Fluorosis Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Fluorosis adalah kondisi yang memengaruhi kesehatan gigi, ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih atau cokelat pada enamel gigi. Penyebab utama dari fluorosis adalah paparan fluorida yang berlebihan selama masa perkembangan gigi permanen, yang biasanya terjadi pada anak-anak di bawah usia 8 tahun. Meskipun kondisi ini tidak menimbulkan risiko kesehatan yang serius, dampaknya pada estetika gigi bisa memengaruhi rasa percaya diri. Artikel ini akan membahas gejala, penyebab, pencegahan, serta penanganan fluorosis.

Gejala Fluorosis

Fluorosis ditandai dengan perubahan warna pada permukaan gigi. Pada kasus ringan, gigi mungkin hanya menunjukkan bintik-bintik putih kecil yang nyaris tidak terlihat. Namun, pada kasus yang lebih parah, bintik-bintik tersebut dapat berubah menjadi bercak cokelat muda atau cokelat tua yang lebih mencolok dan menutupi sebagian besar gigi. Pada kasus fluorosis yang sangat parah, enamel gigi bahkan bisa mengalami kerusakan yang lebih serius berupa cekungan atau lubang kecil pada permukaannya.

Berdasarkan tingkat keparahannya, fluorosis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori:

  1. Fluorosis sangat ringan: Pada tahap ini, hanya ada beberapa bintik putih kecil yang menutupi kurang dari 25% permukaan gigi.
  2. Fluorosis ringan: Bintik putih menutupi hingga 50% permukaan gigi.
  3. Fluorosis sedang: Lebih dari setengah permukaan gigi tertutupi bintik putih atau bercak cokelat.
  4. Fluorosis parah: Hampir seluruh permukaan gigi mengalami perubahan warna dengan munculnya cekungan atau lubang kecil di enamel.

Penyebab Fluorosis

Fluorosis terjadi ketika seseorang terpapar fluorida secara berlebihan selama masa perkembangan gigi. Fluorida adalah mineral yang biasa ditemukan dalam air dan makanan tertentu, serta dalam produk kesehatan gigi seperti pasta gigi dan air minum yang diberi tambahan fluorida. Meskipun fluorida bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi, paparan yang berlebihan, terutama pada anak-anak, dapat menyebabkan fluorosis.

Beberapa sumber utama paparan fluorida meliputi:

  1. Air minum berfluorida: Di banyak daerah, fluorida ditambahkan ke dalam air minum sebagai upaya untuk mencegah kerusakan gigi. Namun, paparan fluorida yang terlalu tinggi dari air minum dapat meningkatkan risiko fluorosis.
  2. Pasta gigi berfluorida: Anak-anak yang tidak sengaja menelan pasta gigi saat menyikat gigi berpotensi terpapar fluorida dalam jumlah yang berlebihan. Orang tua perlu memastikan bahwa anak-anak mereka tidak menelan pasta gigi saat menggosok gigi.
  3. Suplemen fluorida: Suplemen fluorida yang diberikan kepada anak-anak yang sudah mendapatkan cukup fluorida dari air minum dan pasta gigi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya fluorosis.

Diagnosis Fluorosis

Fluorosis biasanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan gigi rutin oleh dokter gigi. Dokter akan memeriksa perubahan warna pada gigi dan mengidentifikasi tingkat keparahan fluorosis berdasarkan pola bintik atau bercak yang terlihat. Penting bagi orang tua untuk memastikan anak-anak mereka rutin memeriksakan kesehatan gigi, terutama jika tinggal di daerah dengan kadar fluorida yang tinggi dalam air minum.

Pencegahan Fluorosis

Pencegahan fluorosis berfokus pada pengendalian jumlah fluorida yang dikonsumsi oleh anak-anak selama masa perkembangan gigi mereka. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Menggunakan pasta gigi dengan benar: Orang tua harus mengawasi anak-anak mereka saat menggosok gigi, memastikan bahwa mereka menggunakan pasta gigi dalam jumlah yang sesuai (seukuran biji jagung) dan tidak menelan pasta gigi saat menggosok gigi.
  2. Memantau kadar fluorida dalam air minum: Jika air minum di rumah mengandung fluorida dalam kadar yang tinggi, orang tua dapat mempertimbangkan menggunakan air botolan rendah fluorida atau memasang sistem penyaringan air untuk mengurangi kadar fluorida yang terpapar pada anak-anak.
  3. Menghindari pemberian suplemen fluorida yang tidak diperlukan: Suplemen fluorida sebaiknya diberikan hanya atas rekomendasi dokter gigi atau dokter anak untuk menghindari paparan berlebih.

Penanganan Fluorosis

Fluorosis ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus karena bintik-bintik putih pada gigi sering kali tidak terlihat dengan jelas. Namun, pada kasus yang lebih parah di mana perubahan warna gigi cukup mencolok, beberapa perawatan kosmetik dapat dilakukan untuk memperbaiki penampilan gigi.

  1. Pemutihan gigi: Prosedur pemutihan gigi dapat membantu menyamarkan noda akibat fluorosis ringan dengan memutihkan enamel gigi.
  2. Bonding gigi: Pada kasus fluorosis sedang, dokter gigi mungkin akan merekomendasikan bonding gigi, yaitu prosedur menutupi noda pada gigi dengan resin komposit yang memiliki warna serupa dengan gigi asli.
  3. Veneer atau mahkota gigi: Pada kasus fluorosis yang lebih parah, dokter gigi dapat merekomendasikan pemasangan veneer atau mahkota gigi untuk menutupi kerusakan enamel yang lebih luas.

Kesimpulan

Fluorosis adalah kondisi yang disebabkan oleh paparan fluorida berlebihan selama perkembangan gigi. Meskipun tidak berbahaya dari segi medis, perubahan warna yang diakibatkannya dapat memengaruhi penampilan gigi dan rasa percaya diri. Pencegahan fluorosis dapat dilakukan dengan memantau paparan fluorida, khususnya pada anak-anak, melalui penggunaan pasta gigi yang tepat, pengendalian kadar fluorida dalam air minum, dan menghindari suplemen fluorida yang tidak diperlukan. Jika fluorosis telah terjadi, berbagai pilihan perawatan kosmetik seperti pemutihan gigi, bonding, atau pemasangan veneer dapat membantu mengatasi dampak estetika yang ditimbulkan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3918/fluorosis-penyebab-gejala-dan-penanganannya

Pengaruh Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Psychological Well-Being Ibu Menyusui

Ibu menyusui merujuk pada seorang ibu yang memberikan ASI kepada anaknya. Menyusui adalah proses alami yang penuh dengan kasih sayang, di mana ibu memberikan nutrisi terbaik dan kehangatan emosional kepada bayinya. Tindakan ini mempererat hubungan batin mereka serta membentuk dasar yang kokoh untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Melahirkan bayi bisa menjadi pengalaman yang penuh tantangan bagi seorang ibu, karena dapat memengaruhi kondisi fisik, emosional, dan mentalnya. Banyak hal yang perlu dipersiapkan, namun salah satu yang paling penting adalah pemberian makanan bergizi berupa ASI. Menyusui tidak hanya memberi bayi asupan yang sehat, tetapi juga melindungi mereka dari penyakit dan infeksi serta membangun ikatan emosional yang mendalam. Selain itu, ibu juga menghadapi berbagai tantangan setelah melahirkan, seperti kelelahan fisik dan mental akibat kurang tidur, serta perubahan emosi dan hormon yang memengaruhi suasana hati dan tingkat energi selama proses menyusui. Perubahan fisik setelah melahirkan dapat mengurangi rasa percaya diri ibu. Mereka juga menghadapi perubahan besar dalam kehidupan, seperti menjadi orang tua baru, kesulitan buang air kecil atau besar setelah persalinan, serta gangguan tidur akibat perhatian yang diperlukan untuk bayi, yang bisa menyebabkan stres. Proses menyusui dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti nyeri pada payudara, penghentian ASI, dan pembengkakan payudara, yang dapat menimbulkan kecemasan, stres, serta membahayakan kesejahteraan psikologis ibu dan mengganggu produksi ASI. Masalah psikologis ini dapat diatasi dengan meningkatkan kesejahteraan psikologis ibu. Kesejahteraan psikologis merujuk pada hasil evaluasi diri individu yang dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan tujuan pribadi. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan psikologis seseorang dalam kaitannya dengan fungsi psikologis yang positif. Kesejahteraan psikologis membantu ibu dalam menilai kondisi diri mereka saat ini dan mengembangkan strategi perilaku yang bertujuan untuk mencapai tingkat kepuasan hidup yang optimal. Dukungan sosial memainkan peran penting dalam mendukung kesejahteraan psikologis seseorang. Ini merujuk pada bentuk interaksi dan bantuan yang diberikan oleh individu-individu dalam jaringan sosial terdekat. Oleh karena itu, memberikan dukungan sosial, layanan kesehatan mental, serta memperhatikan kebutuhan psikologis ibu adalah langkah krusial untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi ibu, bayi, dan masyarakat secara keseluruhan.

