Mitos-mitos Menopouse

Setiap individu pasti akan mengalami proses penuaan. Pada tahap ini, akan terjadi penurunan dalam aspek fisik, mental, dan sosial, yang secara bertahap membuat mereka kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Kelompok usia ini berada di fase terakhir dari proses penuaan. Menopause adalah proses transisi dari masa produktif ke masa non-produktif yang terjadi secara bertahap, disebabkan oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron seiring bertambahnya usia. Menopause, seperti halnya menarche dan kehamilan, dianggap sebagai momen penting dalam kehidupan seorang wanita. Menarche menandai awal produksi hormon estrogen pada remaja perempuan, sementara menopause terjadi ketika ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen. Pada usia sekitar 45 tahun, ovarium mulai mengalami penuaan dan kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan estrogen. Seiring berjalannya waktu, seluruh sistem hormonal mengalami penurunan fungsi secara bertahap, yang menyebabkan perubahan dalam sekresi hormon. Hal ini berpengaruh pada perubahan fisik serta kondisi psikologis perempuan yang menghadapi fase menopause, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hubungan seksual dalam pernikahan. Penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan berkurangnya produksi hormon, terutama estrogen dan progesteron, dapat menyebabkan berbagai keluhan fisik dan psikologis pada perempuan. Kekurangan estrogen ini sering memengaruhi kualitas hidup, yang merupakan persepsi seseorang terhadap kemampuannya menjalani berbagai aspek kehidupan. Jika masalah ini tidak ditangani dengan baik, perempuan yang mengalaminya bisa merasa tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi, yang sejatinya merupakan bagian dari proses alami dalam kehidupannya sebagai seorang perempuan. Oleh karena itu, apakah benar bahwa masa menopause selalu berhubungan dengan penurunan kualitas hidup perempuan? Tulisan ini akan membahas bagaimana sebenarnya kualitas hidup perempuan yang telah mengalami menopauseMenopause proses transisi dari masa reproduktif ke non-reproduktif yang terjadi secara bertahap, akibat penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron seiring bertambahnya usia.

Mitos-mitos Menopouse

Banyak mitos atau keyakinan yang berkembang di masyarakat mengenai menopause begitu kuat diyakini, sehingga membuat perempuan cenderung memiliki pandangan negatif saat mengalaminya.

1.    Perempuan yang mengalami menopause sering kali dianggap sebagai tanda penuaan atau dianggap telah melewati masa suburnya. Dengan berhentinya menstruasi, perempuan dianggap kehilangan kemampuannya untuk melahirkan anak, yang juga dipandang sebagai berkurangnya peranannya dalam melanjutkan generasi. Selain itu, penurunan atau penghentian produksi hormon estrogen dapat mempengaruhi hilangnya ciri-ciri kecantikan yang selama ini menjadi identitas dan kebanggaan bagi banyak perempuan.

2.    Menopause sering kali dihubungkan dengan perubahan peran seorang wanita sebagai istri dan ibu. Banyak perempuan yang mengalami menopause pada saat yang hampir bersamaan dengan puncak karier suami mereka. Pada masa ini, banyak suami yang lebih fokus pada pekerjaan sehingga waktu untuk berinteraksi dengan istri menjadi terbatas. Selain itu, anak-anak mereka biasanya sudah beranjak remaja atau dewasa muda.

3.    Beberapa wanita yang mengalami menopause merasa kehilangan daya tarik seksual dan mengalami penurunan dalam aktivitas seksual mereka. Ada yang beranggapan bahwa setelah menopause, mereka tidak lagi mampu memberikan kepuasan seksual kepada suaminya, bahkan mereka merasa tidak dapat menikmati hubungan intim karena elastisitas jaringan genital yang menurun. Beberapa juga meyakini bahwa wanita menopause sebaiknya menghindari hubungan seksual, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan. Keyakinan tersebut mendorong sebagian wanita untuk mengurangi atau menghindari aktivitas seksual, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan suami istri. Kondisi ini berpotensi menimbulkan masalah yang lebih kompleks dalam hubungan mereka.

4.    Mitos lain yang beredar adalah bahwa menopause identik dengan gangguan emosional, seperti munculnya rasa cemas, tegang, kesedihan, mudah marah, mudah tersinggung, gugup, stres, dan depresi.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3836/mitos-mitos-menopouse

Gizi untuk Proses Penyembuhan Luka pada Pasien dengan Diabetic Foot Ulcer (DFU)

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang sering disebut sebagai pembunuh diam dan tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikelola sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu. Oleh karena itu, pengelolaan DM perlu dilakukan seumur hidup. Neuropati diabetik, yang merupakan salah satu penyebab DFU, dapat mengakibatkan kaki pasien terasa mati rasa hingga mengalami luka yang serius. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa kerusakan pada sistem otonom dapat terjadi di kedua kaki. Jika luka tersebut terinfeksi, konsekuensi terburuknya adalah amputasi kaki. Oleh karena itu, selain merawat kaki, penderita diabetes sangat disarankan untuk memperhatikan pola makan dan asupan gizi yang mereka konsumsi. Proses penyembuhan luka memerlukan nutrisi tertentu untuk mempercepatnya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa gizi memainkan peran krusial dalam penyembuhan luka, karena nutrisi tersebut berkontribusi pada fungsi sistem kekebalan, sintesis kolagen, serta meningkatkan kekuatan dan elastisitas luka. Konsumsi gizi yang tepat dapat mendukung proses penyembuhan DFU. Sebagian besar pasien DFU mengalami kekurangan mikronutrien akibat pola makan yang tidak memadai, yang berujung pada masalah malnutrisi. Asupan gizi yang tepat dapat membantu proses penyembuhan DFU. Banyak pasien DFU mengalami kekurangan mikronutrien akibat pola makan yang tidak seimbang, yang dapat mengakibatkan masalah malnutrisi. Pengaturan asupan gizi, baik makronutrien maupun mikronutrien, secara terapeutik adalah metode yang efektif untuk mengontrol dan mengurangi komplikasi lanjutan dari DFU. Nutrisi yang tepat dapat membantu tubuh dalam proses penyembuhan luka. Pemantauan dapat dilakukan melalui beberapa faktor, seperti ukuran ulkus, indeks glikemik, profil lipid, serta biomarker inflamasi dan oksidatif.

Macronutrient untuk Pasien dengan DFU

1.    Lemak tak jenuh sering disebut sebagai lemak baik, dan salah satu contohnya adalah Omega-3. Omega-3, sebagai makronutrien, memiliki peran penting dalam pembentukan kolagen. Peningkatan produksi kolagen yang efisien sangat bermanfaat untuk proses penyembuhan luka pada kulit. Kolagen berfungsi dengan mengurangi jaringan parut dan memberikan kekuatan pada jaringan ikat, seperti ligamen. Suplementasi asam lemak omega-3 sebesar 1 gram per hari pada responden selama 12 minggu terbukti dapat menurunkan kadar insulin, trigliserida serum, dan tanda-tanda peradangan.

2.    Lemak juga memiliki peran sebagai agen anti-inflamasi dalam proses penyembuhan luka, seperti asam linolenat dan linoleat. Selain dari suplemen minyak ikan, omega-3 bisa didapatkan dari kuning telur, makanan laut seperti salmon, sarden, makarel, serta beberapa jenis minyak nabati, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

3.    Protein terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Ini adalah sumber utama untuk pertumbuhan dan pemeliharaan otot serta jaringan tubuh.

4.    Karbohidrat adalah salah satu makronutrien penting yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh. Komponen glikoprotein yang terdapat dalam glukosa dari karbohidrat berperan penting dalam proses penyembuhan luka, karena dapat mengaktifkan enzim heksonikase dan sitrat sintase.

5.    Seng merupakan elemen yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Penurunan kadar seng dapat menghambat epitelialisasi dan proliferasi fibroblas, serta meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, seng berperan dalam sintesis protein, berfungsi sebagai komponen untuk menyimpan insulin di pankreas, dan membantu kerja enzim dalam metabolisme lipid dan insulin di dalam tubuh. Suplementasi seng dapat mengurangi ukuran ulkus dan memperbaiki kadar glikemik, yang merupakan indikator dari penyembuhan luka.

6.    Vitamin E berkontribusi dalam mengurangi inflamasi dengan cara mengatur apoptosis, respons inflamasi, dan stres oksidatif, serta meningkatkan fungsi mitokondria dan ekspresi gen faktor pertumbuhan sel. Ini dapat mendukung metabolisme karbohidrat, karena ada peningkatan produksi magnesium dan glutathione yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada diabetes foot ulcer (DFU).

7.    Kekurangan vitamin D dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi. Mengonsumsi suplemen vitamin D dapat secara signifikan menurunkan kadar lipid dan lipoprotein. Selain itu, vitamin D berkontribusi pada peningkatan pengendalian glikemik, yang merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan luka.

