Gangguan Hiperkinetik : Fenomena Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Sekolah

Prevalensi global masalah kesehatan mental yang mempengaruhi anak-anak dan remaja adalah 10-20%. Masalah kesehatan mental ini termasuk gangguan kecemasan, depresi, gangguan perilaku, dan gangguan hiperkinetik. Namun, hanya sekitar sepertiga dari anak-anak dan remaja dengan penyakit mental akut dan kronis yang menerima peranakan medis. Rendahnya layanan kesehatan oleh anak-anak sakit jiwa dan keluarganya merupakan masalah yang dikenal secara global. Alasannya bermacam-macam, mulai dari: layanan kesehatan spesialis tidak cukup dapat diakses, Takut mengalami gangguan jiwa dan distigmatisasi, ataupun keraguan yang dirasakan oleh orang tua tentang apakah perubahan perilaku atau suasana hati benar-benar memerlukan perawatan

Peran dari lingkungan sekolah adalah memperhatikan perkembangan kesehatan mental anak saat berkembang, karena sekolah adalah tempat anak-anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktunya. Selain itu, lingkungan sekolah dapat memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan dikombinasikan dengan tantangan sosial, tuntutan belajar, dan beban mental yang berlebihan. dan stres psikologis. Berdasarkan 11,1 juta anak dan remaja yang bersekolah di sekolah umum dan kejuruan di Jerman pada tahun 2014/15 dan bahwa prevalensi masalah kesehatan mental adalah 10% atau sekitar 1,1 juta anak usia sekolah dan remaja memiliki masalah kesehatan mental yang memerlukan perlakuan. Salah satu yang kondisi yang menunjukkan adanya masalah kesehatan mental yaitu gangguan hiperkinetik.

Prevalensi gangguan hiperkinetik adalah 1-6%. Manifestasi utamanya adalah hiperaktivitas motorik, defisit perhatian, dan perilaku impulsif. Gangguan hiperkinetik adalah salah satu masalah kesehatan mental yang paling umum, dengan prevalensi 1-6%.  Gejala utama termasuk hiperaktif yang diucapkan, gangguan defisit perhatian, dan peningkatan impulsif. Anak dengan gangguan hiperkinetik mudah teralihkan perhatiannya, melompat-lompat di kelas, berteriak-teriak ke dalam kelas, mampu memusatkan perhatiannya dalam waktu singkat saja, ketinggalan informasi penting di kelas, mengganggu teman sesama siswa, tidak bs menyerap materi pelajaran, atau terguling-guling di kelas. Gangguan belajar seperti diskalkulia dan disleksia mempengaruhi masing-masing 4-6% anak-anak, sementara 4-5% anak-anak dan remaja menderita depresi, yang dua kali lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Masalah kesehatan mental meningkatkan risiko mengulang kelas, membolos, dan putus sekolah. Risiko berkembangnya masalah kesehatan mental internalisasi atau eksternalisasi dapat dikurangi dengan perubahan di lingkungan sekolah dan dengan penerapan program sekolah untuk menanggulangii masalah kesehatan mental.

Kemampuan akademik sekolah anak-anak dengan gangguan hiperkinetik sangat terganggu. Sebuah meta-analisis dengan fokus pada keberhasilan sekolah anak-anak dan remaja dengan gangguan hiperkinetik akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan untuk membaca), keterampilan berhitung, dan mengeja.

Apa yang bisa dilakukan?

Langkah awal yang bisa dilakukan yaitu melakukan skrining. Kualitas diagnostik metode skrining untuk stres psikologis-misalnya, masalah emosional, gangguan defisit perhatian dan hiperaktif, masalah dalam berurusan dengan teman sebaya, dan perilaku abnormal. Hasil dari sebuah penelitian yang membandingkan penilaian guru dengan penilaian orang tua menunjukkan bahwa guru lebih sering mengidentifikasi gangguan hiperkinetik dan orang tua lebih baik dalam mengidentifikasi gangguan kecemasan dan depresi. Untuk ujian masuk sekolah instrumen skrining dapat berguna dalam mengidentifikasi paparan awal yang dapat memicu masalah kesehatan mental. Untuk pemeriksaan antara usia 7 dan 8 tahun, perlu memperluas area skrining dengan memasukkan stres emosional dan gejala depresi. Dengan cara ini, faktor stres dini bagi anak—yang terjadi di sekolah dalam beberapa kasus—dapat diidentifikasi dan bantuan serta pengobatan yang diperlukan dapat dimulai pada waktu yang tepat.

Mengingat tingginya tingkat prevalensi masalah kesehatan mental pada anak-anak dan remaja dan pentingnya mereka untuk perkembangan skolastik orang muda, dan mengingat rendahnya penyerapan layanan yang relevan yang disediakan oleh sistem perawatan kesehatan, risiko masalah kesehatan mental harus diidentifikasi. pada tahap awal dan dikurangi dengan tindakan pencegahan. Anak-anak, remaja, dan keluarga mereka harus diberitahu tentang pilihan yang tersedia dalam sistem perawatan kesehatan, dan akses ke layanan tersebut harus ditingkatkan. Sekolah sebagai institusi sentral dalam sistem pendidikan, dengan sistem pendukungnya di bidang psikososial (pekerja sosial sekolah, psikolog sekolah) dapat mengambil peran sentral dalam hal ini, bekerja sama dengan layanan yang diberikan oleh sistem kesehatan (layanan kesehatan masyarakat; pelayanan psikiatri dan psikosomatik anak dan remaja rawat jalan, sebagian rawat inap, serta psikoterapi dan pelayanan medis untuk anak dan remaja).

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3199/gangguan-hiperkinetik-fenomena-masalah-kesehatan-mental-di-lingkungan-sekolah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search

+