Psychological Well-Being

Kesejahteraan psikologis ditunjukkan oleh kondisi seseorang yang dapat menerima dirinya sepenuhnya, menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan orang lain, tidak bergantung pada orang lain saat menghadapi tekanan sosial, memiliki kontrol diri yang baik, serta mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Tingkat psychological well-being yang tinggi dicapai oleh individu yang memiliki kondisi emosional yang stabil, merasa puas dengan kehidupannya, dan mampu mengatasi pengalaman negatif yang dapat memicu emosi buruk. Psychological well-being lebih dari sekadar kepuasan hidup, melainkan mencakup bagaimana seseorang dapat menerima dan mencintai diri mereka secara tulus.

Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Psychological Well-Being

1.    Dukungan sosial pertama kali digambarkan sebagai pola perilaku yang memberikan dukungan kepada individu melalui emosi positif yang berasal dari orang-orang yang memiliki peran penting dalam hidupnya.

2.    Kepribadian tersebut merujuk pada individu yang penuh semangat, mampu menjaga hubungan sosial yang baik, dan mengelola emosi dengan positif.

3.    Usia, yaitu seiring bertambahnya usia seseorang, kesejahteraan psikologis akan mengalami proses perkembangan yang berkelanjutan.

4.    Jenis kelamin, faktor ini berhubungan dengan kebahagiaan seseorang, di mana perempuan cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada skala yang mengukur fungsi sosial.

5.    Jenis kelamin, faktor ini berhubungan dengan kebahagiaan seseorang, di mana perempuan cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada skala yang mengukur fungsi sosial.

6.    Status sosial ekonomi mengacu pada tingkat sosial orang yang memiliki penghasilan tinggi dan cenderung bahagia dan terhindar dari stres.

Perceived Social Support atau Dukungan Sosial yang Dipersepsi

Model dukungan sosial yang paling penting terkait dengan kesehatan adalah yang paling dikenal manfaatnya dalam mengurangi stres. Dukungan dari tenaga kesehatan memiliki peran vital dalam meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Ini melibatkan layanan kesehatan yang menyeluruh, pengetahuan profesional, dan empati, yang dapat memberikan dukungan esensial dalam memahami kondisi kesehatan, proses penyembuhan, serta membangun hubungan saling percaya yang menjadi dasar untuk mencapai kesejahteraan yang optimal.

Dinamika Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Psychological Well-Being Ibu Menyusui

Ini adalah tahap krusial dalam tumbuh kembang bayi, karena ASI memberikan nutrisi yang optimal serta perlindungan kekebalan tubuh bagi si kecil. Kesejahteraan ibu selama proses menyusui sangat penting, karena hal ini mempengaruhi kemampuan ibu untuk memberikan ASI secara maksimal selama enam bulan pertama dan melanjutkannya hingga usia enam tahun. Dampaknya sangat positif bagi perkembangan bayi dan anak, serta mendukung kesehatan emosional ibu. Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan perawatan yang komprehensif dan mendukung. Dengan pengetahuan, keterampilan, serta empati yang dimiliki, para profesional kesehatan menciptakan suasana yang mendukung pasien dan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan, mencapai kesembuhan, serta membangun fondasi kesejahteraan yang berkelanjutan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3914/pengaruh-dukungan-tenaga-kesehatan-terhadap-psychological-well-being-ibu-menyusui

Orang Muda Bebas dari Risiko Penyakit Jantung, Apa Benar?

Penyakit kardiovaskular sering diidentikkan dengan orang berusia lanjut yang sudah kurang produktif. Tapi, tahukah Anda kalau penyakit kardiovaskular sebetulnya sangat sering menyerang kelompok usia produktif?

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, angka pengidap penyakit ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bisa dikatakan, 15 dari 1000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung. 

Penyebab Penyakit Jantung 

Pola hidup tidak sehat menjadi faktor utama dari penyebabnya, seperti makan sembarangan, kurang tidur, mengkonsumsi alkohol atau rokok, serta kurang berolahraga. Bukankah ini sering dilakukan para usia muda produktif karena pengaruh gaya hidup, pekerjaan, atau pergaulan?

Kadang, pengidap penyakit kardiovaskular sulit menyadari mereka sebetulnya sudah memiliki tanda-tandanya karena enggan memeriksakan kesehatan. Alangkah sayang jika ketahuan saat terlanjur parah, karena akan semakin sulit diobati. 

Manfaatkan Sarana Kesehatan Berikut untuk Deteksi Dini

Padahal, proses pemeriksaan Penyakit Tidak Menular ini tidak sulit. Pemerintah telah mempermudah akses masyarakat agar orang yang berisiko terkena penyakit ini bisa segera memeriksakan kondisinya, bahkan bagi mereka yang tinggal di daerah. 

Banyak sarana layanan kesehatan yang bisa digunakan untuk periksa dini penyakit pencetus atau faktor risiko yang menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi, kolesterol, gula darah. Di antaranya:

1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama, seperti Puskesmas atau klinik kesehatan terdekat. Pastikan dahulu tempat yang Anda kunjungi dilengkapi dengan fasilitas pemeriksaan yang dibutuhkan.

2. Rumah Sakit. Sebagai sarana kesehatan paling besar dibandingkan yang lain di atas, apabila hendak memeriksakan diri ke rumah sakit, jangan lupa juga lakukan persiapan untuk menunggu antrian.

Tips Agar Nyaman Selama Pemeriksaan Kesehatan

Melakukan pemeriksaan kesehatan mungkin terdengar seperti kegiatan yang memakan waktu. Karena itu, ada baiknya Anda menyiapkan hal-hal berikut agar pemeriksaan kesehatan berjalan lebih nyaman:

1. Lengkapi persyaratan. Bila Anda menggunakan BPJS, biasanya akan ada pendataan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan. Pastikan Anda sudah memfotokopi surat-surat penting seperti KTP atau surat rujuk bila ada.

2. Cari tahu apakah tempat tersebut dilengkapi dengan pendaftaran online. Anda bisa mencoba melakukan pencarian singkat di internet untuk mengetahuinya dan melakukan pendaftaran langsung di sana.

3. Bawa camilan dan minum atau hiburan. Menanti giliran tentu bukan proses yang menyenangkan. Untuk itu, lakukan persiapan kecil seperti menggunakan pakaian yang nyaman, menggunakan tas yang cukup menampung barang bawaan, hingga membawa benda penangkal bosan seperti buku, atau gadget. Tapi, tetap pantau nomor antrian yang sedang berjalan agar tidak terlewat, ya!

Selain memeriksakan kesehatan, tentu penyakit kardiovaskular tidak bisa dicegah tanpa usaha langsung. Selalu jaga kondisi kita agar terhindar dari penyakit tidak menular dengan melakukan gaya hidup CERDIK. Apa itu? 

Dengan menjalankan CERDIK secara rutin, kita bisa telah berusaha menjauhkan diri dari penyakit tidak menular dan hidup dengan sehat!