8.    Mengonsumsi suplemen probiotik pada pasien DFU terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka, yang terlihat dari penurunan ukuran luka, serta membantu mengatur kadar glikemik dalam tubuh.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3840/gizi-untuk-proses-penyembuhan-luka-pada-pasien-dengan-diabetic-foot-ulcer-dfu

Penggolongan Obat Antihipertensi

Obat hipertensi salah satu solusi untuk mengkontrol tekanan darah supaya berada dalam posisi tekanan darah yang normal, yaitu berada dalam posisi 120 / 80 mmHg. Penggolongan obat hipertensi berdasarkan cara kerjanya, dikelompokkan atas :

  1. ACE Inhibitor
    ACE  inhibitor  bekerja  dengan  cara  menghambat  enzim  khusus  untuk  memproduksi  hormon angiotensin  II,  yaitu  hormon  yang  dapat  memicu  penyempitan  pembuluh  darah.  Dengan  begitu, pembuluh darah dalam melebar, aliran darah dapat lebih lancar, dan tekanan darah dapar menurun. Contoh ACE inhibitor adalah: BenazeprilCaptopril EnalaprilFosinoprilLisinoprilMoexipril, Perindopril, Quinapril, Ramipril, Trandolapril dan  Imidapril.
  2. Alpha-2 receptor agonist
    Alpha-2 receptor agonist bekerja dengan cara menekan aktivitas jaringan yang memproduksi hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Contoh alpha-2 receptor agonist adalah : Metildopa dan Clonidine
  3. Antagonis kalsium (calcium channel blocker)
    Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium ke otot jantung dan pembuluh darah, sehingga memperlambat denyut jantung dan melebarkan pembuluh darah, yang menurunkan tekanan , seperti : Amlodipine , Diltiazem, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine dan Verapamil.
  4. Angiotensin II receptor blocker (ARB)
    ARB bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II, sehingga pembuluh darah melebar dan tekanan darah pun menurun. Jenis-jenis obat ARB adalah: Candesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan dan Valsartan.
  5. Penghambat adrenergik perifer
    Penghambat adrenergik perifer mengurangi tekanan darah dengan memblokir neurotransmitter di otak. Obat ini digunakan pada pasien hipertensi jika pengobatan lain belum efektif. Contoh : Reserpine
  6. Diuretik
    Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Ada beberapa jenis diuretic yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah, yaitu:
    a. Diuretik loop >> Diuretik loop bekerja dengan membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan, sehingga dapat mengurangi cairan dialiran darah. Contoh : Furosemide , Torasemide
    b. Diuretik thiazide >> Obat  ini  bekerja  dengan  cara  menurunkan cairan di dalam tubuh dan juga memperlebar pembuluh darah. Contoh: Hydrochlorothiazide, Indapamide
    c. Diuretik hemat kalium >> Obat ini bekerja dengan cara mengurangi kadar air dan natrium di dalam tubuh dengan tetap mempertahankan kadar kalium. Contoh: Amiloride, Spironolactone
  7. Penghambat adrenergik perifer
    Bekerja dengan cara memblokir neurotransmitter di otak, sehingga tekanan darah dapat berkurang. Umumnya obat ini diberikan kepada pasien hipertensi jika obat antihipertensi lain belum ada yang berhasil. Contoh: Reserpine
  8. Penghambat alfa (alpha-blocker)
    Bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak mengikat dengan reseptor alfa. Cara kerja ini akan membantu sirkulasi darah lebih lancar, jantung berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Contoh: Doxazosin, Terazosin
  9. Penghambat beta (beta-blocker)
    Bekerja dengan cara menghambat hormon adrenalin, sehingga jantung berdetak lebih lambat. Dengan begitu, jantung memompa lebih sedikit darah dan dapat menurunkan tekanan darah. Contoh: Bisoprolol Propranolol
  10. Penghambat renin
    Bekerja dengan cara menghambat kerja senyawa kimiawi di dalam tubuh yang disebut renin. Cara kerja ini dapat memperlebar pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Contoh: Aliskiren

Efek samping obat antihipertensi bervariasi tergantung jenis, dosis, dan respons pasien. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi meliputi: batuk, pusing atau pening , sakit kepala

Diare, konstipasi, lelah, mengantuk, dan kurang bertenaga, ruam pada kulit, mual atau muntah, disfungsi ereksi, penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3844/penggolongan-obat-antihipertensi

10 Mitos dan Fakta Tentang Imunisasi yang Perlu Anda Ketahui

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit menular dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak melalui pemberian vaksin. Vaksin merupakan bakteri atau virus yang sudah dimatikan atau dilemahkan untuk merangsang pembentukan zat antibodi dalam tubuh. Pembentukan zat antibodi ini akan memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga kebal terhadap penyakit-penyakit tertentu.

Walaupun masih banyak yang khawatir terhadap efek simpang imunisasi akibat banyaknya mitos dan fakta tentang imunisasi, manfaatnya masih lebih besar daripada efek simpangnya. Pemberian imunisasi melindungi tubuh bayi dan anak dari serangan bakteri atau virus penyakit-penyakit tertentu, yang dapat mengancam jiwa dan kesehatan dalam jangka panjang. Imunisasi juga meningkatkan status kesehatan anak, yang akan berdampak pada kualitas tumbuh kembang dan produktivitasnya hingga ke masa depan.

Dalam sambutannya di perayaan Pekan Imunisasi Dunia pada bulan Mei 2024 yang lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, mengatakan di tahun 2024 ini ada lebih dari 2,8 juta anak berusia 1-3 tahun yang tersebar di 309 kabupaten dan 38 provinsi, yang belum atau tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Semakin meningkatnya informasi yang salah tentang imunisasi menimbulkan kekhawatiran berlebihan yang tidak beralasan tentang keamanan dan dampak imunisasi.

Mitos dan Fakta Imunisasi

Tentunya angka ini sangat mengkhawatirkan, karena akan mempengaruhi kualitas hidup sumber daya manusia di masa akan datang. Oleh karenanya, dibutuhkan upaya keras untuk menjawab berbagai mitos dan fakta tentang imunisasi yang beredar di masyarakat saat ini.

 

Mitos 1: Imunisasi Tidak Penting karena Penyakitnya Sudah Hilang

Dilansir dari sebuah artikel di UNICEF, saat ini di seluruh dunia ada sekitar 20 juta anak yang belum diimunisasi atau mendapatkan imunisasi dasar tidak lengkap, karena menganggap wabah penyakitnya sudah hilang.  Akibatnya, beberapa penyakit berbahaya, yang dulu bisa dicegah oleh vaksin, kini muncul kembali di negara-negara maju dan berkembang, termasuk campak, pertusis (batuk rejan), difteri dan polio.

 

Mitos 2: Imunisasi Menyebabkan Penyakit

Pemberian imunisasi ada kalanya diikuti dengan efek simpang atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), seperti demam, sakit kepala, nyeri dan bengkak di sekitar area suntikan, kelelahan, anak menjadi rewel dan lain sebagainya. Namun, ini merupakan efek samping yang normal dan biasanya akan sembuh sendiri setelah 3-4 hari. 

Anda bisa memberi anak obat penurun panas, kompres air hangat, ASI, jus buah atau susu untuk membantu meringankan gejalanya. Selain itu juga, hindari aktivitas fisik yang terlalu berat atau menguras energi setelah vaksin, untuk mengurangi ketidaknyamanan atau rasa lelah setelah melakukan imunisasi. 

Segera periksa ke dokter atau tenaga kesehatan, jika gejala-gejala KIPI ini tidak kunjung membaik atau bertambah parah. Meski demikian, belum ada bukti medis konkrit yang menunjukkan adanya penyakit yang disebabkan oleh imunisasi.

 

Mitos 3: Vaksin Mengandung Bahan Berbahaya

Kandungan imunisasi terdiri dari berbagai bahan yang dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori komponen, yaitu:

Komponen utama

Komponen utama vaksin adalah antigen, yaitu kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang pembentukan sel-sel antibodi dan kekebalan tubuh. Sel-sel antibodi ini yang akan melindungi tubuh dari serangan penyakit, jika terpapar bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut.

Komponen tambahan

Komponen tambahan ini kadarnya rendah dan aman, terdiri dari

  • Zat penstabil, seperti sukrosa dan albumin, untuk menjaga stabilitas vaksin saat disimpan dengan sistem rantai dingin. 
  • Antibiotik dalam kadar yang sangat rendah, seperti neomycin, untuk mencegah kontaminasi bakteri saat vaksin diproduksi.
  • Bahan pengawet yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, seperti thimerosal, dan ditambahkan ke dalam vaksin dengan kemasan multidosis.
  • Ajuvan yang berperan untuk meningkatkan respon imunitas spesifik pada individu penerima, dan ditambahkan ke dalam beberapa jenis vaksin. Contohnya, garam aluminium.

