lemak, dan berat  badan. Menjaga kadar vitamin D yang cukup dalam tubuh dapat membantu mengoptimalkan berbagai aspek kesehatan yang berkontribusi pada risiko penyakit jantung.

Penting untuk menjaga kadar vitamin D dalam tubuh tetap seimbang untuk mendukung kesehatan jantung. Cara-cara untuk memastikan kadar vitamin D yang cukup meliputi:

1.      Sinar Matahari

Paparan sinar matahari adalah cara utama bagi tubuh kita untuk menghasilkan vitamin D. Ketika kulit kita terkena sinar matahari, ia menghasilkan vitamin D3. Sinar matahari pagi atau sore hari adalah waktu terbaik untuk berjemur, karena sinar matahari di waktu ini mengandung sinar ultraviolet B (UVB) yang diperlukan untuk pembentukan vitamin D. Waktu yang disarankan untuk paparan sinar matahari adalah sekitar 15-20 menit sehari, tiga kali seminggu. Tetapi ingatlah untuk menggunakan tabir surya jika Anda akan terpapar sinar matahari untuk waktu yang lebih lama.

2.      Makanan Sumber Vitamin D

Beberapa makanan mengandung vitamin D alami atau diperkaya, termasuk:

·         Ikan Berlemak: Salmon, sarden, mackerel, dan trout adalah sumber yang kaya akan vitamin D.

·         Telur: Kuning telur mengandung vitamin D, tetapi sebagian besar terdapat pada kuning bagian             kuning telur.

·         Daging: Terutama hati sapi, yang mengandung vitamin D dalam jumlah yang cukup.

·         Beberapa produk susu, jus jeruk, sereal sarapan, dan susu nabati diperkaya dengan vitamin D.

·         Jamur Ultraviolet (UV): Beberapa jenis jamur, seperti jamur shiitake yang diberikan paparan                sinar UV, mengandung vitamin D.

3.       Suplemen Vitamin D

Jika Anda memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D Anda melalui sinar matahari dan makanan, Anda dapat mempertimbangkan suplemen vitamin D. Suplemen ini tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kapsul atau tablet, dan dapat direkomendasikan oleh dokter Anda jika Anda memiliki defisiensi vitamin D.

4.    Minyak Ikan

       Minyak ikan, seperti minyak ikan salmon, mengandung vitamin D dalam jumlah yang cukup                 tinggi. Ini adalah alternatif yang baik jika Anda tidak suka makan ikan berlemak secara langsung.

Hubungan antara vitamin D dan kesehatan jantung menjadi semakin jelas melalui hasil penelitian. Memastikan kadar vitamin D yang cukup dalam tubuh dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dengan berbagai mekanisme yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu, menjaga pola makan yang seimbang, berjemur di bawah sinar matahari, dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan adalah langkah-langkah penting dalam menjaga kesehatan jantung yang optimal. Jangan lupakan pentingnya vitamin D dalam menjaga keseimbangan tubuh dan kesehatan jantung yang kuat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3171/peran-vitamin-d-bagi-kesehatan-jantung

1 11 12 13 14 15 24

Search

+