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/orang-muda-bebas-dari-risiko-penyakit-jantung-apa-benar

Kelola Komorbid dan Stres Untuk Cegah Stroke

Stroke, sebuah kondisi serius yang bisa memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang, dapat dicegah melalui upaya yang tepat. Dalam usaha mencegah stroke, peran komorbid (kondisi kesehatan tambahan) dan pengelolaan stres memiliki peranan penting.

Stroke Dapat Dicegah Dengan Mengelola Komorbid Dan Stres

Stroke adalah gangguan yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik karena pembuluh darah yang pecah atau tersumbat. Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan wajah atau anggota tubuh, serta gangguan berbicara. Namun, berbagai upaya bisa dilakukan untuk mencegahnya.

Usia merupakan faktor risiko yang signifikan dalam stroke. Orang di atas usia 40 tahun lebih rentan terhadap stroke karena pembuluh darah otak cenderung menjadi kaku dan tidak elastis. Namun, selain usia, ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko stroke, yaitu faktor komorbid.

Faktor komorbid atau penyakit penyerta adalah kondisi tambahan yang dapat meningkatkan risiko stroke. Beberapa di antaranya termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, tingkat kolesterol yang tinggi, dan obesitas. Penting untuk memantau dan menjaga agar faktor-faktor ini tetap dalam batas normal untuk mengurangi risiko stroke.

Jika sudah memiliki kondisi komorbid, tindakan yang tepat adalah menjaga agar kondisi ini tetap terkendali. Ini dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup, seperti berolahraga secara teratur, mengatur berat badan, berhenti merokok, dan mengontrol pola makan dengan membatasi gula, garam, dan lemak.

Stres adalah faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mencegah stroke. Stres dapat mengganggu pola tidur, pola makan, dan bahkan keseimbangan tubuh. Jika Anda rentan terhadap stres, penting untuk mengidentifikasi penyebab stres dan mencari solusi untuk menghindarinya. 

Salah satu cara sederhana dan efektif adalah berbicara dengan teman atau keluarga sebagai bentuk curhat. Ini dapat membantu mengurangi tingkat stres tanpa biaya besar.

Pesan yang perlu diingat, pencegahan adalah kunci untuk mengatasi risiko stroke. Dengan mengelola kondisi komorbid Anda dan menghadapi stres dengan bijak, Anda dapat mengurangi risiko stroke dan menjalani hidup yang lebih sehat. 

Sebagai bagian dari upaya pencegahan, berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/kelola-komorbid-dan-stres-untuk-cegah-stroke

SKOLIOSIS DAN OKUPASI TERAPI

Skoliosis atau bengkok tulang belakang adalah sebuah kondisi kelengkungan tulang belakang kea rah samping yang sebagian besar terjadi lebih banyak selama masa pertumbuhan sebelum pubertas yang sebagian besar sebabnya tidak diketahui. Pada umumnya tulang belakang berbentuk lurus ke bawah, sedangkan pada penderita skoliosis terdapat kelainan tulang belakang yang membentuk huruf S atau C. Penderita skoliosis memiliki tulang belakang yang condong ke satu sisi. Kondisi ini menyebabkan penderitanya sering mengalami sakit punggung. Skoliosis bisa terjadi kepada siapa saja namun lebih sering terjadi pada anak usia pubertas dari umur 10 hingga 18 tahun.

Sebagian skoliosis yang terjadi pada remaja adalah skoliosis ringan namun dapat menjadi parah jika terjadi kelainan bentuk kurva tulang belakang.

Gejala skoliosis pada umumnya terjadi pada anak perempuan karena faktor genetik dan jumlah otot tubuh yang lebih sedikit dari laki-laki. Selain itu skoliosis juga dapat disebabkan karena cedera tulang belakang, infeksi tulang, adanya gangguan sistem saraf dan otot, serta penuaan.

Ada beberapa gejala skoliosis yang mudah dikenali:

1.      Tinggi bahu berbeda

Penderita skoliosis akan memiliki bahu dengan ketinggian yang berbeda satu dengan lainnya.

2.      Panjang lengan tidak seimbang

Panjang lengan penderita skoliosis akan terlihat berbeda saat ia berdiri tegak. Salah satu sisinya akan terlihat lebih panjang dibandingkan sisi lainnya.

3.      Pinggul tidak seimbang

Salah satu gejala skoliosis selanjutnya adalah salah satu pinggul terlihat lebih menonjol.

Ini diakibatkan struktur tulang belakang yang tidak lurus dan cenderung berada di satu sisi tubuh (kanan atau kiri).

4.      Ada perbedaan pada area tulang belakang

Umumnya ketika membungkuk maka area tulang belakang tidak akan menonjol.

Akan tetapi pada penderita skoliosis, saat membungkuk area tulang belakang akan terlihat menonjol jelas.

Ada beberapa jenis skoliosis yang muncul, antara lain :

1.      Skoliosis idiopatik adalah salah satu jenis skoliosis yang paling umum dijumpai yaitu sekitar 70 persen dari penderita Skoliosis yangdisebabkan oleh kelainan genetic maupun kelainan lingkungan

2.      Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang dimulai saat masih dalam kandungan yang dapat disebabkan oleh keturunan atau kelainan keluarga (20%)

3.      Skoliosis yang terkait dengan kondisi kesehatan lain seperti gangguan neuromuscular dan musculoskeletal yang disebabkan kelemahan pada otot dan sistem kerangka. (10 %).

Beberapa kondisi komplikasi yang muncul akibat skoliosis antara lain :

1.      Kerusakan paru-paru dan jantung akibat tulang rusak yang terangkat sehingga menyebabkan kesulitan bernafas

2.      Masalah nyeri punggung

3.      Perubahan penampilan fisik terutama di bagian pinggul dan bahu, serta tulang rusuk yang menonjol.

Masalah nyeri punggung merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan para pasien skoliosis sehingga membutuhkan berbagai upaya pengobatan dan pemulihan, yang salah satunya adalah terapi.

Salah satu jenis terapi yang berkontribusi dalam penyelesaian masalah punggung dalam kondisi skoliosis adalah Okupasi Terapi.

Okupasi Terapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada pasien/klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang.

Okupasi Terapis merupakan setiap orang yang telah lulus dari pendidikan formal terapi okupasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu berijazah minimal diploma tiga Okupasi Terapi serta telah mendapatkan pengakuan kompetensi yang dibuktikan dengan surat tanda registrasi

Dalam melaksanakan praktiknya, Okupasi Terapis dapat menerima klien langsung (tanpa rujukan dari tenaga kesehatan lain) pada kasus yang bersifat promotif dan preventif atau berdasarkan rujukan dari tenaga kesehatan lainnya.

Beberapa program Okupasi Terapi yang dapat diberikan kepada pasien skoliosis antara lain adalah :

1.      Mengelola gejala fisik seperti nyeri punggung dan keterbatasan gerakan tulang belakang dengan rutinitas olahraga dan peregangan

2.      Edukasi klien tentang posisi yang tepat dan sehat saat beraktivitas kegiatan sehari-hari (Proper Body Mechanism atau PBM)

3.      Penerapan teknik penghematan tenaga atau konservasi energy (istirahat rutin selama aktivitas), adaptasi aktivitas, atau mengeksplorasi aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan minat klien

4.      Mendesain alat bantu yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dalam aktivitas sehari-hari

5.      Memodifikasi lingkungan rumah yang dapat meningkatkan kemandirian dan keamanan

6.      Mendorong partisipasi sosial dalam kelompok dan kominitas pendukung skoliosis yang memberdayakan, mendidik, dan memberikan dukungan emosional bagi klien dan keluarganya

7.      Mengupayakan pengembangan kegiatan olahraga untuk individu dengan disabilitas khususnya skoliosis.

Proper Body Mechanism atau PBM

Beberapa contoh aktivitas yang menerapkan prinsip PBM antara lain adalah:

1.      Posisi duduk (Sitting Posture)

Posisikan kaki menapak dan lutut sejajar dengan pinggul. Tambahkan bantal pada bagian punggung bawah agar nyaman. Hindari menyilangkan kaki di lutut

2.      Membawa barang (Carrying)

Saat membawa barang seperti kardus pegang benda dekat dengan tubuh anda. Jangan memutar tubuh. Jika membawa barang seperti koper atau tas jinjing, amati aturan berikut: Cobalah membawa beban yang sama di kedua lengan. Saat mengambil tas, jaga punggung agar tetap lurus dan tekuk lutut. Jangan memuntir saat membawa tas.Turunkan tas dengan menekuk lutut, bukan bagian belakang.