 

Mitos 4: Imunisasi Hanya Perlu Dilakukan Sekali

Imunisasi penting untuk dilakukan sejak bayi baru lahir hingga berusia 2 tahun, sesuai dengan jadwal dan jenis yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Tujuannya untuk melindungi anak dari serangan infeksi penyakit berbahaya, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, cacat pada anak hingga kematian. Beberapa penyakit ini sifatnya menular, sehingga imunisasi tak hanya berperan untuk melindungi anak, tapi juga keluarga dan orang-orang di sekitarnya dari penularan penyakit tersebut.

Orang tua harus memastikan anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap secara tepat waktu. Bagaimana jika anak terlambat atau belum mendapatkan imunisasi sama sekali? Sekarang ada program vaksinasi kejar melalui pemberian imunisasi ganda pada anak, yaitu penyuntikan lebih dari satu jenis vaksin dalam satu kali kunjungan.

 

Mitos 5: Anak yang Sehat Tidak Membutuhkan Imunisasi

Faktanya, sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir hingga usia 2 tahun belum berkembang dengan sempurna, walaupun kondisi tubuhnya sehat dan pertumbuhannya sesuai grafik pertumbuhan anak seusianya.

Selain itu juga, infeksi penyakit menular tidak bisa diprediksi dan bisa terjadi kapan saja, sehingga lebih baik mencegah dengan memperkuat kekebalan tubuh anak, baik yang sehat maupun tidak sehat, melalui imunisasi.

 

Mitos 6: ASI Dapat Menjadi Pengganti Vaksin

ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan anak, termasuk antibodi untuk membentuk kekebalan tubuhnya. Pemberian ASI eksklusif, disertai makanan dengan gizi lengkap dan seimbang, memang dapat memberi perlindungan secara umum pada anak. Namun, perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu hanya bisa didapatkan melalui vaksin, sehingga anak wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

 

Mitos 7: Vaksin Tidak Efektif dalam Mencegah Penyakit

Vaksin telah terbukti efektif mencegah infeksi dan penyebaran wabah penyakit menular. Salah satu bukti keberhasilan vaksin adalah hilangnya penyakit cacar atau smallpox sejak tahun 1900-an. Padahal, zaman dulu 1 dari 3 penderita penyakit cacar meninggal dunia akibat infeksi virus variola ini.

Bukti nyata kesuksesan lainnya adalah terkendalinya wabah penyakit campak dan polio yang dulu membahayakan jiwa, hingga kini Indonesia pun termasuk negara yang sudah terbebas dari ancaman kedua jenis penyakit ini. Kemudian, yang baru-baru ini terjadi adalah keberhasilan mengendalikan wabah virus corona atau Covid-19 yang melumpuhkan dunia selama lebih dari 3 tahun sejak 2020.

 

Mitos 8: Imunisasi Dapat Menyebabkan Autisme

Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan keterkaitan autisme dengan imunisasi jenis apapun. Apalagi vaksin yang digunakan dalam setiap program imunisasi nasional telah diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lulus prakualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta telah mendapatkan rekomendasi NITAG (National Immunization Technical Advisory Groups.

 

Mitos 9: Kekebalan Tubuh Lebih Baik Dibangun Secara Alami

Banyak penyakit yang seringkali dianggap ringan, seperti campak, bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang berat bahkan mematikan, hanya dengan mengandalkan  kekebalan tubuh alami. Selain itu, kekebalan alami tidak selalu memberikan perlindungan jangka panjang, contohnya dalam hal penyakit batuk rejan (pertusis).

 

Mitos 10: Imunisasi Hanya untuk Anak-anak

Selain untuk anak-anak, imunisasi juga berperan penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh orang dewasa, termasuk yang sudah menjalankan gaya hidup sehat, 

dalam melawan serangan infeksi penyakit-penyakit tertentu.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyoroti pentingnya imunisasi  untuk orang dewasa, seperti Covid-19, HPV dan meningitis. Beliau juga menyebut lebih banyak lagi imunisasi yang akan dikembangkan untuk penyakit orang dewasa, sejalan dengan perkembangan teknologi kesehatan. 

Dengan begitu banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari imunisasi, seperti yang telah dijelaskan di atas, tak ada lagi alasan untuk tidak melakukan imunisasi baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Pahami berbagai mitos dan fakta tentang imunisasi, dan selalu cari kebenarannya dari sumber-sumber terpercaya, agar Anda dan keluarga dapat selalu hidup sehat berkualitas.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/mitos-dan-fakta-imunisasi

Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja dan Cara Menghadapinya

Masa remaja adalah masa yang penting dalam pembentukan generasi akan datang yang sehat, tangguh, dan produktif. Untuk mewujudkannya, menjaga kesehatan fisik saja tidak cukup. Kesehatan mental remaja juga memainkan peranan penting dalam menentukan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka. 

Namun, akhir-akhir ini masalah kesehatan mental di kalangan remaja semakin meningkat. Sebuah survei yang dilakukan oleh I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan sebanyak 15.5 juta atau sekitar 34.9% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Kemudian, data dari WHO juga menunjukkan 1 di antara 7 anak berusia 10-19 tahun mengalami masalah kesehatan mental.

Meski demikian, kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental bagi remaja ini, seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga semata, tapi juga masyarakat dan pemerintah. Dibutuhkan peran aktif semua pihak dan berbagai institusi untuk mendukung kesejahteraan dan kesehatan mental remaja.

Peran Kesehatan Mental dalam Perkembangan Remaja

Kesehatan mental yang baik dapat membantu remaja tumbuh kembang secara optimal, secara emosional, fisik dan sosial. Beberapa alasan pentingnya kesehatan mental yang baik bagi remaja adalah sebagai berikut:

1. Membantu Membangun Hubungan yang Sehat 

Kesehatan mental yang baik membuat remaja mampu membangun hubungan yang kuat dengan keluarga, teman dan orang-orang di sekitarnya, serta menjadi bagian dari komunitas.

2. Membantu Beradaptasi

Mereka akan mampu beradaptasi dengan perubahan dan berbagai tantangan hidup. Mereka bisa bangkit kembali dari rasa kecewa dan kesal. 

3. Memiliki Rasa Percaya Diri Tinggi

Mereka lebih menikmati hidup, merasa bahagia dengan dirinya sendiri, serta memiliki sikap positif dan rasa pencapaian.

4. Mendukung Kesehatan Fisik

Mereka akan menjadi lebih aktif dan sehat serta cukup beristirahat, sehingga mampu berkonsentrasi saat belajar, yang akan mendukung keberhasilannya dalam menyelesaikan pendidikan.

Tanda-tanda Masalah Kesehatan Mental pada Remaja

Gejala gangguan kesehatan mental seringkali diabaikan, karena dianggap sebagai perubahan yang normal terjadi di masa pubertas. Padahal, jika tidak ditangani dengan baik sejak dini, gejala-gejala umum ini bisa bertambah parah dan menjadi gejala gangguan kejiwaan yang berat, yang bahkan bisa berujung pada perilaku menyakiti diri atau bunuh diri.

Berikut adalah tanda-tanda masalah kesehatan mental pada remaja, yang harus diwaspadai oleh orang tua dan orang lain di sekitarnya:

1. Kesulitan Mengendalikan Emosi

Remaja yang kesehatan mentalnya terganggu mengalami kesulitan mengelola emosinya. Ia menjadi lebih sensitif, bisa marah meledak-ledak atau merasa sedih berlebihan tanpa alasan yang jelas. 

 

2. Mengalami Perubahan Perilaku

Jika anak remaja tiba-tiba mudah tersinggung, mengamuk, memberontak atau berperilaku seperti anak kecil, bisa saja ini merupakan tanda-tanda masalah kesehatan mental. Ia mungkin juga kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa ia lakukan, seperti pergi ke sekolah atau bermain bersama teman.

3. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Tanda gangguan kesehatan mental lainnya adalah anak akan merasa cemas berlebihan saat berada di antara orang lain, dan takut terhadap penolakan, sehingga cenderung menarik diri dan menghindar dari keramaian.

 

4. Kehilangan Rasa Percaya Diri

Masalah kesehatan mental juga dapat membuat anak remaja merasa tidak berharga dan menyalahkan dirinya sendiri. Untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, anak kadang melampiaskannya dengan melakukan hal-hal buruk, seperti merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.

 

5. Prestasi Menurun

Hilangnya minat terhadap sekolah dan aktivitas lainnya dapat mengganggu kemampuannya belajar. Kondisi ini juga akan melemahkan kemampuan kognitifnya, seperti berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah, sehingga prestasinya di sekolah akan menurun.

