Kenali Tanda dan Gejala Supraspinatus Tendinitis

Supraspinatus tendinitis adalah peradangan pada tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap tulang bahu (yang dibentuk oleh caput humeri dengan bungkus kapsul sendi glenohumeral sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya) secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam pekejaan overhead : berenang, melukis, tenis. Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya. Adanya cedera atau trauma menyebabkan terjadinya kerobekan serabut-serabut tendon, sehingga akan terjadi perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan mengambil tempat ke arah celah tendon yang robek dan dapat menjalar ke sekitarnya kemudian cairan tersebut mengendap dan membentuk hematom. Hematom ini akan menekan ujung-ujung saraf sensoris di sekitarnya hingga akan menambah rasa nyeri. Apabila penekanan yang mengakibatkan peradangan ini terjadi berulang-ulang maka akan mengalami degenerasi dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakan tendon terbatas atau terhambat. Sehingga suplay darah terganggu yang akan mengakibatkan tendinitis.

Tanda dan Gejala Supraspinatus Tendinitis

Tanda dan gejala supraspinatus tendinitis berupa nyeri tekan pada tendon otot supraspinatus karena tendonnya mengalami peradangan. Adapun tanda dan gejala yang umum dijumpai pada kondisi tendinitis supraspinatus antara lain :

1.      Nyeri bila ditekan pada tendon otot supraspinatus yaitu tepatnya pada daerah tuberculum mayus humeri sedikit proximal. Nyeri tekan juga terjadi pada otot deltoid medial sebagai nyeri rujukan. Painfull arc untuk tendinitis suprapinatus antara 6001200. Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumatkumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa nyeri.

2.      Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi dan eksorotasi. Keterbatasan ini disebabkan oleh karena adanya rasa nyeri.

3.      Kelemahan otot dan Atrofi.

4.      Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus.

Diagnosis Supraspinatus Tendinitis

Penderita dengan tendinitis supraspinatus merasa nyeri di daerah tuberositas mayor pada waktu lengan menggantung ke bawah (downbarn’s sign), nyerinya bertambah bila pemeriksa menarik lengannya ke bawah. Ini menguatkan adanya tendinitis supraspinatus. Pemeriksaan pada supraspinatus tendinitis antara lain :

1.   Pemeriksaan Gerak Dasar

a.   Gerak Aktif

Pada kondisi tendinitis supraspinatus gerakan abduksi akan terasa nyeri sehingga akan terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. Nyeri timbul sebagai proteksi bagi tubuh karena tendon m.supraspinatus mengalami pergesekan dengan sturuktur yang ada di sekitarnya.

b.   Gerak Pasif

Gerakan dilakukan oleh terapis sementara penderita dalam keadaan rilek, bertujuan untuk mengetahui luas garak sendi, pola kapsuler, ada atau tidaknya rasa nyeri. Pada gerakan abduksi pasif, penderita tendinitis supraspinatus tidak mengeluh adanya rasa nyeri, karena ototnya dalam keadaan rilek.

c.   Gerak Isometrik

Gerakan yang dilakukan oleh penderita secara aktif sementara terapis memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan oleh pasien tanpa adanya pergerakan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memprovokasi nyeri pada muskulotendinogen.

2.   Pemeriksaan Spesifik

a.   Tes Pengukuran Nyeri

Untuk mengetahui derajat atau tingkatan rasa nyeri pada kondisi tendinitis supraspinatus dapat diukur dengan menggunakan VAS (Verbal Analogue Scale).

b.   Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi

Pengukuran LGS pada kondisi tendinitis supraspinatus dengan arah gerakan abduksi-adduksi goniometer diletakkan pada axis antero-posterior dari sendi bahu. LGS normal pada sendi bahu untuk gerakan abduksi-adduksi adalah F 180º – 0º – 45º.

c.   Pemeriksaan Kemampuan Fungsional

Untuk mengetahui nilai dari kemampuan fungsional pasien tendinitis supraspinatus dapat digunakan indek Barthel yang dimodifikasi.

d.   Tes Khusus

Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus seperti Tes Supraspinatus (supraspinatus challenge test), Tes lengan jatuh (mosley), Tes AppleyPainful Arc, Tes Aperehensi.

3.   Pemeriksaan Penunjang

Pada foto rontgen ditemukan adanya kalsifikasi pada tendon rotator cuff dan di bursa. Dengan kasus yang sudah lama adanya proses degenerative seperti perubahan sklerotik dan kistik di tuberositas dan adanya jarak pada humerus dengan akromion. Pada tendinitis akut kalsifikasi didapatkan tidak teratur dan tidak jelas. Pada pemeriksaan USG menunjukkan penebalan pada bursa subacromial dan impingement.

Pengobatan Supraspinatus Tendinitis

1.   Terapi Medikamentosa

a.   Ibuprofen

Golongan NSAID yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit. Dengan waktu paruh yang relative singkat. Sebagian diindikasikan untuk rematoid arthritis dan osteoarthritis dengan nyeri ringan sampai sedang. Dosis yang diberikan 400-800 mg.

b.   Natrrium Diclofenac

Merupakan komposisi kimia asam asetat heteroaril dengan waktu yang pendek. Indikasi untuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan ankylosing spondilitis.

c.   Piroksikam

Memiliki waktu paruh yang lama (50 jam) yang dapat diberikan sekali sehari. Diindikasikan pada kasus rheumatoid arthritis dan osteoarthritis.

2.   Terapi Fisioterapi

Secara umum penanganan yang dapat diberikan adalah :

a.   Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus.

b.   Massage pada tendon supraspinatus dengan menggunakan tehnik transver friction.

Tujuan diberi massage ini untuk mengurangi nyeri, relaksasi otot, peningkatan vaskularisasi.

3.   Ultra Sound (US)

Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran.

4.   Terapi Latihan

Provokasi dengan Gerakan Isometrik / tahanan ke arah Abduksi.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3187/kenali-tanda-dan-gejala-supraspinatus-tendinitis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search

+