3.      Mengambil barang

Ketika melakukan aktivitas yang berada di bawah, misalnya mencuci baju. Posisikan salah satu kaki berlutut sebagai tumpuan dan kali lainnya menapak di lantai. 

Sebaliknya jika akan mengambil sesuatu dari rak yang rendah, jangan membungkuk. Sebaiknya posisikan kaki berlutut  atau jongkok di depan rak, ambil benda dekatkan dengan tubuh, lalu berdiri menggunakan otot-otot kaki yang kuat dan menjaga punggung tetap lurus.

4.      Mengangkat barang

Mulailah berdiri dekat dengan objek yang akan diangkat. kemudian jongkok dan jaga agar punggung lurus dan pegang barang yang akan diangkat dengan kuat. Pegang barang yang akan diangkat wadahnya dan pegang erat-erat dengan mengencangkan otot perut, lalu selanjutnya, berdiri perlahan dan lancar membiarkan otot-otot kaki besar melakukan pekerjaan.

5.      Mengambil barang

Cara yang baik untuk mengambil barang dari bagasi mobil, kereta belanja atau mesin cuci. Jika mengambil dengan tangan kanan sambil membungkuk, angkat dan luruskan kaki kiri ke belakang. Jaga punggung tetap lurus kemudian pegang objek dengan kuat, dan  angkat sambil meluruskan pinggul. Dorong dengan lengan lainnya kembali ke posisi semula. Posisikan objek dekat dengan tubuh

6.      Menaruh barang

Saat mengangkat benda ke atas seperti rak yang letaknya di atas level kepala, gunakan bangku sebagai penopang kaki. Pegang benda dengan kedua tangan dan angkat objek perlahan keatas

Aktivitas yang dilakukan sambil berdiri seperti sikat gigi, cuci piring, menyetrika. Saat berdiri tempatkan satu kaki sedikit ditekuk bukan membungkuk. Untuk memberikan dukungan, gunakan satu tangan untuk menyangga.

Penghematan Tenaga (Energy Conservation / EC)

Beberapa tehnik yang dapat ditepuh dalam upaya menghemat tenaga saat beraktivitas kegiatan sehati-hari

1.      Tentukan Prioritas

a.       Tentukan apa yang perlu dilakukan hari ini dan apa yang bisa dilakukan di kemudian hari. Misalnya, pergi ke janji dengan dokter akan diprioritaskan daripada membersihkan debu di ruang tamu,

b.      Ketika memiliki lebih dari satu hal yang harus dilakukan, mulailah dengan yang paling penting untuk diselesaikan,

c.       Dan, sadari kemampuan dan toleransi yang dimiliki saat melakukan suatu aktivitas. Lakukan tugas yang lebih berat ketika memiliki lebih banyak energi, namun tunda aktivitas yang dapat ditunda hingga besok atau dialihtugaskan kepada orang lain.

2.      Buat Perencanaan

a.        Buat jadwal mingguan untuk merencanakan kegiatan sepanjang minggu agar tidak melakukan terlalu banyak kegiatan dalam satu hari dan mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan yang berat. Letakkan jadwal di lemari es atau tempat yang mudah dilihat agar tidak lupa;

b.       Kumpulkan persediaan dan peralatan yang Anda butuhkan sebelum melakukan pekerjaan. Misalnya, siapkan perlengkapan dan peralatan kebun sebelum mulai menanam bunga.

c.        Rencanakan untuk mendapatkan istirahat yang baik setiap malam.

d.       Minta bantuan keluarga dan teman atau menyewa jasa untuk menyelesaikan tugas rumah yang membutuhkan terlalu banyak energi.

3.      Perhatikan Kecepatan

a.       Jangan terburu-buru, pertahankan kecepatan yang stabil;

b.      Beristirahatlah secara teratur sebelum mulai merasa lelah atau sakit,

c.       Pecah pekerjaan berat menjadi tugas-tugas yang lebih kecil. Beri diri Anda cukup waktu untuk menyelesaikan tugas dan jangan mencoba menyelesaikan seluruh tugas dalam satu sesi;

d.      Panduan yang baik untuk diikuti adalah mengambil 10 menit setiap jam untuk beristirahat,

e.       Ingatlah bahwa memungkin untuk meminta bantuan dalam melakukan beberapa tugas dan itu tidak masalah,

f.        Dan, sadar terhadap kondisi tubuh dan ketahui batasan Anda.

4.      Perhatikan Posisi Tubuh

a.       Posisi dan postur itu penting, oleh karena itu duduk sat berkegiatan dapat menggunakan 25% lebih sedikit energi;

b.      Duduk dan berdirilah setegak mungkin,

c.       Gunakan alat bantu bila dianjurkan untuk menghemat energi dan membuatnya lebih nyaman dan mudah dalam merawat diri;

d.      Temukan kursi berlengan yang ergonomis (nyaman dan aman) gunanya untuk membantu menopang punggung

e.       Dan, gunakan alat bantu untuk menghemat energi selama beraktivitas, seperti membuat sambal menggunakan blender dan menjangkau benda dengan reacher, dll;

Prinsip Energy Conservation saat berpakaian :

a.       Atur dan tata pakaian yang akan digunakan untuk besok, terutama saat memiliki kegiatan seperti bekerja, kuliah, sekolah, pengajian, kondangan, dsb.

b.      Berpakaianlah dengan posisi duduk, namun Anda dapat berdiri sesekali untuk menarik celana.

c.       Mulai dari memasang kaos kaki karena paling sulit dijangkau dan membutuhkan lebih banyak energi. Prinsipnya adalah dari bawah ke atas.

d.      Hindari membungkuk dan menjangkau

e.       Ketika memakai kaos kai, silangkan kaki Anda untuk mengenakan kaus kaki (jangan silangkan kaki bila Anda baru saja menjalani total hip replacement).

f.        Anda juga dapat menggunakan peralatan bergagang panjang untuk menarik celana atau memakai sepatu untuk menghindari gerakan membungkuk dan menjangkau.

g.      Jika Anda memiliki anggota tubuh yang lebih lemah, lebih mudah untuk berpakaian dari tungkai yang lebih lemah terlebih dahulu. Sementara saat melepas pakaian, lepas lah dari anggota tubuh yang kuat terlebih dahulu.

h.      Kenakan pakaian yang mudah dipakai dan dilepas. Misalnya, sepatu dengan velcro, pakaian longgar, atau celana dengan karet pinggang

. Prinsip Energy Conservation saat membersihkan diri di kamar mandi:

a.       Pastikan semua yang dibutuhkan di kamar mandi sudah lengkap (handuk, sabun, sisir, shampoo, dsb), bila belum lengkap maka disiapkan terlebih dahulu supaya tidak bolak-balik.

b.      Sediakan pegangan tangan (handrail) agar akses di kamar mandi lebih aman. Kemudian, mandi dengan posisi duduk menggunakan bangku mandi dan selang/shower, lalu BAB/BAK menggunakan toilet duduk agar lebih mudah danaman.

c.       Jangan menekuk pinggang untuk menjangkau tubuh bagian bawah. Saat mandi, mulailah dari kaki karena kaki adalah bagian yang paling sulit dijangkau dan akan membutuhkan lebih banyak energi.

d.      Gunakan sikat punggung bergagang panjang untuk memudahkan menjangkau

e.       punggung dan sikat rambut bergagang panjang untuk menghindari memegang tangan di atas kepala terlalu lama

f.        Keringkan badan dan rambut setelah mandi dengan kain berbahan terry karena mudah meresap sehingga energi yang digunakan lebih kecil.