 

6. Gangguan Makan dan Tidur

Anak remaja yang terganggu kesehatan mentalnya dapat mengalami perubahan pola tidur, seperti susah tidur atau sebaliknya tidur berlebihan. Kebiasaan makan pun bisa berubah, seperti kehilangan nafsu makan, atau justru makan berlebihan (stress eating), sehingga membuatnya berpotensi mengalami obesitas.

7. Gangguan Fisik

Beberapa keluhan fisik yang bisa ditimbulkan oleh masalah kesehatan mental, antara lain sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, sakit punggung, tidak bersemangat dan bertenaga.

Mekanisme Koping Remaja dalam Menghadapi Stres

Setiap orang memiliki strategi atau mekanisme koping (coping mechanism) saat mengalami stress, keadaan tertekan atau emosi yang negatif. Mekanisme koping ini membantu remaja mengatasi ketidaknyamanan dari berbagai perasaan negatif yang dialaminya, agar keseimbangan emosional tetap terjaga dan remaja dapat belajar beradaptasi dengan setiap perubahan yang dihadapinya.

Mekanisme koping ini ada yang bersifat negatif, seperti makan berlebihan (stress eating), merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang atau belanja secara impulsif (impulsive buying). Bagaimana mekanisme koping yang efektif agar remaja dapat mengelola stress dan emosi negatifnya dengan sehat? Berikut cara-caranya:

1. Mengenali Penyebab Masalah

Dengan mengetahui penyebab stres atau emosi yang dirasakannya, remaja dapat membuat keputusan dan tindakan yang tepat, seperti mencari bantuan atau konseling, mengakhiri hubungan dengan orang yang menjadi sumber perasaan negatif, atau menetapkan batasan bagi diri sendiri.

 

2. Berolahraga 

Olahraga seperti bersepeda, jogging, berenang, atau yoga dapat membantu membuat perasaan lebih rileks dan nyaman. 

 

3. Melakukan Hobi  

Menekuni hobi seperti melukis, menari atau bermain musik juga dapat membantu remaja mengekspresikan diri dan perasaannya. 

 

4. Journaling

Membuat jurnal tentang pikiran dan perasaan yang dialami, serta mencatat hal-hal yang perlu dilakukan dapat membantu remaja lebih fokus terhadap tindakan yang harus dilakukannya. 

 

5. Self Care

Merawat diri, beristirahat cukup dan melakukan relaksasi seperti yoga dan menditasi dapat membantu remaja membangun pikiran positif dan kepercayaan diri, serta memaafkan orang atau hal-hal yang menyakitinya.

 

6. Melakukan Aktivitas yang Disukai

Bermain dengan hewan peliharaan, traveling ke tempat-tempat baru, masak makanan yang disukai, atau berkebun dapat mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif, serta membantu remaja lebih mencintai diri dan hal-hal di sekitarnya. 

Bahaya Self Diagnosis

Selain mekanisme koping, Anda atau anak remaja Anda juga harus mencari bantuan dari tenaga kesehatan profesional. Namun, seringkali rasa malu dan takut terhadap stigma buruk yang akan diterima dari keluarga dan orang-orang lain, membuat remaja memilih untuk mencari informasi sendiri dan melakukan self diagnosis. Apalagi remaja memiliki akses yang luas terhadap internet dan media sosial, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan banyak informasi dari banyak sumber.

Waspada bahaya self diagnosis, karena bisa membuat diagnosa atau analisa yang dilakukan keliru dan tidak tepat. Self diagnosis merupakan tindakan menentukan kondisi kesehatan mental diri sendiri berdasarkan pengalaman pribadi dan informasi yang dicari sendiri, tanpa bantuan tenaga kesehatan profesional. Jika diagnosis yang dilakukan salah, penanganan dan pengobatan gangguan kesehatan mentalnya pun bisa keliru. Hal ini malah akan membuat kondisi kesehatan mental Anda menjadi semakin parah, meningkatkan kecemasan, atau bahkan menimbulkan gangguan kesehatan mental lainnya.

Sebaliknya, jika Anda meminta bantuan tenaga kesehatan profesional, Anda akan mendapatkan diagnosis yang tepat, serta pengelolaan kesehatan mental terbaik bagi kondisi yang sedang Anda alami.

Pentingnya Teman Bicara

Selain tenaga kesehatan profesional, Anda pun bisa menceritakan permasalahan yang Anda alami kepada orang-orang yang Anda percaya, seperti orang tua, saudara atau sahabat. Memiliki teman bicara yang baik diyakini dapat meringankan separuh beban yang Anda pikul, karena mereka bisa mendengarkan keluh kesah Anda, menemani dan mendukung di saat sulit, serta memberi perspektif baru pada permasalahan dan pikiran Anda.

Memiliki teman bicara yang baik juga dapat menjauhkan remaja dari risiko depresi dan semakin terpuruk ke dalam pikiran-pikiran negatif, yang dapat berujung pada tindakan menyakiti diri dan bunuh diri.

Perundungan di Kalangan Remaja

Remaja adalah kelompok orang yang rentan mengalami bullying atau perundungan. Perundungan merupakan tindakan mengusik, mengganggu dan menyakiti orang lain yang dilakukan dari waktu ke waktu. Bentuknya bisa berupa:

  • Fisik, seperti memukul, mendorong, menendang, melecehkan, memeras, sampai merusak barang-barang.
  • Verbal berupa caci maki, hinaan, atau ejekan.
  • Dalam hubungan, misalnya dengan menjauhkan pasangan dari keluarga dan teman-teman, mengancam dan menyebarkan kebohongan tentang pasangan, atau melakukan hal-hal yang tidak disukai.

Perundungan berdampak buruk pada kesehatan mental dan membuat korban merasa gelisah, cemas, takut setiap saat, mudah marah dan depresi.

Jika Anda mengalami perundungan, beranikan diri untuk menceritakannya kepada orang-orang yang dipercaya, seperti orang tua, sahabat, guru atau saudara. Anda juga bisa meminta bantuan tenaga ahli, seperti psikolog, atau konseling ke kanal-kanal yang tepat.

Meningkatkan Kesadaran Pentingnya Kesehatan Mental

Orang tua memainkan peranan penting dalam mendukung kesehatan mental anak remaja. Orang tua seharusnya menjadi orang pertama yang sadar, jika anak sedang mengalami gangguan kesehatan mental. 

Orang tua harus terlibat dalam kehidupan anak, serta terus menunjukkan cinta, kasih sayang dan perhatian pada mereka. Dorong komunikasi yang terbuka, agar anak berani menceritakan permasalahannya kepada orang tua dan menemukan jalan keluarnya bersama-sama. Beri pujian dan apresiasi atas pencapaian anak agar ia lebih percaya diri. 

Selain orang tua dan keluarga, sekolah dan masyarakat juga berperan dalam meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental bagi remaja. Saat ini, ada banyak program dan inisiatif, yang dilakukan oleh sekolah, kampus, pemerintah, maupun institusi global seperti UNICEF yang bisa diikuti oleh remaja dan orang tua untuk mendukung kesejahteraan mental para remaja.

Janganlah segan membicarakan masalah kesehatan mental, serta mencari bantuan jika melihat atau mengalami gangguan kesehatan mental. Keterbukaan merupakan kunci untuk mengatasi masalah kesehatan mental remaja secara lebih cepat.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/pentingnya-kesehatan-mental-bagi-remaja

Kesehatan Jiwa Pada Penderita Hipertensi: Solusi Masa Kini

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi medis serius yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan masalah kesehatan lainnya. Penderita hipertensi sangat penting untuk dapat mengendalikan tekanan darahnya, sehingga membantu mereka dalam meningkatkan kualitas hidup. Dalam upaya tersebut, penderita hipertensi harus meningkatkan pengetahuan dan memahami apa itu hipertensi, penyebabnya, dan risiko yang ditimbulkan. Pemahaman yang benar harus diikuti sikap dan perilaku yang benar. Tanpa sikap dan perilaku yang benar, maka pemahaman yang benar tidak ada manfaatnya. Untuk itu, penderita hipertensi harus mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, seperti mengatur pola makan, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres. Lebih utama lagi kepatuhan dan keteraturan minum obat sesuai yang diresepkan serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Di samping itu, penderita hipertensi harus mampu mengatasi dampak psikologis dari hipertensi agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Pengertian dan Gejala Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri (pembuluh darah) lebih tinggi dari normal. Tekanan darah ini berperan penting dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Namun, ketika tekanan terlalu tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dan dapat merusak pembuluh darah. Seseorang didiagnosa atau dikatakan hipertensi, apabila tekanan darahnya secara konsisten di atas 130/80 mmHg.

Hipertensi umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga sering disebut sebagai “silent killer/pembunuh senyap.” Namun, jika tekanan darah terus meningkat, maka gejala yang akan muncul antara lain sakit kepala, pusing, mimisan, gangguan penglihatan, sesak napas dan nyeri dada.

Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi beragam, seperti faktor genetik/keturunan atau riwayat keluarga, gaya hidup tidak sehat (kurang olahraga, asupan garam berlebih, konsumsi rokok dan alkohol), obesitas, usia, dan kondisi medis tertentu (penyakit ginjal, diabetes, dan gangguan hormon).

Dampak Hipertensi

Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti serangan jantung dikarenakan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat akibat hipertensi, stroke skibat pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang menyebabkan kerusakan otak, gagal ginjal dikarenakan hipertensi merusak pembuluh darah di ginjal, sehingga mengganggu fungsi ginjal dan aneurisma atau pelebaran abnormal pada dinding arteri, yang dapat pecah dan menyebabkan perdarahan hebat.

Pengelolaan Hipertensi

Pengelolaan hipertensi dilakukan dengan pengobatan secara teratur sesuai resep dokter, perubahan gaya hidup dengan olahraga secara teratur, mengontrol tekanan darah dan berat badan secara rutin, mengurangi konsumsi garam dan kafein, berhenti merokok dan minum alkohol, konsumsi makanan sehat, seperti perbanyak buah, sayur, dan biji-bijian, mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk membantu mengelola stres.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi

Secara umum, upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan kelas edukasi hipertensi, bincang-bincang dengan ahli gizi dan psikolog atau psikiater, demo memasak makanan sehat untuk penderita hipertensi, senam bersama melalui program Prolanis dan skrining atau pemeriksaan kesehatan secara berkala. Upaya tersebut dapat terintegrasi dengan upaya promosi Kesehatan. Materi yang disampaikan pada kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pemahaman peserta, tentunya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan contoh-contoh yang relevan.

Upaya Penyehatan Jiwa Penderita Hipertensi

Hipertensi tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Stres, kecemasan, dan depresi yang sering kali menyertai hipertensi dapat memperburuk kondisi kesehatan penderita hipertensi secara keseluruhan. Jadi, hipertensi erat kaitannya dengan masalah kejiwaan, sehingga pencegahan dan pengendalian hipertensi harus dilaksanakan secara terintegrasi dengan penanganan masalah kejiwaan pada penderita hipertensi. 

Kaitan Hipertensi dan Kesehatan Jiwa

Stres dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Sebaliknya, naiknya tekanan darah yang berkepanjangan juga dapat memicu dan meningkatkan stres dan kecemasan. Hipertensi seringkali juga dikaitkan dengan gangguan tidur seperti insomnia, yang dapat memperburuk suasana hati dan meningkatkan risiko depresi. Hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak terkendali dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan, mempengaruhi aktivitas sehari-hari, dan hubungan sosial. Hipertensi dan gangguan atau masalah kejiwaan seperti lingkaran setan, saling mempengaruhi dan dapat berakibat buruk terhadap kualitas hidup.

Integrasi Promosi Kesehatan Fisik dan Jiwa pada Penderita Hipertensi

Menurut Leavel and Clark, dalam dunia kesehatan masyarakat dikenal 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit yang dikenal dengan five level of prevention, yaitu promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan yang cepat, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi.

Untuk keberhasilan pengendalian hipertensi, tidak hanya dilakukan diagnosis dini dan terapi medis, tetapi juga memerlukan upaya promosi kesehatan, perlindungan khusus, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi. Upaya promosi kesehatan pada penderita hipertensi, tidak hanya untuk peningkatan kesehatan fisik penderita, tetapi juga jiwanya, mengingat kondisi hipertensi tidak terlepas dari kondisi mental atau kejiwaan seseorang.

Hal penting dalam melakukan promosi kesehatan jiwa pada penderita hipertensi adalah meningkatkan kesadaran penderita hipertensi tentang pentingnya kesehatan jiwa, terutama dalam mengatasi masalah gangguan tidur, stres, cemas, dan lain-lain. Selanjutnya, mengurangi stigma terkait masalah kesehatan jiwa pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi biasanya mengalami gangguan emosional, sehingga cenderung mengalami stigma dan diskriminasi. Upaya penting lainnya adalah meningkatkan keterampilan penderita hipertensi dalam mengelola dan mengatasi stres dengan membekali keterampilan penderita hipertensi dalam mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Berikutnya membantu penderita hipertensi menjalani hidup yang lebih berkualitas dan bahagia.

Untuk mencapai hal-hal tersebut, perlu dilakukan promosi kesehatan jiwa secara sederhana dan pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Penderita hipertensi dan keluarganya perlu diberittahu bahwa hipertensi dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan perilaku seseorang. Untuk itu, mereka harus mengetahui gejala umum gangguan kesehatan jiwa seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Terkait dengan hal tersebut, mereka harus mengetahui teknik mengelola stres, termasuk teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau teknik relaksasi otot progresif. Orang-orang di sekitar mereka juga diberitahu tentang pentingnya membangun hubungan sosial yang positif dan mencari dukungan dari keluarga dan teman. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kapan mereka harus mencari bantuan professional, termasuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Penyampaian hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui penyuluhan, dengan kelompok diskusi, ceramah, atau workshop. Cara lainnya dengan konseling untuk memberikan dukungan individual atau kelompok dalam mengatasi masalah emosi. Melatih kesadaran diri untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup juga sangat penting. Selanjutnya dapat didukung dengan terapi kelompok dengan cara memfasilitasi kelompok diskusi bagi penderita hipertensi untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung. Bagi penderita yang melek teknologi, dapat didukung dengan menyediakan informasi dan alat bantu untuk mengelola stres dan kecemasan melalui aplikasi mobile. Dengan mengintegrasikan promosi kesehatan jiwa dalam upaya pengelolaan hipertensi, kita dapat membantu penderita hipertensi mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Untuk membantu penderita hipertensi mencapai kualitas hidup yang lebih baik, perlu mengintegrasikan kesehatan jiwa dalam upaya pengelolaan hipertensi. Jangan takut konsultasi ke psikolog atau psikiater. Jiwa tenang, hati senang, tidur nyaman, hipertensi terkendali. 

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/kesehatan-jiwa-pada-penderita-hipertensi-solusi-masa-kini

Kenali Berbagai Manfaat Asam Linoleat

Asam linoleat  merupakan asam lemak esensial utama dan telah menarik perhatian para ahli gizi selama bertahun-tahun. Akan tetapi, isomer terkonjugasi asam linoleat (CLA) telah menarik perhatian yang sangat besar baru-baru ini. CLA merupakan campuran dari delapan isomer posisional dan geometrik asam linoleat yang memiliki sejumlah sifat yang meningkatkan kesehatan, termasuk aktivitas antikarsinogenik dan antiaterogenik, pengurangan efek katabolik dari stimulasi imun dan kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi lemak tubuh. Makanan yang mengandung lemak yang berasal dari ruminansia, terutama susu dan produk olahan susu, merupakan sumber utama CLA yang diproduksi sebagai zat antara selama biohidrogenasi asam linoleat oleh bakteri rumen, Butyrivibrio fibrisolvens dan lebih tinggi dalam lemak susu sapi di pegunungan dibandingkan di padang rumput dataran rendah. Konsentrasi CLA dalam lemak susu dapat ditingkatkan 5-7 kali lipat dengan meningkatkan kadar asam linoleat dalam makanan, misalnya, dengan infus duodenum atau dengan memberikan minyak yang kaya akan asam linoleat, misalnya, minyak bunga matahari . Sejumlah lipid lain mungkin memiliki aktivitas antikarsinogenik, misalnya : sphingomyelin, asam butanoat dan lipid eter, namun sedikit data yang tersedia sampai saat ini. Asam linoleat tidak hanya penting bagi tumbuh kembang janin. Rutin mengonsumsi makanan yang mengandung asam linoleat juga dapat menjaga kesehatan jantung dan menurunkan tekanan darah. Asam linoleat merupakan salah satu jenis asam lemak esensial omega-6 yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Oleh karena itu, Anda harus memenuhi kebutuhannya dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan omega-6, seperti kacang-kacangan atau biji-bijian.

Mengenal Berbagai Manfaat Asam Linoleat

Di dalam tubuh, asam linoleat akan diubah menjadi asam gamma-linolenat. Senyawa ini sangat penting untuk tumbuh kembang otak janin. Pada orang dewasa, asam linoleat juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan tulang, kulit, maupun rambut.

Berikut adalah berapa manfaat asam linoleat untuk tubuh :

1.      Menurunkan kadar kolestrol

Salah satu manfaat dari tercukupinya asupan asam linoleat adalah berkurangnya kadar kolesterol total dan kolestrol jahat (LDL). Hal ini karena asam linoleat dapat meningkatkan produksi enzim yang mampu memecah kolesterol menjadi asam empedu agar mudah diserap oleh tubuh.