Prinsip Energy Conservation saat melakukan aktivitas rumah tangga:

  1. Untuk menghindari naik turun tangga terlalu sering, simpan satu set perlengkapan pembersih seperti penyedot debu, sapu, dan pel di setiap tingkat rumah.
  2. Gunakan perlengkapan yang bergagang panjang untuk mengurangi gerakan membungkukkan badan
  3. Sediakan tempat sampah di setiap ruangan untuk menghindari terlalu banyak berjalan
  4. Gunakan rak cuci piring untuk mengeringkan piring setelah dicuci agar mengering dengan sendirinya.
  5. Letakkan mesin cuci dan tempat menjemur di lantai utama rumah jika memungkinkan.
  6. Ask someone to rearrange cabinets/closets/ refrigerator. Store heavier or most used objects in easy to reach places: between shoulder and waist level.
  7. Bagilah tugas rumah dan lakukan sepanjang minggu. Buat rencana mingguan untuk pekerjaan utama seperti mencuci pakaian, membersihkan dan mengganti seprai di tempat tidur. Lakukan satu pekerjaan setiap hari dan seimbangkan tugas ringan dengan tugas berat.
  8. Mulai dari satu sisi tempat tidur terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan sisi berikutnya. Untuk mengganti sarung bantal dan seprai lakukan dengan duduk.
  9. Bersihkan satu ruangan pada satu waktu daripada bolak-balik antar ruangan untuk melakukan setiap pekerjaan.
  10. Jika ada sesuatu yang terlalu melelahkan, pertimbangkan untuk meminta bantuan dari anggota keluarga atau menyewa jasa kebersihan/asisten rumah tangga.
  11. Kerjakan tugas rumah dari depan tubuh daripada dari samping dan lakukan dengan posisi duduk jika memungkinkan, seperti melipat pakaian.

Prinsip Energy Conservation saat melakukan aktivitas berbelanja:

a.       Bawalah daftar barang-barang yang perlu dibeli dan urutkan berdasarkan lorong atau bagian toko

b.      Membawa barang belanjaan dengan trolley atau trolley bag

c.       Memuat dan membawa tas belanjaan yang hanya setengah penuh atau berbelanja dengan seseorang yang dapat membantu mengemas dan membawa tas

d.      Hindari keluar pada jam sibuk saat toko dan jalan ramai

e.       Pertimbangkan untuk menggunakan layanan pengiriman

Prinsip Energy Conservastion saat memasak

a.       Kumpulkan semua bahan dan peralatan sebelum mulai memasak dan letak diatas meja agar tidak perlu membungkuk saat mengambilnya

b.      Gunakan peralatan masak seperti wajan dan panci dengan gagang yang besar dan ringan, begitupula dengan piring, untuk menghemat energi dan memudahkan menggenggam agar tidak mudah terjatuh.

c.       Gunakan peralatan listrik seperti pembuka kaleng, blender, mixer, dan food processor untuk menghemat energi.

d.      Saat mengupas sayuran, duduklah di bangku dan dekatkan dengan meja. Semakin dekat akan membuat punggung lebih nyaman.

e.       Saat mengaduk, letakkan alas anti selip di bawah mangkuk untuk menghilangkan kebutuhan untuk menahan

f.        Istirahatkan sendi yang telah digunakan setiap tahap memasak. Misalnya, seusai memotong makanan, biarkan tangan beristirahat selama beberapa menit sebelum ke tahap berikutnya.

g.      Masak dengan porsi lebih besar agar sisa makanan bisa dibekukan untuk makan selanjutnya

h.      Kukus sayuran alih-alih merebusnya. Dengan begitu, tidak perlu menguras sepanci besar air panas.

i.        Pertimbangkan untuk membeli makanan yang mudah disiapkan atau dibekukan, atau menggunakan layanan pengiriman makanan.

Mendesain alat bantu aktivitas sehari-hari

a.       Tongkat pengambil (Reacher)

b.      Alat bantu memakai kaos kaki

c.       Alat bantu menggosok badan sat mandi (long handle spons)

Memodifikasi/adaptasi lingkungan rumah

a.       Mengatur posisi atau ketinggian perabotan rumah sehingga dapat dijangkau

b.      Memasang pegangan tangan yang dipasang di area kamar mandi,

c.       Memindahkan kamar tidur ke lantai pertama

d.      Mengganti anak tangga di permukaan lantai dengan bidang miring (ramp)

e.       Menggunakan kursi yang diberi lubang sebagai ganti kloset duduk.

Sebagai kesimpulan, bahwa program Okupasi Terapi antara lain bertujuan untuk :

1.      Membantu klien mempertahankan aktivitas yang menyenangkan dalam kehidupannya, terlepas dari kecacatan mereka serta meningkatkan kesehatan dan kualitas hidupnya.

2.      Membantu klien dalam menemukan makna keterlibatan dalam aktivitas kehidupannya yang jelas dan bertujuan

3.      Membantu memperoleh kembali , memulihkan, atau mempertahankan keterampilan dan kemampuan yang bermanfaat serta kemandirian dalam kehidupan sosialnya

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3865/skoliosis-dan-okupasi-terapi

Fenomena FOMO, Menjadikan Olahraga Lari Sebagai Aktivitas yang Menyenangkan

Olahraga yang sedang tren saat ini salah satunya adalah olahraga lari, olahraga ini kini menjadi suatu aktivitas fisik yang paling banyak digemari, baik dari kalangan artis maupun masyarakat luas. Di media sosial, platform instagram misalnya, kita bisa melihat banyak informasi dibagikan terkait kegiatan olahraga yang satu ini.

Komunitas lari juga semakin banyak bermunculan di masyarakat sejak menjamurnya olahraga lari. Selanjutnya yang tidak ketinggalan juga sekarang seringnya event lari internasional dan nasional yang selalu mendapatkan antusiasme tinggi dari masyarakat.

Olahraga lari ini banyak membuat orang tertarik untuk ikut serta, sehingga menciptakan suatu kondisi atau keadaan yang disebut dengan Fear of Missing Out (FOMO) atau perasaan khawatir untuk tidak mengikuti tren yang ada, sebab di dalam tren tersebut diyakini terdapat pengalaman yang menarik untuk dialami secara personal. FOMO, atau rasa takut ketinggalan, tidak hanya terbatas pada tren mode atau acara sosial. Di dunia olahraga, khususnya lari, FOMO memainkan peran penting dalam memotivasi banyak orang untuk terlibat dan tetap konsisten dalam kegiatan ini.

Dorongan FOMO, ketika melihat teman atau tokoh inspiratif di media sosial mengikuti ajang maraton untuk mencapai jarak lari tertentu, kita sering kali merasa terdorong untuk ikut serta dengan berbagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berupa keinginan untuk pamer konten di media sosial, menambah teman yang memiliki hobi serupa, ataupun sungguh-sungguh ingin melihat kemampuan diri dalam berlari.

Namun, di sisi lain, berolahraga lari karena FOMO bukan tanpa risiko. Tekanan untuk selalu mengikuti tren atau mencapai pencapaian tertentu bisa membuat seseorang merasa cemas berlebihan.

Penelitian menunjukkan bahwa pelari yang sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial cenderung mengalami penurunan rasa percaya diri dan kepuasan terhadap performa mereka, bahkan di titik tertentu dapat mengalami gangguan kesehatan mental.

Selain itu, tekanan untuk tampil sempurna di media sosial bisa menyebabkan stres berlebihan dan bahkan risiko cedera fisik akibat latihan berlebihan.

Strategi mengendalikan FOMO

Untuk mengatasi FOMO, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1. Pendekatan mindfulness

Teknik mindfulness dalam berolahraga yang juga dapat berarti sebagai kondisi sadar untuk memperhatikan apa yang sedang terjadi dalam diri kita dan lingkungan sekitar tanpa menghakimi atau menilai dengan penuh kasih, dapat membantu pelari fokus pada pengalaman pribadi mereka saat berlari dan menikmati setiap langkah tanpa terbebani oleh ekspektasi sosial.

Dengan mindfulness, pelari bisa lebih menikmati proses berlari itu sendiri tanpa harus terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.