2.      Menjaga kesehatan jantung

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa memenuhi kebutuhan asam linoleat dapat mengurangi kadar kolestrol jahat. Manfaat ini dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan jantung. Pasalnya, kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor penyebab serangan jantung maupun penyakit jantung lainnya.

Untuk mendapatkan manfaat asam linoleat untuk kesehatan jantung dengan maksimal, Anda dapat mengganti makanan yang mengandung asam lemak jenuh atau lemak jahat, seperti daging berlemak, keju, dan mentega, dengan makanan yang mengandung asam linoleat, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian.

3.      Mendukung perkembangan saraf janin

Asam linoleat juga memiliki peran penting dalam tumbuh kembang saraf janin. Tak hanya itu, asam linoleat juga dibutuhkan janin dalam proses perkembangan otot, kulit, dan lemak tubuh.

4.      Mencegah terjadinya penyakit Alzheimer

Tidak hanya bermanfaat untuk janin, kandungan asam linoleat yang terdapat pada ASI dan susu formula yang dikonsumsi bayi juga dapat mengurangi risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh gangguan kognitif, seperti penyakit Alzheimer.

Hal ini karena asam linoleat dapat menurunkan stres oksidatif di dalam tubuh. Dengan demikian, tubuh dapat terhindar dari kerusakan jaringan yang memicu terjadinya penyakit Alzheimer.

5.      Mencegah osteoporosis

Penelitian terhadap wanita yang beruisa lebih dari 65 tahu dan mengalami osteoporosis menunjukkan bahwa rutin mencukupi kebutuhan asam linoleat dapat memperlambat perburukan kondisi tersebut.

Penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun ini menunjukkan bahwa wanita yang rutin mengonsumsi asam linoleat terbukti mengalami pengoroposan tulang yang lebih sedikit daripada wanita yang tidak mengonsumsinya.

6.      Menurunkan tekanan darah

Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung asam linoleat dan makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa rutin mengonsumsi salah satu makanan yang kaya akan asam linoleat, yaitu kacang kenari, sebanyak 28 gram sehari dapat menurunkan tekanan darah.

Berbagai Sumber Asam Linoleat

Orang yang berusia 19-50 tahun membutuhkan sekitar 12-17 gram asam linoleat per hari. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam linoleat. Selain itu, ada pula minyak nabati yang tinggi kandungan asam linoleat, seperti evening primrose oil.

Berikut ini adalah beberapa contoh makanan yang kaya akan asam linoleat beserta kandungannya tiap 100 gram :

1.   Kenari : 38 gram

2.   Biji bunga matahari : 37 gram

3.   Minyak alpukat : 13 gram

4.   Almond : 12 gram

5.   Selai kacang : 12 gram

6.   Kacang mete : 8 gram

7.   Tahu : 5 gram

Anda dapat mengombinasikan maupun mengolah berbagai jenis makanan di atas untuk memenuhi kebutuhan harian dan mendapatkan manfaat dari asam linoleat. Namun, perhatikan juga jumlah dan cara pengolahan makanan tersebut agar tidak menambah terlalu banyak kalori di dalam tubuh. Pasalnya, asupan kalori yang berlebih dapat memengaruhi kesehatan.

Konsumsi makanan yang kaya akan asam linoleat sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian akan nutrisi tersebut. Jadi, jangan mengonsumsi suplemen asam linoleat tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Hal ini terlebih penting dilakukan jika Anda tengah hamil maupun menderita penyakit paru-paru atau diabetes. Dengan begitu, dokter dapat menyarankan dosis asam linoleat yang sesuai bagi Anda.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3845/kenali-berbagai-manfaat-asam-linoleat

Kenali Gejala dan Penyebab Gondongan

Gondongan adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi biasanya menyerang kelenjar parotis (kelenjar yang memproduksi air liur) sehingga memicu pembengkakan. Gejala umum saat seseorang mengalami gondongan adalah pembengkakan pada pipi dan rahang. Kelenjar parotis, yang terletak di bawah telinga, berfungsi untuk memproduksi air liur. Gondongan terjadi ketika kelenjar parotis mengalami peradangan akibat infeksi virus dari golongan paramyxovirus. Virus tersebut dapat dengan mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau air liur yang keluar mulut atau hidung. Penyakit ini perlu diatasi dengan baik karena dapat memicu komplikasi pada pengidapnya, seperti penyebaran infeksi virus pada otak hingga kehilangan pendengaran. Untuk itu, penting mengetahui pencegahan atau pengobatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko gondongan.

 

Penyebab Gondongan

Gondongan disebabkan oleh infeksi virus dari golongan paramyxovirus. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia kemudian akan menetap, berkembang biak, dan menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada kelenjar parotis.

Penyebaran virus ini bisa dengan mudah terjadi saat :

  1. Menghirup percikan lendir saat penderita batuk, bersin, dan berbicara.
  2. Melakukan kontak langsung dengan penderita, misalnya berciuman.
  3. Menyentuh benda-benda yang ada di sekitar penderita, lalu menyentuh hidung dan mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
  4. Berbagi alat makan dan minum dengan penderita.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena gondongan, yaitu :

  1. Belum mendapat vaksin MMR untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan rubella.
  2. Berusia 2-12 tahun.
  3. Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat menderita HIV/AIDS, menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka panjang, atau sedang dalam pengobatan kemoterapi.
  4.  Tinggal atau bepergian ke daerah yang memiliki banyak kasus gondongan.

 

Gejala Gondongan

Gejala gondongan biasanya baru akan muncul 12-25 hari setelah terinfeksi virus. Gondongan ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotis dan gejala penyakit infeksi.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang akan timbul saat terjadi gondongan :

  1. Pipi bengkak, bisa hanya satu sisi atau kedua sisi, akibat pembengkakan kelenjar parotis.
  2. Nyeri saat mengunyah atau menelan makanan.
  3. Demam hingga 39°C.
  4. Mulut kering
  5. Sakit kepala
  6. Nyeri sendi
  7. Nyeri perut
  8. Mudah lelah
  9. Hilang nafsu makan.

Meski demikian, pada beberapa penderita, gejala gondongan dapat lebih ringan atau menyerupai gejala pilek. Beberapa penderita bahkan tidak mengalami gejala apa pun.

Segera Ke Dokter

Pemeriksaan ke dokter perlu segera dilakukan jika Anda atau anak Anda mengalami gejala yang lebih serius, seperti :

  1. Sakit kepala hebat.
  2. Kesadaran menurun atau pingsan.
  3. Kejang

 

Pemeriksaan Gondongan

Dokter akan melakukan pemeriksaan pada pipi atau leher pasien yang membengkak, serta melihat kondisi tenggorokan dan tonsil (amandel) pasien.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa :

1.      Tes swab pada pipi bagian dalam (buccal swab), untuk mendeteksi jenis mikroorganisme yang menyebabkan gondongan.

2.      Tes darah, untuk mendeteksi infeksi virus dalam darah.

3.      Tes urine, untuk mengonfirmasi dan mendeteksi penyebaran infeksi ke saluran kemih.

 

Penanganan Gondongan

Jika sistem imun penderita baik, gondongan dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan keluhan dan gejala yang muncul saat menderita gondongan adalah :

  1. Mencukupkan waktu tidur dan istirahat.
  2. Memperbanyak minum air putih.
  3. Mengompres area yang bengkak dengan air hangat atau air dingin guna meredakan rasa sakit.
  4. Mengonsumsi makanan lunak agar tidak perlu mengunyah terlalu banyak.
  5. Mengonsumsi pereda demam dan nyeri, seperti ibuprofen dan paracetamol.

Pencegahan Gondongan

Penyakit gondongan bisa dicegah dengan memberikan imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada anak-anak. Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit campak, gondongan, dan rubella.

Vaksin ini perlu diberikan pada anak sebanyak dua kali, yaitu saat anak berusia 18 bulan dan saat anak berusia 5-7 tahun. Namun, jika imunisasi pertama belum sempat dilakukan saat usia 18 bulan, vaksin pertama masih dapat diberikan hingga anak berusia 3 tahun.

Jika belum pernah dilakukan pada masa kanak-kanak, vaksin MMR masih dapat diberikan pada usia dewasa. Pemberian vaksin MMR untuk dewasa disarankan bagi orang-orang yang berisiko tinggi terpapar virus penyebab gondongan.

Selain itu, pencegahan gondongan juga bisa dilakukan dengan cara berikut :

  1. Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  2. Tidak berbagi peralatan mandi atau makan dengan penderita.
  3. Menerapkan etika batuk, seperti menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk dan bersin.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/kenali-gejala-dan-penyebab-gondongan

Bahaya Konsumsi Gula Berlebihan: Dampak dan Cara Mencegahnya

Akhir-akhir ini Indonesia dikejutkan dengan meningkatnya kasus cuci darah akibat kerusakan ginjal pada usia muda. Konsumsi gula yang berlebihan dituding sebagai salah satu pemicu meningkatnya kasus gagal ginjal ini di kalangan orang-orang muda. 

Karena menganggap kondisi kesehatan masih prima, banyak orang muda yang mengabaikan bahaya mengonsumsi gula berlebihan. Namun, ternyata godaan sensasi rasa manis tersebut dapat memicu peningkatan masalah kesehatan yang serius.

Konsumsi Minuman Bergula: Ancaman Tersembunyi

Maraknya gerai minuman kekinian yang menawarkan berbagai variasi rasa dan bentuk yang menarik, membuat konsumsi minuman manis semakin meningkat. Apalagi banyak diantara produk minuman manis ini juga tersedia dalam bentuk kemasan yang harganya terjangkau.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Maxi Rein Rondonuwu menyebut Indonesia sebagai negara dengan konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik. Padahal, minuman dalam kemasan ini rata-rata mengandung 22,8 gr gula per 250 ml, yaitu sekitar 45,6% dari batas konsumsi gula yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan RI. 

Data dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 juga menunjukkan sebanyak 47,5% warga Indonesia berusia 3 tahun ke atas, mengkonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali dalam sehari. Kemudian 43,3% lainnya mengkonsumsinya 1-6 kali dalam satu minggu.

Waspadai ancaman tersembunyi di balik berbagai jenis minuman yang cukup digemari masyarakat ini, karena kandungan gulanya yang tinggi, antara lain:

1. Soda

Minuman bersoda memiliki kandungan gula yang paling tinggi, dimana kadar gula dalam satu kaleng minuman setara dengan 9 sendok teh gula atau lebih.

2. Minuman Berenergi

Minuman ini seringkali dikaitkan dengan gaya hidup sehat, terutama bagi orang-orang yang gemar berolahraga. Namun ternyata, minuman ini seringkali ditambahkan pemanis buatan untuk memperkaya rasanya, sehingga memiliki kandungan gula yang cukup tinggi.

3. Jus Buah dalam Kemasan

Minuman ini juga seringkali dipersepsikan sebagai minuman sehat yang mengandung berbagai vitamin dan antioksidan. Namun, tak seperti jus buah asli, minuman ini seringkali juga ditambahkan pemanis buatan untuk memperkaya rasanya, sehingga tinggi kadar gulanya.

4. Minuman Teh dan Kopi Kekinian

Sekarang ini, sangat mudah menemukan minuman teh dan kopi yang ditambahkan berbagai bahan untuk memperkaya rasanya, seperti krim, sirup, jelly atau boba, membuat kadar gulanya naik cukup tinggi.

Orang yang kecanduan minuman manis ini lambat laun akan menumpuk gula darah berlebih dalam tubuhnya. Kenali ciri-ciri berikut ini, yang mungkin menjadi indikasi kelebihan gula dalam tubuh Anda:

  • Mudah merasa lelah dan lapar.
  • Penglihatan mata kabur.
  • Gerakan tubuh lebih lambat.
  • Muncul keinginan untuk selalu mengonsumsi makanan manis.
  • Luka susah sembuh.

Dampak Kesehatan dari Konsumsi Gula Berlebihan

Konsumsi gula sebenarnya sudah didapatkan dari makanan sehari-hari, terutama karbohidrat. Fungsinya adalah memberi energi dan kalori bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Menurut Kementerian Kesehatan RI, batas konsumsi gula yang disarankan bagi setiap orang adalah 10% dari total energi (200 kkal), atau sebanyak 50 gram atau 4 sendok makan per hari.

Kelebihan gula yang dikonsumsi akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan kalori, yang jika tidak digunakan lama kelamaan akan menumpuk menjadi lemak. Inilah yang akan memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan. Apa saja bahaya dari konsumsi gula yang berlebihan? Berikut adalah dampak kesehatan yang ditimbulkannya:

1. Obesitas

Penumpukan lemak dalam tubuh lama kelamaan akan memicu kenaikan berat badan. Kandungan gula berlebih juga dapat menghambat otak dalam mengenali rasa kenyang dan saatnya berhenti makan, sehingga tubuh mudah merasa lapar dan makan berlebihan. Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan obesitas atau berat badan berlebih.

2. Penyakit Jantung 

Kelebihan berat badan membuat orang berisiko tinggi terserang penyakit jantung koroner. Kadar gula tambahan juga dapat meningkatkan tekanan darah dan trigliserida, serta menyebabkan peradangan kronis, yang meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.

3. Diabetes Melitus

Peningkatan kadar gula dalam darah dapat merusak fungsi insulin dan meningkatkan resistensi insulin. Jika terjadi terus menerus, hal ini akan membuat orang akhirnya menderita Diabetes Melitus tipe 2.

4. Gigi Berlubang

Sisa karbohidrat dan makanan manis dalam mulut akan dicerna oleh bakteri menjadi asam, yang dapat mengikis lapisan enamel gigi dan menyebabkan karies atau gigi berlubang.

5. Penyakit Lemak Hati (NAFLD)

Gula yang masuk ke dalam darah akan dipecah menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi, sedangkan fruktosa sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan oleh tubuh. Asupan fruktosa yang berlebih akan membebani hati dan memicu penumpukan lemak pada hati, yang dapat menyebabkan kerusakan hati serius dan berkembang menjadi non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) atau penyakit hati berlemak.

6. Kerusakan pada Kulit 

Kelebihan gula dapat menyebabkan kulit cepat menua. Molekul gula yang banyak itu akan menempel pada protein di kulit, dan mengakibatkan kulit kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya. 

7. Penyakit Kanker

Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan potensi peradangan dan kelebihan berat badan, sehingga meningkatkan risiko terkena berbagai jenis kanker, seperti kanker payudara, kanker usus dan kanker pankreas.

8. Kerusakan pada Ginjal

Kadar gula tinggi dalam darah atau diabetes melitus, yang berlangsung cukup lama, dapat mempengaruhi fungsi ginjal dalam mengeluarkan racun dan cairan berlebih dari dalam tubuh. Kondisi ini lambat laun akan merusak sistem penyaringan dalam ginjal, hingga akhirnya kerusakan pada ginjal dan gagal ginjal. Inilah yang menyebabkan semakin banyaknya orang yang melakukan cuci darah di usia muda karena ginjalnya gagal berfungsi menyaring kotoran dan racun dalam darah.

Cara Mencegah Konsumsi Gula Berlebihan

Setelah mengetahui batas asupan gula yang dapat dikonsumsi setiap hari serta bahaya konsumsi gula berlebihan terhadap kesehatan, mulailah untuk mengurangi konsumsi gula dengan cara-cara berikut ini:

1. Baca Label Makanan

Perhatikan label informasi nilai gizi pada produk makanan dan minuman yang akan Anda konsumsi, terutama saran penyajian dan angka kecukupan gizi (AKG) yang merupakan informasi tentang kontribusi suatu produk terhadap kebutuhan gizi dalam sehari. Contohnya, kandungan gula sebanyak 13 gr menunjukkan kadar gula dalam satu kali penyajian. 

Membaca label informasi nilai gizi akan membuat Anda tahu kandungan gula yang ada dalam makanan minuman tersebut, terutama gula tambahan. Seringkali gula tambahan ini ditulis dalam berbagai istilah, seperti gula tebu, gula sirup, fruktosa, sukrosa atau istilah lainnya yang artinya sama saja. Semua informasi ini akan membantu Anda menentukan pilihan yang lebih sehat.

2. Pilih Makanan Minuman dengan Pemanis Alami

Saat Anda membeli makanan dan minuman, pilihlah produk yang tidak memiliki pemanis tambahan. Contoh makanan dengan pemanis alami, antara lain oatmeal, susu kedelai, atau buah.

3. Kombinasikan Gula dengan Sumber Makanan Lain

Saat Anda mengkonsumsi gula berlebih, kandungan gula dalam darah akan naik, kemudian turun kembali dengan cepat, sehingga Anda akan mudah merasa lapar kembali. Untuk mencegahnya, kombinasikan gula dengan protein, serat dan lemak sehat untuk memperlambat metabolisme gula darah dalam tubuh, sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama. Contohnya, memadukan sereal atau oatmeal dengan susu, telur dan buah.

4. Membiasakan Pola Makan Rendah Gula

Masukkan pola makan rendah gula ke dalam diet sehari-hari. Kurangi konsumsi karbohidrat, karena karbohidrat juga mengandung gula. Perbanyak konsumsi serat dan protein, seperti buah, sayur dan susu rendah lemak.