2. Mengatur waktu penggunaan media sosial

Membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial dan memilih konten yang inspiratif serta positif dapat menjaga keseimbangan mental dan emosional. Dengan membatasi paparan terhadap konten yang memicu FOMO, kita dapat menghindari tekanan yang tidak perlu. Tidak terjebak pada jebakan impulsif psikologis yang berlebihan dalam penggunaan media sosial.

3. Membangun komunitas lari offline

Bergabung dengan klub lari lokal atau mengadakan acara lari bersama tanpa harus membagikannya di media sosial bisa membantu kita merasakan dukungan sosial yang nyata. Dalam lingkungan ini, kita bisa menikmati olahraga dengan cara yang lebih alami dan merasa lebih terhubung dengan orang lain.

Meskipun FOMO dapat menjadi motivasi awal yang kuat untuk memulai olahraga lari, para ahli mengingatkan pentingnya menemukan keseimbangan. Terlalu fokus pada apa yang dilakukan orang lain bisa mengaburkan kebutuhan pribadi dan tujuan yang sebenarnya. Penting untuk mengejar kebugaran dengan cara yang membuat kita bahagia dan sehat secara fisik dan mental.

Sobat sehat, apapun alasannya, ketika seseorang mengalami FOMO untuk berolahraga lari maka efek yang ditimbulkan sekurang-kurangnya akan membuat tubuh menjadi sehat dan bugar.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3861/fenomena-fomo-menjadikan-olahraga-lari-sebagai-aktivitas-yang-menyenangkan

Yuk, Cermati MPASI Anak

Makanan Pendamping ASI (Complementary Feeding) adalah proses pemberian makanan dan cairan lainnya yang diberikan kepada bayi mulai usia 6 bulan ketika ASI saja tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan Pendamping ASI (Complementary Food) adalah makanan dan cairan lainnya selain ASI.

Strategi pemberian MPASI, meliputi :

  1. Tepat Waktu : Berikan MPASI Ketika ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi saat usia 6 bulan. 
  2. Adekuat : MPASI diberikan utk memenuhi kebutuhan energi protein dan mikronutrien anak.   
  3. Aman dan Higienes : Proses persiapan & pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan dan alat yang aman serta higienis.   
  4. Diberikan Secara Responsif : Diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar/ kenyang dari anak.

MPASI bisa dimulai ketika :

  1. Anak dapat duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepala tanpa bantuan. 
  2. Anak menunjukkan ketertarikan terhadap makanan. 
  3. Anak menjadi lebih lapar dan menunjukkan tanda lapar.

Pemberian MPASI berdasarkan usia bayi : 

  1. Bayi usia 0 – 6 bulan = A S I
  2. Bayi usia 6 – 8 bulan = 200 kalori, 2 – 3 sdm (125 ml ), 2-3 x / hari, dihaluskan lalu disaring, tekstur lumat dan kental.
  3. Bayi usia 9 – 11 bulan = 300 kalori, 125 – 200 ml, 3-4 x / hari , snack 1 x, ditumbuk ( 9-10 bulan ), cincang kasar ( 11 – 12 bulan ).
  4. Bayi usia > 12 bulan = 550 kalori, 200 – 250 ml, 3 – 4 x / hari, snack 2x / hari, tekstur mengikuti orang dewasa ( menu keluarga ).

Jadwal makan pendamping ASI : 

  1. Bayi 6 – 8 bulan : Jam 06.00( ASI ), Jam 08.00 ( makan pagi ), Jam 10.00 ( ASI ), Jam 12.00 ( makan siang ), Jam 14.00 ( ASI ), Jam 16.00 ( ASI ), Jam 18.00 ( makan malam ), Jam 20.00 ( ASI ), Jam 22.00 ( ASI ), Jam 24.00 ( ASI ), Jam 03.00 ( ASI ).
  2. Bayi 9 – 11 bulan : Jam 06.00 ( ASI ), Jam 08.00 ( makan pagi ), Jam 10.00 ( snack ), Jam 12.00 ( makan siang ), Jam 14.00 ( ASI ), Jam 16.00 ( ASI ), Jam 18.00 ( makan malam ), Jam 20.00 ( ASI ), Jam 22.00 ( ASI ), Jam 24.00 ( ASI ).
  3. Bayi 12 – 23 bulan : Jam 06.00 ( ASI ), Jam 08.00 ( makan pagi ), Jam 10.00 ( snack ), Jam 12.00 ( makan siang ), Jam 14.00 ( ASI ), Jam 16.00 ( snack ), Jam 18.00 ( makan malam), Jam 20.00 ( ASI ).

MP ASI yang kaya protein hewani dapat mencegah stunting pada anak, untuk itu kita perlu perhtikan Isi Piringku :

  1. Bayi usia 6 – 8 bulan = ASI 70 persen dan MPASI 30 %. 
  2. Bayi usia 9 – 11 bulan = ASI 50 persen dan MPASI  50 %. 
  3. Usia 12 – 23 bulan = ASI  30 persen dan MPASI 70 %.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3866/yuk-cermati-mpasi-anak

Peran Okupasi Terapi dalam Meningkatkan AKS pada Pasien SCI

Spinal Cord Injury (SCI) atau cedera sumsum tulang belakang terjadi ketika ada kerusakan pada sumsum tulang belakang yang menghalangi komunikasi antara otak dan tubuh, yang dibebabkan oleh faktor trauma dan non trauma (Shepherd Center, 2011). Penyebab paling umum SCI adalah kecelakaan mobil, jatuh, luka tembak, kecelakaan sepeda motor, insiden menyelam, dan komplikasi medis.

SCI mempengaruhi fungsi neurologis otonom tubuh, menyebabkan beberapa gangguan seperti kehilangan fungsi usus, kandung kemih, dan fungsi seksual.

Individu dengan SCI juga mengalami berbagai keterbatasan dalam kegiatan dan gangguan partisipasi pada Aktivitas kehidupan sehari-hari dalam area seperti mobilitas (seperti mengubah posisi tubuh, transfer, berjalan), kegiatan perawatan diri (seperti mandi, berpakaian, mandi, makan), kegiatan rumah tangga (seperti membersihkan, memasak, merawat lainnya), pendidikan, pekerjaan, pemeliharaan hubungan sosial, dan partisipasi dalam aktivitas waktu luang.

Okupasi Terapis mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemulihan kembali pasien SCI dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) pada Pasien SCI

Okupasi Terapi setelah cedera tulang belakang berfokus pada kemudahan transisi kembali ke kehidupan sehari-hari. Pasien SCI dapat memaksimalkan kemandirian mereka dengan mempraktikkan aktivitas sehari-hari dan menggunakan peralatan adaptif.

Okupasi Terapi dapat menggunakan latihan khusus secara berulang untuk mendapatkan kembali mobilitas. Pengulangan sangat penting karena membantu memicu neuroplastisitas, yaitumekanisme yang digunakan sistem saraf pusat untuk memperbaiki dirinya sendiri dan mendapatkan kembali fungsi setelah cedera.

Namun, tidak seperti terapi fisik, terapi okupasi mengambil pendekatan yang lebih holistik dengan menggunakan teknik dan latihan praktis berbasis aktivitas untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, seorang pasien mungkin berlatih bagaimana bangun dari tempat tidur atau menyikat giginya.

Okupasi Terapi menerapkan strategi restoratif dan kompensasi untuk mengoptimalkan kemandirian dan meminimalkan komplikasi setelah cedera tulang belakang.

Okupasi Terapi menggunakan kreativitas dan strategi kompensasi atau cara baru untuk menyelesaikan tugas sehari-hari, antara lain memodifikasi lingkungan, mengadaptasi aktivitas, atau mendidik pasien tentang teknik menggunakan peralatan kompensasi.

Kegiatan Okupasi Terapi Okupasi dengan strategi kompensasi efektif yang dapat dipelajari oleh pasien cedera tulang belakang untuk meningkatkan kemampuan AKS antara lain :

1.      Makan dengan peralatan adaptif dan pelindung/penahan piring

Ada banyak variasi peralatan adaptif untuk pasien cedera tulang belakang dengan gangguan motorik ekstremitas atas.

Sebagai contoh, beberapa peralatan adaptif untuk mereka yang tidak dapat menggenggam atau menggunakan pegangan bengkok untuk mereka yang tidak dapat memutar atau menekuk pergelangan tangan mereka.

Pasien yang mengalami gangguan dalam kontrol pergelangan tangan terbatas dapat menggunakan pelindung pelat, yang diletakkan di tepi piring untuk mencegah tumpah

2.      Penggunaan Pegangan universal

Terapis okupasi dapat merekomendasikan penggunaan Pegangan universal untuk pasien cedera tulang belakang yang kesulitan mencengkeram.

Barang-barang seperti sikat rambut dan sikat gigi dapat dilekatkan pada Pegangan universal dan kemudian diselipkan ke tangan agar tidak terjatuh.

3.      Mengelola inkontinensia dengan kateterisasi

Komplikasi umum lainnya dari cedera tulang belakang adalah hilangnya kontrol atas otot kandung kemih. Salah satu cara untuk mengelola inkontinensia urin adalah melalui kateterisasi, yang melibatkan memasukkan tabung ke dalam kandung kemih untuk mengalirkan urin.

Dengan edukasi yang cukup, banyak pasien dengan cedera tulang belakang mampu menyelesaikan kateterisasi diri, sangat meningkatkan kemandirian mereka dengan toileting.

4.      Menggunakan dudukan toilet yang ditinggikan

pasien cedera tulang belakang menggunakan kursi toilet yang ditinggikan untuk mengurangi risiko jatuh.

Mungkin sulit bagi pasien cedera tulang belakang dengan fungsi tubuh bagian bawah yang terbatas untuk melakukan transfer, terutama ketika tempat duduknya rendah.

Dudukan toilet yang ditinggikan dapat mengurangi perbedaan ketinggian antara kursi roda pasien dan dudukan toilet, membuat kursi lebih mudah untuk naik dan turun, dan dapat meminimalkan tekanan pada persendian.

5.      Berpakaian di tempat tidur

Individu dengan kelumpuhan sering merasa lebih mudah untuk berpakaian sendiri di tempat tidur mereka daripada kursi roda mereka.

Karena luas permukaan kasur yang besar, individu dapat bergerak tanpa khawatir kehilangan keseimbangan atau terjatuh. Setelah pakaian mereka terpasang, mereka selalu dapat menyesuaikannya kembali untuk kenyamanan setelah mereka duduk.

6.      Menggunakan pengangkat kaki untuk kemudahan berpindah tempat

Dengan hanya menempatkan kaki di dalam lingkaran dan menarik tali, pasien yang memiliki kekuatan tubuh bagian atas yang baik dapat dengan mudah menggerakkan kaki mereka.

7.      Mandi sambil duduk, menggunakan pancuran genggam

Pasien cedera tulang belakang harus ekstra hati-hati saat mandi dengan tetap duduk, memasang  anti selip ke lantai, dan menggunakan pancuran genggam untuk meminimalkan kebutuhan untuk bergerak. Spons bergagang panjang juga dapat membantu pasien membersihkan ekstremitas bawah dengan aman.

Menggunakan bangku transfer dapat mempermudah dan lebih aman bagi individu untuk masuk atau keluar dari bak mandi.

8.      Menggunakan reacher untuk mengambil objek yang tidak terjangkau

Pasien SCI disarankan oleh terapis okupasi untuk menggunakan reacher untuk mencegah jatuh .

Untuk meminimalkan risiko jatuh, terapis okupasi dapat merekomendasikan penggunaan reacher sebagai perpanjangan lengan. Reachers juga dapat membantu beberapa individu dengan kaki mereka melalui kaki celana mereka saat berpakaian.

9.      Memasang pegangan dan hand rail untuk pemindahan yang aman

Saat melakukan transfer, penting untuk memegang permukaan yang stabil.

Memasang pegangan dan hand rail di area di mana pemindahan biasanya dilakukan seperti tempat tidur, toilet, dan bak mandi dapat membantu mencegah jatuh.

10.  Adaptasi mobil untuk dikendarai

Adaptasi mobil seperti kontrol tangan dan tempat duduk yang dapat disesuaikan dapat memungkinkan individu dengan cedera tulang belakang untuk mengoperasikan mobil dengan aman.

Individu harus lulus evaluasi tertulis dan klinis untuk memastikan mereka dapat mengemudi tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau siapa pun di sekitar mereka.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3867/peran-okupasi-terapi-dalam-meningkatkan-aks-pada-pasien-sci

Senam Kaki Diabetik untuk Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (sering disebut sebagai diabetes) adalah suatu kondisi medis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan efektif. Insulin adalah hormon yang membantu tubuh mengubah glukosa (gula darah), lemak, dan protein menjadi energi. Akibatnya, kadar gula darah tetap tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika tidak diobati dengan baik.

Senam kaki diabetik adalah serangkaian gerakan olahraga yang dirancang khusus untuk membantu menjaga kesehatan kaki bagi penderita diabetes. Karena diabetes dapat mempengaruhi sirkulasi darah, saraf, dan kulit kaki, senam kaki bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, memperkuat otot-otot kaki, dan mencegah komplikasi seperti luka atau infeksi. Senam kaki juga membantu mengurangi rasa nyeri atau kesemutan yang sering dialami oleh penderita neuropati diabetik.

Manfaat Senam Kaki Diabetik

  • Meningkatkan sirkulasi darah: Gerakan ini membantu meningkatkan aliran darah ke kaki dan kaki bagian bawah, yang seringkali terpengaruh oleh diabetes.
  • Mencegah luka dan infeksi: Dengan menjaga fleksibilitas dan kekuatan kaki, senam ini dapat mencegah cedera atau luka kecil yang dapat berkembang menjadi masalah serius.
  • Mengurangi rasa nyeri dan kesemutan: Penderita neuropati diabetik sering merasakan kesemutan atau rasa nyeri pada kaki, dan senam kaki dapat membantu mengurangi gejala ini.
  • Memperkuat otot-otot kaki: Meningkatkan kekuatan otot kaki juga membantu penderita diabetes untuk tetap aktif dan bergerak dengan baik.

LANGKAH SENAM DIABETIK menurut Waspadi, 2006

1.       Duduk dengan betul di atas kursi sambil meletakkan kaki ke lantai.

2.       Meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki keatas. Kemudian, jari-jari kaki seperti cakar ayam. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali.

3.       Angkat ujung kaki kemudian angkat tumit. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

4.       4.Angkat ujung kaki, turunkan ke samping dan letakkan ke tengah. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali.

5.       5.Jari kaki diangkat, turunkan ke samping dan letakkan ke tengah. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

6.       Angkat 1 kaki dan luruskan kemudian gerakkan jari kaki ke arah depan. Lakukan pada kaki yang satunya. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

7.       Angkat 1 kaki dan luruskan kemudian gerakkan telapak kaki ke arah wajah. Lakukan pada kaki yang satunya. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

8.       Angkat kedua kaki dan luruskan. Kemudian gerakkan telapak kaki ke arah wajah. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

9.       Angkat kedua kaki dan luruskan. Kemudian putar pergelangan kaki. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

10.   Angkat 1 kaki kemudian tulislah angka 0-9 di udara. Lakukan pada kaki yang satunya.

11.   Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai, bentuk bola, buka bola menjadi lembaran seperti semula, robek lembaran bola menjadi 2 bagian, 1 bagian robek menjadi lembaran kecil-kecil, satukan dengan lembaran yang utuh, bentuk bola dengan kedua kaki kemudian buang ke tempat sampah

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3869/senam-kaki-diabetik-untuk-diabetes-mellitus

Hati-hati Salmonellosis ! Asing Ya Istilahnya? Cari Tau Yuk!!!

Salmonellosis merupakan penyakit menular (zoonosis) yang menyerang sistem pencernaan, tepatnya bagian saluran usus baik manusia dan hewan akibat infeksi dari bakteri Salmonella melalui kontaminasi makanan dan minuman yang sudah tercemar bakteri tersebut, dan juga bisa dibawa oleh serangga seperti lalat. Gejala umumnya berupa diare dan bisa menyebabkan kematian jika terjadi komplikasi. Intensitas reaksi mulai terinfeksi bakteri Salmonella akan terjadi sekitar 7 sampai 36 jam dan akan berlangsung selama 2 sampai 7 hari.