BACA: Cara Mengurangi Asupan Gula Setiap Hari

Selain pola makan sehat, aktivitas fisik secara teratur serta kebiasaan hidup sehat juga membantu mencegah gula darah berlebih dalam tubuh. Meski demikian, semua upaya untuk mencegah asupan gula berlebih ini harus dimulai dari kita sendiri. Agar kita dapat menjalani hidup dengan tenang dan nyaman hingga ke masa akan datang.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/bahaya-konsumsi-gula-berlebihan

Kesehatan Jiwa: Masalah Yang Sering Disepelekan Dan Dianggap Tidak Penting

Seorang penyair dari Aquino bernama Decimus Iunius Juvenalis pada abad kedua Masehi mempopulerkan sebuah ungkapan atau frasa mens sana in corpore sano yang dimaknai sebagai di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Frase tersebut terus berkembang dalam dunia olahraga, agar seorang anak memahami betapa pentingnya berolahraga dalam menjaga kondisi tubuh, baik fisik (badan) maupun psikis (jiwa). Frase tersebut seakan menyiratkan bahwa tubuh yang sehat akan membuat jiwa seseorang menjadi sehat.

Berdasarkan pandangan tersebut, kesehatan jiwa sering kali dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting dibandingkan dengan kesehatan fisik, karena adanya anggapan jika badan sehat, maka jiwa akan ikut sehat. Padahal, kesehatan jiwa memiliki peran yang sangat krusial dalam kualitas hidup seseorang. Berapa banyak orang yang tubuhnya sehat, namun perilakunya cenderung menyimpang, mudah cemas, depresi dan bahkan sebagian melakukan bunuh diri. Sayangnya, masih banyak orang yang enggan atau takut untuk berbicara tentang masalah kesehatan jiwa, sehingga masalah tersebut seringkali terabaikan. Dampaknya, penyakit yang diderita seseorang sulit untuk diatasi, terlebih untuk disembuhkan. Orang yang ingin berkonsultasi ke psikolog atau psikiater karena masalah depresi atau kecemasan di dalam dirinya, sering kali distigma sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa bahkan gila.

Pandangan tersebut tentunya sangat berbeda dengan kondisi di era mileneal. Berdasarkan penelitian pada beberapa tahun terakhir, ditemukan kaitan yang erat antara kesehatan jiwa dengan kesehatan tubuh/fisik seseoarang. Bahkan beberapa hasil penelitan menyebutkan adanya pengaruh kesehatan jiwa terutama depresi dan kecemasan terhadap penyakit kronis, seperti gagal ginjal, gagal jantung, kanker, diabetes melitus, hipertensi, tuberculosis, tukak lambung dan lain-lain. Artinya, jika jiwa seseorang sehat, maka penyakit fisik seseorang akan lebih mudah disembuhkan.

Mengapa Kesehatan Jiwa Sering Terabaikan?

Masyarakat sering kali masih menempelkan stigma negatif dan diskriminasi terhadap orang yang mengalami masalah kejiwaan dan atau gangguan jiwa. Hal ini membuat banyak orang merasa malu atau takut untuk mencari bantuan. Bahkan untuk melakukan skrining kesehatan jiwapun, seseorang sering kali dihantui perasaan takut dikatakan mengalami gangguan jiwa.

Masalah lainnya adalah masih banyak orang yang kurang memahami tentang gangguan jiwa. Mereka acap kali menganggap gangguan jiwa sebagai kelemahan atau tanda kepribadian yang buruk. Berkonsultasi terkait masalah kesehatan jiwa juga dianggap tabu.

Akses terhadap layanan kesehatan jiwa juga masih terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil. Psikolog dan atau dokter spesialis jiwa hanya ada di perkotaan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap upaya seseorang menyelesaikan masalah kejiwaannya.

Kesehatan fisik juga dianggap lebih penting dan mendesak dibandingkan dengan kesehatan jiwa. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan terkait dengan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Dampak dari Pengabaian Kesehatan Jiwa

Pengabaian terhadap kesehatan jiwa dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  • Peningkatan risiko bunuh diri dikarenakan gangguan jiwa yang tidak tertangani.
  • Penurunan kualitas hidup disebabkan oleh gangguan jiwa yang mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, belajar, dan bersosialisasi.
  • Peningkatan risiko penyakit fisik, seperti penyakit jantung, diabetes melitus, gagal ginjal dan gangguan pencernaan.
  • Beban ekonomi dikarenakan penanganan dan pengobatan gangguan jiwa yang terlambat, sehingga membuat seseorang tidak mampu belajar dan bekerja dengan baik yang berdampak pada tidak adanya pemasukan.
  • Dampak pada keluarga dan masyarakat akibat gangguan jiwa yang tidak tertangani dan dapat menyebabkan masalah sosial.

Bagaimana Kesehatan Jiwa Mempengaruhi Penyakit Fisik dan Pengaruh Timbal Baliknya?

Kesehatan jiwa dan kesehatan fisik mempunyai hubungan dua arah dan saling mempengaruhi. Ketika seseorang mengalami masalah kejiwaan seperti depresi, kecemasan, atau stres kronis, tubuh akan merespons dengan cara yang berbeda. Respons ini dapat memicu atau memperburuk berbagai penyakit fisik. Selain masalah kejiwaan atau gangguan jiwa yang mempengaruhi kesehatan fisik, penyakit fisik juga dapat memicu masalah kejiwaan atau memperburuk masalah kesehatan jiwa, terutama terkait depresi atau kecemasan.

Beberapa penyakit fisik yang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan jiwa seseorang adalah:

  • Penyakit jantung, dikarenakan stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol yang merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.
  • Diabetes melitus, dipengaruhi oleh gangguan makan yang sering terjadi pada orang dengan masalah kejiwaan, seperti bulimia atau anorexia, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes.
  • Gangguan pencernaan, di mana stres dan kecemasan dapat mengganggu fungsi pencernaan dan menyebabkan masalah seperti sindrom iritasi usus besar.
  • Gangguan imun/kekebalan, karena sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat stres kronis membuat seseorang lebih mudah terkena infeksi.
  • Gangguan tidur, seperti insomnia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya.
  • Sakit kepala dan migrain yang dipicu stres dan kecemasan.

Bagaimana Mengatasinya?

Dalam Upaya mengatasi masalah Kesehatan jiwa tersebut, diperlukan pendekatan yang komprehensif dengan melibatkan:

  • Pengobatan medis untuk penyakit fisik dan masalah kejiwaan atau gangguan jiwa harus dilakukan secara bersamaan.
  • Terapi psikologis, seperti terapi kognitif-behavioral (pengetahuan dan perilaku) dapat membantu mengelola stres dan emosi negatif.
  • Perubahan gaya hidup dengan melakukan pola makan sehat, olahraga teratur, dan tidur yang cukup untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
  • Dukungan sosial dari keluarga, teman dan masyarakat untuk membantu seseorang mengatasi masalah kesehatan jiwanya.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Setiap orang dapat mengalami masalah kejiwaan dan gangguan jiwa, karena setiap orang mempunyai ambang batas dalam menghadapi stres, depresi dan masalah kejiwaan lainnya, sehingga pada gilirannya dapat mengalami gangguan jiwa. Agar setiap orang tidak lagi berstigma jelek atau mendiskriminasi orang yang mengalami masalah kejiwaan dan gangguan jiwa, maka setiap kita harus melakukan hal-hal berikut:

  • Membangun kesadaran di diri sendiri dan masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa dan menghilangkan stigma dan diskriminasi yang terkait dengan gangguan jiwa.
  • Menyediakan guru bimbingan konseling di setiap sekolah/madrasah minimal sesuai dengan rasio, dari sekolah dasar/sederajat hingga sekolah menengah.
  • Mempermudah akses masyarakat terhadap layanan kesehatan jiwa, baik psikolog maupun psikiater, termasuk mengoptimalkan peran guru bimbingan konseling di sekolah/madrasah dari penerimaan siswa baru untuk pemetaan dan pendampingan setiap siswa.
  • Mencari bantuan jika mengalami masalah kejiwaan atau gangguan jiwa dan jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
  • Memberikan dukungan kepada orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan atau gangguan jiwa dengan mendengarkan cerita mereka dengan empati dan tunjukkan bahwa mereka tidak sendirian.
  • Mencegah masalah kejiwaan atau gangguan jiwa dengan mengelola stres dan menjaga kesehatan mental, seperti dengan berpikir positif, berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, dan melakukan relaksasi.

Kesimpulan

Kesehatan jiwa adalah bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan secara keseluruhan. Menjaga kesehatan jiwa sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Dengan memperhatikan kesehatan jiwa, kita dapat mencegah berbagai penyakit fisik dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan jiwa, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan bahagia. Hal tersebut senada dengan penggalan lagu Indonesia Raya, yakni bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Perbaiki jiwanya, maka akan baiklah badannya.

Sumber

https://ayosehat.kemkes.go.id/kesehatan-jiwa-masalah-yang-sering-disepelekan-dan-dianggap-tidak-penting

1 3 4 5 6 7 26

Search

+