Berbagai gejala lainnya termasuk:

•      Muntah dan mual

•      Sakit perut, kram perut, atau nyeri hebat pada perut

•      Panas dingin atau demam

•      Menggigil

•      Nyeri otot

•      Feses berdarah

•      Terdapat tanda-tanda dehidrasi, seperti urine sedikit atau warnanya gelap, mulut kering, dan energi lemah (lemas)

Penyakit Salmonellosis mempunyai dua jenis variasi yakni tifoid dan non tifoid. Salmonellosis tifoid terdiri dari demam tifoid (thypoid fever) dan demam paratifoid (parathyphoid fever) yang ditimbulkan oleh tiap-tiap Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A dan B, sedangkan Salmonellosis non tifoid biasanya disebabkan oleh serovar-serovar yang tidak menyimpan hospes (inang) detail, serovar ini berkarakter sebagai pathogen baik kepada hewan dan manusia.

Bakteri Salmonella ini biasanya didapati pada:

  • Daging mentah, biasanya bakteri Salmonella dapat hinggap pada daging yang terkena kotoran selama pemotongan atau terbengkalai begitu saja, bisa melalui perantara lalat.
  • Telur mentah, telur ini juga bisa menjadi penyebab Salmonellosis. Hewan unggas sangat rawan terinfeksi bakteri Salmonella apabila menghasilkan telur maka telur tersebut juga bisa ikut terinfeksi.
  • Susu, jus, atau minuman lainnya yang tidak dipasteurisasikan atau disteriliasasi.
  • Sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan bisa terkontaminasi apabila tidak dibersihkan dengan benar.

Jalur masuk bakteri Salmonella ke tubuh melewati makanan ataupun minuman yang tercemar kuman atau bisa juga bakteri dibawa oleh serangga (lalat) kemudian hinggap di makanan tersebut, kemudian masuk ke saluran pencernaan lambung (sebagian dimusnahkan) dan sebagian lainnya lolos berkembang biak di saluran usus setelah itu hipotalamus merespon dengan meningkatkan suhu tubuh dan terjadilah demam typhoid (tipes) yang menimbulkan gejala berupa diare dan lainnya (Nuruzzaman & Syahrul 2016).

Tingkatan infeksi bakteri Salmonella dibagi menjadi beberapa tingkatan, diantaranya :

  • Gastroenteritis atau lebih dikenal dengan keracunan makanan yaitu penyakit yang bisa menginfeksi saluran pencernaan (usus) dan tidak didapati zat racun (toksin) sebelumnya. Penyebab terjadinya gastroenteritis yaitu menyantap makanan serta minuman yang tercemar bakteri Salmonella, seperti daging dan telur. Gejalanya akan berlangsung sekitar delapan hingga empat puluh delapan jam berupa pusing, mual ataupun muntah, diare, juga ditemui darah pada tinja, beserta hendak terjadi demam ringan yang bisa sembuh dalam dua sampai tiga hari.
  • Demam tifoid (penyakit tipes) ini yang diakibatkan oleh bakteri salmonella typhi A, B, dan C. Terjadinya penyakit ini akan dimulai dari bakteri Salmonella masuk ke mulut melalui makanan atau minuman yang sudah tercemar lalu masuk kedalam usus halus dan sebagian hancur di dalam lambung, kemudian ke kelenjar getah bening, menerobos ke ductus thoracicus. Lalu bakteri menuju kedalam salurah darah yang akan terlihat gejala setelah itu sampai ke hati, limpa, sumsum tulang, ginjal, dan lainnya. Bakteri akan berkembang biak didalam tubuh dan akan terjadinya demam tifoid atau tipes.
  • Bakterimia (septikimia) yaitu penyakit yang ditemukan pada infeksi Salmonella non-typhi dan demam tifoid. Indikasi akan keluar berupa panas serta bakterimia intermiten, juga bisa terdapat abnormalitas lain berupa osteomyelitis, pneumonia, abses paru-paru, meningitis, dan lainnya. Jika bakteri Salmonella typhi berada didalam darah sangat beresiko sekali 10 terjadinya infeksi. Perkembang biakan bakteri didalam tinja berupa negatif dan bakterimia ini tidak menyerang saluran pencernaan (usus).
  • Carrier (pembawa) ini merupakan individu yang terinfeksi Salmonella typhi yang akan membuang sisa-sisa bakteri didalam fese dalam kurung waktu yang bermacam-macam dikenal dengan istilah carrier convalescent seumpama pasien tidak lagi mengeluarkan pembuangan sisa metabolisme bakteri Salmonella typhi dalam waktu dua sampai tiga bulan. Pengidap yang berjalan melakukan ekskresi bakteri Salmonella dalam waktu 1 tahun dikenal dengan istilah carrier kronik.

Beberapa golongan masyarakat yang rawan terkena Salmonellosis diantaranya:

  • Berusia yang rawan kritis antara lain termasuk bayi (balita), anak-anak, atau usia lebih dari 65 tahun. Tidak menutup kemungkinan pada remaja bisa terjangkit bakteri Salmonella.
  • Mempunyai sistem imun tubuh yang lemah pada seseorang, contohnya pada orang dengan riwayat penyakit HIV/AIDS, orang yang sedang menjalani transplantasi organ, maupun orang yang mendapatkan perawatan kemoterapi ataupun radiasi.
  • Orang yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit peradangan usus, sel sel selaput lendir pada usus yang sudah menempuh kerusakan sebelumnya lebih sensitif terkena bakteri Salmonella.
  • Memiliki anggota keluarga yang mengalami infeksi Salmonella.
  • Mempunyai hewan peliharaan terutama pada unggas seperti burung atau reptil, karena dapat membawa Salmonella.
  • Menempuh perjalanan ke negara berkembang, yang mana sanitasinya buruk atau kebersihan di bawah sfesifikasi standar.
  • Penggunaan obat antasida yang bisa menurunkan pH di dalam lambung, berakibat bakteri Salmonella akan lebih mudah masuk dan bertahan hidup di usus.
  • Penggunaan obat antibiotik tanpa indikasi yang kurang tepat dari dokter, mampu menurunkan sejumlah bakteri baik dalam usus, lalu Salmonella dengan mudah merusak usus.

Penyakit Salmonellosis sangat sulit dideteksi, harus ada pemeriksaan fisik seperti memeriksa perut apabila terasa empuk dan mencari ruam dengan bintikbintik merah muda kecil di kulit. Apabila bintik tersebut disertai demam tinggi, terindentifikasi Salmonella yang serius maka akan terjadi demam tifoid. Selain 13 pemeriksaan fisik juga harus uji tes pada darah, urine, ataupun feses. Tes ini bertujuan untuk mencari bukti yang spesifik bahwa menunjukkan gejala terinfeksi bakteri Salmonella di tubuh penderita.

Cara menangani atau mencegah penyakit Salmonellosis bisa dimulai dari hal-hal sederhana dari individu ataupun dari lingkungan sekitar masyarakat, diantaranya:

  • Mengatur atau mengolah makanan dengan baik dan benar, harus dimasak sampai benar benar matang
  • Mengecek dengan teliti kebersihan tempat masak sebelum dan sesudah menyediakan makanan yang beresiko meningkatkan gejala
  • Mencuci tangan hingga bersih (biasakan 6 langkah cuci tangan)
  • Memakai alat-alat terpisah untuk makanan mentah dan matang
  • Mencuci alat makan hingga benar benar bersih
  • Hanya minum susu atau jus hasil yang sudah di pasteurisasi
  • Budayakan kebersihan, jaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

Ingat ya, kebersihan bukan Cuma sebagian dari iman, tapi juga kunci dari kesehatan badan, salam sehat !

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3868/hati-hati-salmonellosis-asing-ya-istilahnya-cari-tau-yuk

1 2 3 4 5 6 26

Search

+